Minggu, 5 Oktober 2025

Seluruh Elemen Bangsa Diharapkan Saling Mendukung Saat Pandemi, Bukan Saling Menghujat

Dalam situasi daya beli untuk konsumsi otomatis turun drastis, karena di banyak kota-kota besar di Indonesia memberlakukan PSBB.

Editor: Hasanudin Aco
Tribunnews.com/Reynas Abdila
Menteri BUMN sekaligus Ketua Komite Pelaksana Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Erick Thohir.   

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Situasi ekonomi dan politik nasional yang terus naik turun akibat dampak dari pandemi covid-19, semestinya mendorong seluruh elemen bangsa bekerja bersama.

Masih banyak pekerjaan rumah kita dalam melakukan hal yang lebih penting dari pada saling mencari kesalahan.

Belakangan tersiar kabar sebuah gerakan yang menebar kebencian kepada Menteri Erick Thohir dengan semboyan #ErickOut.

Melihat situasi itu, sekumpulan pemuda lintas organ, lintas profesi dan lintas keyakinan merasa perlu untuk mengambil sikap dalam rangka meredam kebencian ini.

Adalah Effendi Syahputra menghimpun segala elemen gerakan pemuda dalam satu rumah bersama Gerakan Muda Bersatu Nasional.

Baca: Erick Thohir Ingatkan Kewenangan Ahok dan Minta Fokus Benahi Masalah di Internal Pertamina

Effendi Syahputra menyatakan bahwa kelompok-kelompok yang selalu membuat gaduh adalah organisasi tanpa bentuk, yang digunakan hanya untuk membelah sentimen kepada pemerintah.

Jika punya pendapat atau merasa ada yang perlu diperbaiki, maka dengan senang hati kita membangun bersama.

Energi yang terbuang akan lebih bermanfaat buat rakyat luas, dari pada hanya terus membuat gaduh dengan membuat narasi yang mengada-ada.

“Sebagai generasi muda, saya sedih jika masih kelompok-kelompok yang membuat gaduh ini hanya sebatas bermotif politis. Entah motifnya jabatan atau proyek, tapi yang pasti kurang elok bagi kita untuk terus menghujat apalagi melakukan fitnah yang tidak-tidak kepada Menteri Erick. Menteri Erick sedang bekerja keras dalam hal meredakan pandemi, dengan segala macam usaha. Justru saya mengajak kita mendidik rakyat dengan akal sehat, dengan data dan fakta yang benar” jelas Effendi dalam keterangannya, Kamis (24/9/2020).

Ketika ditanyakan terkait dengan isu rugi di BUMN, Effendi Syahputra menjelaskan bahwa apabila BUMN seperti Pertamina mengalami kerugian adalah satu hal yang sangat logis di tengah pandemi.

Salah satu pemasukan terbesar Pertamina adalah konsumsi bahan bakar transportasi pribadi.

Dalam situasi daya beli untuk konsumsi otomatis turun drastis, karena di banyak kota-kota besar di Indonesia memberlakukan PSBB.

Lagipula mobilitas masyarakat hampir berkurang 40% dari biasanya, bahkan anjuran dari WHO jika sebuah kota sudah banyak klaster baru mobilitas masyarakatnya harus berkurang hingga 70%.

“Hal-hal itu juga yang menjelaskan BUMN sektor transportasi menurun drastis seperti Garuda dan PT. KAI. Garuda selama ini melayani rute bisnis dan pariwisata, semenjak terjadi pandemi Covid-19 semua tempat wisata ditutup akibatnya wisatawan internasional dan domestik menurun drastis," katanya.

Terlihat jelas seperti Bali misalnya, lanjut dia, yang biasa ramai dikunjungi wisatawan local dan internasional belakangan menurun.

"Serupa dengan PT.KAI selama ini keuntungan PT.KAI ditopang oleh jalur Jakarta-Bandung dengan nama K.A Argo Parahyangan terpaksa tutup karena kedua kota tersebut memberlakukan PSBB sejak awal pandemi Covid-19.” tambah Effendi Syahputra.

Dirinya juga menekankan bahwa jika cara melihat dengan akal yang sehat, perusahaan BUMN Rusia Rosneft di sektor minyak dan gas juga mengalami kerugian.

Aset di Venezuela dijual, cabang di Saudi Arabi pindah, dan mulai mengalihkan investasinya ke bidang lain.

Dan hampir semua BUMN dunia yang bergerak dibidanga transportasi mengalami penurunan yang drastis. Jadi, cara membandingkannya pun harus tepat dan akurat.

Sebagai penutup tokoh muda yang juga merupakan pengacara publik ini menjelaskan rumors terkait dengan PHK, bahwa hal yang sebenarnya tidak seperti yang dituduhkan kelompok kegaduhan kepada Menteri Erick.

Pengurangan beban pekerja dalam lingkungan BUMN adalah satu konsekuensi logis di tengah pandemi. Itu adalah bagian dari penyesuaian situasi ekonomi global yang juga melemah.

BUMN melakukan holdingisasi perusahaan dalam rangka efisiensi beban belanja pegawai dan meningkatkan fungsi kontrol di masing-masing entitas BUMN.

“Penyesuaian kepegawaian itu, secara komposisi lebih banyak aspek tidak melanjutkan kontrak kerja antara pihak BUMN dengan pekerja kontrak (Non-PHK). Jikapun ada perusahaan BUMN yang tidak penuh membayar hak gaji pegawainya, itu adalah BUMN yang mewarisi masalah sejak masa lalu. Dan holdingisasi adalah salah satu cara memperbaiki itu semua,” KATA Effendi Syahputra.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved