Selasa, 30 September 2025

Penanganan Covid

Sehari, 500 Pasien Masuk RSDC Wisma Atlet dalam Empat Hari Ini

Penambahan kasus sangat tajam, dimulai pada 18 Mei lalu jumlah keterisiian tempat tidur di RSDC Wisma Atlet hanya 15,02 persen, mencapai 80,6 persen

Editor: Choirul Arifin
Ist
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Ganip Warsito meninjau Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta pada Rabu (26/5/2021) sore. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen TNI Tugas Ratmono mengungkapkan, RSDC Wisma Atlet menerima pasien baru sebanyak 500 orang per hari dalam empat hari terakhir.

Hal ini membuat ketersediaan tempat tidur di RSDC kian hari kian menipis

. "Perkembangannya saat ini ini lebih meningkat tajam dibanding Januari tahun 2021. Empat hari ini pasien masuk di atas 500 orang, sementara pasien keluar di bawah 200 orang," kata Tugas dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan virtual, Minggu (13/6/2021).

Dr Tugas menuturkan, penambahan kasus ini sangat tajam, dimulai pada 18 Mei lalu jumlah keterisiian tempat tidur di RSDC Wisma Atlet hanya 15,02 persen, kini mencapai 80,68 persen.

“Ini menunjukkan peningkatan pasien luar biasa," kata dia.

Jumlah kematian pun meningkat. Tercatat pada April lalu, tidak ada pasien yang meninggal, kemudian bulan Mei satu orang meninggal.

"Di bulan ini ada 3 kematian. Jadi relatif meningkat angka kematian. Kita harapkan tidak terjadi seperti Januari," jelasnya.

Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat, Pemerintah Tambah 2.000 Tempat Tidur Pasien di RSDC Wisma Atlet

Koordinator Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran, Mayjen TNI Tugas Ratmono mengungkapkan, jumlah ketersediaan tempat tidur di RSDC kian hari kian menipis.

Tugas menerangkan, RSDC sampai saat ini (Minggu lalu) merawat 4.836 pasien, dengan jumlah total 5.994 tempat tidur yang ada.

Baca juga: Angka Okupansi RSD Wisma Atlet Capai 75 Persen, Anies Baswedan: Tidak Semuanya Warga Jakarta

"Tingkat hunian saat ini adalah 80,68 persen dan angka kesembuhan kita saat ini 92,53 persen dan angka yang kematian 0,11 persen," uujarnya.

Menurutnya, Tower 5 merupakan tower dengan tingkat keterisiian pasien tertinggi dengan 92, 36 persen.
Kemudian Tower 7 sudah mencapai 80,29 persen dan paling rendah Tower 6 dengan 69,08 persen.

Baca juga: Kasus Covid-19 DKI Jakarta Melonjak, Tempat Tidur di RSDC Wisma Atlet Tersisa 1.158

Lalu, Tower 4 ini beranjak terus meningkat kini sudah 78,98 persen.

"Sehingga dari total tempat tidur yang ada secara keseluruhan atau 80,68 persen yang terpakai, kita masih tersisa bed 1.158 tempat tidur," kata Kepala Pusat Kesehatan TNI itu.

Bahkan, jika pasien masuk menyentuh angka 500 orang per hari maka diprediksi RSDC Wisma Atlet Kemayoran akan penuh.

"Dengan kecepatan penambahan per hari ini lebih dari 500 pasien, ini tidak lama lagi untuk mungkin 2 hari ke depan rumah sakit darurat covid 19 di sini sudah penuh dengan keterisian bed," jelas dr.Tugas.

Meski demikian, untuk mengatasi peningkatan kasus di daerah DKI Jakarta dan daerah penyangga pemerintah menambah jumlah tempat tidur perawatan pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran.

Pemerintah akan menambah kapasitas per kamar di Rumah Sakit Darurat (RSD) Wisma Atlet Kemayoran menjadi tiga tempat tidur dari sebelumnya dua tempat tidur.

Kesiapan untuk menambah kapasitas diputuskan manajemen RSDC WIsma Atlet Kemayoran saat menggelar rapat khusus yang berlangsung Minggu, 13 Juni 2021.
Kesiapan untuk menambah kapasitas diputuskan manajemen RSDC WIsma Atlet Kemayoran saat menggelar rapat khusus yang berlangsung Minggu, 13 Juni 2021. (istimewa)

Sehingga penambahan kapasitas ini bisa menambah 2 ribu tempat tidur di RSDC Wisma Atlet.

Sementara itu, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) siap menyediakan kamar isolasi bagi masyarakat positif Covid-19, asal pembayaran dari pemerintah maupun BNPB tetap waktu.

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani menyikapi melonjaknya kasus positif Covid-19 di Jakarta.

"Kami siap, tapi isolasi ini terus terang kemarin ada masalah, banyak tagihan terlambat dibayar BNPB," kata Hariyadi saat dihubungi, Senin (14/6/2021).

Menurutnya, pengusaha hotel saat ini sedang susah karena okupansi hotel bisa di bawah 10 persen akibat pandemi Covid-19, dan jangan ditambah menalangi biaya isolasi.

"Kalau nalangin teman-teman keberatan, dia kan harus menanggung biaya, bayar karyawan. Makanya perlu clear tata cara pembayarannya," paparnya.

Namun, Hariyadi tidak menyebut biaya yang ditanggung pengusaha hotel ketika tempatnya dijadikan lokasi isolasi pasien Covid-19.

"Saya tidak tahu persisnya, tapi ada 19 hotel jadi tempat isolasi. Kami juga memahami pemerintah juga kesulitan anggaran, tapi pengusaha juga berat kalau harus menanggungnya," tuturnya.

Sebelumnya, Gubernur Jakarta Anies Baswedan menginstruksikan seluruh pihak meningkatkan kewaspadaan, karena dalam beberapa minggu terakhir terjadi kenaikan signifikan kasus aktif, positivity rate hingga keterisian fasilitas kesehatan di Jakarta.

Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, tidak semua pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet adalah warga DKI Jakarta.

"Bahwa rumah sakit di Jakarta itu kapasitasnya atau BOR-nya, tingkat keterisian yang untuk Covid-19 itu 75 persen. Dari angka itu, 27 persennya adalah pasien dari luar Jakarta," kata Anies di PMI DKI Jakarta, Senin (14/6/2021).

"Jadi setiap ada 4 pasien maka 1 pasien itu dari luar Jakarta. Tapi saya ingin garisbawahi, bahwa yang dikelola di rumah sakit di Jakarta bukan hanya warga Jakarta, tetapi juga warga luar jakarta," sambung Anies.

Namun Anies memastikan bahwa perawatan bagi pasien Covid-19 tidak tebang pilih. Semua pasien Covid-19 yang dirawat di RSDC Wisma Atlet dipastikan mendapatkan fasilitas yang sama.

"Kami tidak membedakan, kami memberikan pelayanan yang sama untuk semuanya," tutur Anies.
Anies sekaligus mengungkapkan bahwa 72 persen warga lanjut usia (lansia) yang ada di DKI Jakarta telah menerima vaksin Covid-19.

Hal itu, lanjut Anies, membuat kasus kematian akibat Covid-19 menjadi rendah, meski lonjakan kasus sedang terjadi di Jakarta.

"Lansia di Jakarta sudah 72 persen sudah mendapatkan vaksin. Karena itulah mengapa kita, meskipun ada gelombang yang tinggi, tapi tingkat kematian rendah," ujar Anies.

"Karena banyak orang tua yang risiko terpapar tinggi sudah mendapatkan vaksin. Sehingga tidak mengalami gejala yang berat," sambung dia. (Tribun Network/Rina Ayu/Lusius Genik/Seno Tri Sulistiyono/sam)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved