Minggu, 5 Oktober 2025

Puan Maharani: Jika Perempuan Diberi Peran Lebih, Akan Percepat Pemulihan Ekonomi

Politikus PDI Perjuangan tersebut juga selalu mengingatkan semua pihak agar menyertakan perempuan dalam seluruh proses pembangunan.

Editor: Willem Jonata
dok. DPR RI
Ketua DPR RI Puan Maharani 

Sebagai pengusaha UMKM yang bergerak di bidang produk skincare, Regina selalu mencoba menerapkan program pemberdayaan perempuan ke dalam bisnis dan jejaringnya.

Seluruh karyawannya yang berjumlah 50 orang merupakan ibu rumah tangga.

Mereka dilatih untuk kemudian mampu memproduksi produk-produk perawatan dari bahan natural yang berkualitas internasional.

Tak hanya itu, Regina juga memberdayakan perempuan di sekitar DKI Jakarta untuk membantu pengemasan produk.

Para perempuan ini mendapatkan upah harian yang bisa membantu memenuhi kebutuhan mereka.

“Bisnis saya itu kan business to business (B2B) ya, jadi bukan langsung ke konsumen. Setiap ada klien custom produk ke kami, mereka pakai brand sendiri, mereka makloon lah ibaratnya. Kemudian kami buatkan produknya. Nah, dari pabrik saya itu kemasannya jerigen, literan, yang gede,” ucap ibu dua anak tersebut.

Awalnya, dia mendatangi perkampungan warga lalu memberi pelatihan prosedur operasi standar (SOP) untuk pengemasan hingga labeling yang berstandar ekspor.

Setelah itu, para perempuan ini mengerjakan pengemasan ke dalam bentuk botol berbagai ukuran.

“Rata-rata kalau udah dikumpulin itu 30-50 orang, kemudian mereka nuangin ke botol-botol itu, mereka tempelkan label sesuai request dari klien, kemudian itu akan diberi upah,” ujar Regina.

Sebagai gambaran, upah untuk pengemasan satu botol kecil yang berukuran 30ml sebesar Rp1.000. Misalnya dalam waktu satu jam mereka bisa mengerjakan 100 botol, maka akan mendapatkan Rp100.000.

Namun Regita tak mudah berpuas diri. Dia pun memanfaatkan jejaringnya di Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) juga Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta untuk memperluas cakupan manfaat. Kebetulan, dia memang menjabat sebagai Ketua Komisi Tetap Bidang Perindustrian di dua lembaga ini.

“Nah, kemudian dari program pribadi saya ini, saya berusaha mencari agar ini bisa lebih menjadi intellectual, maksudnya biar lebih ada benefitnya. Dari sini, kebetulan ibu-ibu ini kan jadinya kayak social-entrepreneurship, di mana mereka sebenarnya tidak harus kerja 8 jam, tapi seselesainya aja dan mereka dapat upah,” kata Regina.

Lalu, dia menggabungkan program pribadinya tersebut dengan IWAPI yang merupakan wadah pengusaha UMKM perempuan.

Regina mencontohkan salah satu kawannya di IWAPI yang berbisnis nasi tumpeng kerap kesulitan menemukan karyawan.

“Di sini saya bikin kayak hub, jembatan, gimana caranya supaya ibu-ibu pengusaha (anggota IWAPI) ini struggling mencari karyawan, apalagi usaha ibu-ibu IWAPI ini usaha rumahan. Nah, sedangkan adanya ibu-ibu ini, mereka bisa datang ke sana dan dibayar harian,” ucap Regina.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved