Prakiraan Cuaca
Info BMKG: 12 Daerah Ini Berpotensi Banjir Akibat Cuaca Ekstrem pada 19 - 25 Januari 2021
BMKG merilis informasi terkait 12 Daerah yang berpotensi banjir kategori menengah akibat cuaca ekstrem yang terjadi pada 19-25 Januari 2021.
11.Maluku Utara
12. Papua Barat wilayah Kepala Burung dan Provinsi Papua bagian tengah.
Informasi potensi banjir kategori menengah hingga tinggi untuk 10 hari ke depan tersebut sebagai upaya mitigasi agar menjadi perhatian dan kewaspadaan bagi masyarakat terhadap potensi bencana banjir, longsor, dan banjir bandang.
Baca juga: Melalui IMI Kalimantan Selatan Bamsoet Sumbang Korban Banjir
Selain itu, masyarakat dan pengelola pelayaran juga diminta untuk terus memonitor informasi BMKG, guna selalu mewaspadai Peringatan Dini Gelombang Tinggi khususnya pada 19-21 Januari 2021.
Diprediksikan tinggi gelombang 2,5-4,0 meter (rough sea) berpeluang terjadi di Perairan utara Pulau Sabang, Perairan Kepulauan Anambas, Laut Natuana.
Kemudian di Samudra Hindia barat Kepulauan Mentawai hingga selatan Jawa, Perairan Singkawang - Sambas, Laut Jawa, Perairan utara Jawa Tengah - Jawa Timur, Samudra Hindia selatan NTT, Selat Makassar bagian selatan, Perairan barat Sulawesi Selatan, Laut Banda bagian barat, serta Samudra Pasifik utara Papua Barat hingga Biak.
Serta gelombang dengan ketinggian 4,0-6,0 meter (very rough sea) berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan Perairan Kepulauan Natuna.
Sementara itu, untuk cuaca penerbangan, berdasarkan analisis dan prediksi BMKG, saat ini secara umum masih berpotensi tinggi terjadinya pembentukan awan-awan Cumulonimbus (CB) yang dapat membahayakan penerbangan.
Pembentukan awan CB tersebut terutama berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT, NTB, Maluku, Papua Barat, Papua.
"Oleh karena itu BMKG terus mengimbau masyarakat dan semua pihak yang terkait dengan sektor transportasi, untuk selalu meningkatkan kewaspadaannya terhadap cuaca signifikan atau potensi cuaca ekstrem yang masih dapat terjadi di puncak musim hujan ini, demi mewujudkan keselamatan dalam layanan penerbangan," kata Guswanto.
Baca juga: Tinjau Lokasi Banjir Bandang di Puncak, Menko PMK-Kemensos Pastikan Kebutuhan Pengungsi Terpenuhi
Puncak musim hujan
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menyampaikan sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki puncak musim hujan.
Dwikorita mengatakan, telah diprediksikan sejak Oktober 2020 lalu, di mana puncak musim hujan akan terjadi pada Januari dan Februari 2021, untuk itu perlu diwaspadai terjadinya cuaca ekstrem.
"Saat ini tercatat sebagian besar wilayah Indonesia, yaitu 94 persen dari 342 Zona Musim telah memasuki musim hujan," ujarnya.
Sebagian besar wilayah yang sudah memasuki puncak musim hujan tersebut terutama Jawa, Bali, Sulawesi Selatan hingga Nusa Tenggara.
Dwikorita menjelaskan, saat ini kondisi dinamika atmosfer yang tidak stabil dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia.
Kondisi tersebut dipicu oleh menguatnya Monsun Asia yang dapat disertai aliran angin lintas ekuator di Selat Karimata, diperkuat oleh pengaruh hadirnya gelombang atmosfer ekuatorial tropis Madden Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang saat ini aktif di wilayah Indonesia.
Kehadiran MJO tersebut dapat ber-superposisi dengan penguatan Monsun Asia yang dapat pula disertai munculnya fenomena seruakan dingin (cold surge) di Laut Cina Selatan.
Selain itu, teramati beberapa sirkulasi siklonik di selatan Indonesia dan utara Australia yang menyebabkan terbentuknya belokan, pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) sehingga meningkatkan pertumbuhan gugus awan supersel yang berpotensi menimbulkan curah hujan tinggi.
"Masyarakat dan semua pihak diminta untuk terus memonitor pemutakhiran informasi tersebut agar dapat lebih waspada dan memitigasi berbagai risiko yang dapat diakibatkan oleh kondisi cuaca," kata Dwikorita.
(Tribunnews.com/Fajar)