Gejolak di Partai Demokrat
Tak Terima Dituduh Jadi Bagian Kelompok 'Kudeta', Marzuki Alie Kirim WA ke SBY
Beberapa nama yang disebut antara lain anggota Komisi V DPR RI Jhoni Allen Marbun, mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie
TRIBUNNEWSCOM, JAKARTA - Sejumlah nama kader senior dan mantan kader Partai Demokrat terseret dalam isu ’kudeta’ yang hendak menggulingkan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum.
Beberapa nama yang disebut antara lain anggota Komisi V DPR RI Jhoni Allen Marbun, mantan Ketua DPR RI Marzuki Alie , dan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Wakil Sekjen Partai Demokrat Rachland Nashidik membenarkan bahwa nama-nama yang diduga terlibat isu kudeta terhadap Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ialah Muhammad Nazaruddin, Marzuki Alie, dan Jhoni Allen Marbun. Sementara Max Sopacua menurutnya tidak terlibat.
"Infonya yang lain benar (Nazaruddin, Marzuki Alie, Jhoni Allen). Kecuali Max (Sopacua) belum ada jelas," ucap Rachland saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2). "Max Sopacua tidak ada," imbuhnya.
Baca juga: Sosok Anas Urbaningrum, Eks Ketum Demokrat yang Disebut Ingin Adanya Perubahan Kepemimpinan Partai
Jhoni Allen dan Nazaruddin belum bersuara terkait tudingan itu. Sementara Marzuki Alie membantah terlibat dalam rencana kudeta yang disebut hendak menggulingkan AHY itu.
Mantan Sekjen Partai Demokrat itu mengaku sudah mengirim pesan WhatsApp ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri dan mantan Ketum Partai Demokrat untuk membantah tudingan itu.

"Saya sudah WA (WhatsApp) ke Pak SBY, saya minta tolong dibuktikan. Kalau tidak bisa buktikan, saya minta dia disanksi sesuai AD/ART partai," ujar Marzuki saat dihubungi, Jakarta, Selasa (2/2/2021).
Marzuki menyebut fitnah terhadap dirinya itu berasal dari Syarief Hasan, anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI.
Menurut Marzuki, tuduhan kepada dirinya sebagai bagian kelompok yang ingin melakukan kudeta tidak memiliki dasar dan bukti.
Baca juga: Respons Marzuki Alie dan Moeldoko Saat Namanya Disebut Terlibat dalam Kudeta Partai Demokrat
"Aku enggak ada sama sekali. Biarin aja yang memfitnah itu Syarief kan.
Syarief ini hidupnya karena memfitnah dia enggak tahu diri loh, dulu ingat enggak pernah dibantuin Pak Marzuki beberapa kali. Ingat gak?" kata Marzuki saat dihubungi, Selasa (2/2).
"Kalau dia bisa buktikan, ayo buktikan. Tapi kalau tidak bisa buktikan, awas loh. Kalau AHY nuduh saya tidak bisa buktikan, dia mundur dari Ketua Umum, kalau dia nyebut nama saya," ucap Marzuki.
"Pak Syarief Hasan itu nyebut nama saya, buktikan, kalau saya tidak terlibat, mundur dia dari Demokrat," sambung Marzuki.
Marzuki mengatakan, Syarief Hasan kerap memfitnah dirinya sejak dulu di berbagai rapat internal Partai Demokrat, di mana saat itu dituduh akan melawan SBY selaku pimpinan partai.
Baca juga: Pengamat Ini Sebut Konflik Partai Demokrat, Pertarungan Strategi Elite Parpol dan Elite Pemerintah
"Dia itu selalu memfitnah saya dengan SBY sehingga saya dengan SBY yang enggak ada masalah menjadi apa sesuatu yang ada istilahnya yang membuat kita itu ada masalah.
Padahal saya dengan SBY enggak ada masalah. Dan saya enggak pernah mau meluruskan itu. Enggak ada gunanya," katanya.
"Saya diamin saja, karena dia mau mencari posisi, mau dapet jabatan.
Tapi sekarang fitnah saya, dia sampaikan ke publik, ini persoalan. Ini bukan main-main, fitnah betul," papar mantan Ketua DPR itu.
Marzuki juga menegaskan dirinya tidak pernah melakukan pertemuan dengan Kepala Staf kepresidenan Moeldoko untuk mengambil alih Demokrat dari AHY.
"Saya bertemu dengan pak Moeldoko di mana? Saya telepon apa? Kalau saya ngomong sama dia (Moeldoko), harus buktikan, kalau tidak bisa buktikan mundur loh," ucapnya.
Isu kudeta di Partai Demokrat merebak setelah Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyebut ada gerakan politik yang dilakukan pejabat lingkaran kekuasaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berupaya mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara paksa.

Dalam sebuah konferensi pers yang digelar di Kantor DPP Partai Demokrat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Senin (1/2) AHY mengungkapkan kecurigaannya setelah mendapatkan informasi dari banyak pihak tentang gerakan itu.
"Yang kami dapatkan, gerakan ini melibatkan pejabat penting pemerintahan yang secara fungsional berada di dalam lingkaran kekuasaan terdekat dengan Joko Widodo," kata AHY.
AHY merinci, manuver politik ini diinisiasi oleh lima orang kader dan eks kader partai Demokrat, serta seorang pejabat tinggi pemerintahan. AHY tidak menyebut nama pejabat tinggi pemerintahan itu.
Alhasil, publik hanya bisa menerka-nerka sosok pejabat tinggi yang dimaksud putra sulung Presiden RI ke-5, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.
Selang berapa jam usai konferensi pers AHY, Kepala Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Demokrat, Andi Arief menyebut nama pejabat tinggi yang dimaksud.
Lewat cuitannya, Andi dengan tegas menyatakan jika Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko merupakan sosok di balik upaya kudeta tersebut.
"Banyak yang bertanya siapa orang dekat Pak Jokowi yang mau mengambil alih kepemimpinan AHY di Demokrat, jawaban saya KSP Moeldoko," cuit Andi lewat akun pribadinya.
Mengonfirmasi cuitan Andi Arief, Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan jika upaya pengambilalihan partainya oleh Moeldoko itu dilatari untuk kepentingan 2024.
"Mereka [pengurus Demokrat] dipertemukan langsung dengan KSP Moeldoko yang ingin mengambil alih kepemimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional untuk kepentingan pencapresan 2024," kata Herzaky dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Herzaky, pernyataan itu berdasarkan pengakuan dari para pengurus pimpinan pusat dan daerah Partai Demokrat yang sempat bertemu dengan Moeldoko. Pertemuan itu, kata dia, turut membahas kudeta bagi pimpinan Demokrat.
Mendapat tudingan bertubi-tubi, Moeldoko kemudian buka suara. Ia menjelaskan, sebagai mantan Panglima TNI, ia kerap didatangi tamu, termasuk beberapa kader Demokrat.
Menurut Moeldoko, para tamu tersebut menyampaikan kondisi internal partai berlambang Mercy itu. Namun demikian, Moeldoko mengaku hanya mendengar cerita tersebut tanpa memberikan masukan maupun saran.
"Berikutnya pada curhat tentang situasi yang dihadapi, ya gua dengerin aja, berikutnya ya dengerin aja. Saya sih sebenarnya prihatin lihat situasi itu, karena saya bagian yang mencintai Demokrat," kata Moeldoko.
Moeldoko meminta AHY dan kader Demokrat lain tidak mengaitkan polemik ini kepada Jokowi maupun Istana Kepresidenan. Menurunnya, persoalan ini urusannya pribadi.
"Dalam hal ini, saya mengingatkan, sekali lagi jangan dikit-dikit Istana, dan jangan ganggu Pak Jokowi dalam hal ini, karena beliau tidak tahu sama sekali, enggak tahu apa-apa dalam hal ini, dalam isu ini. Jadi itu urusan saya, Moeldoko ini, bukan selaku KSP," ucapnya.
Moeldoko juga membantah tudingan jika ia merancang aksi kudeta kepemimpinan AHY di Demokrat. "Kalau ada istilah kudeta itu, ya kudeta itu dari dalam termasuk dari rumah," imbuh Moeldoko.(tribun network/sen/fik/dod)