Soal Polemik Puan, Sumatera Barat dan Pancasila, Pengamat Ini Bilang Harus Melihat Konteksnya
Karyono mengatakan, kebebasan berpendapat merupakan sebuah keniscayaan dalam negara demokrasi.
Laporan Wartawan Tribunnews, Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai pidato pengantar Ketua DPP PDIP Puan Maharani tentang Pancasila dan Sumatera Barat yang disampaikan dalam acara pengumuman rekomendasi bakal calon kepala daerah terbuka untuk ditafsirkan secara subjektif.
Menurut Karyono, di tengah liberalisasi informasi dan era kebebasan berpendapat seperti saat ini, semua orang bebas menafsirkan apa saja sesuai dengan kemampuan dan kemauan.
"Demikian pula pernyataan Puan yang berharap agar Sumbar menjadi provinsi Pancasilais tentu terbuka untuk ditafsirkan secara subyektif," kata Karyono, Jumat (11/0/2020).
Karyono mengatakan, kebebasan berpendapat merupakan sebuah keniscayaan dalam negara demokrasi.
Baca: Pernyataan Puan Berbuntut Panjang, Pasangan Mulyadi-Ali Dikabarkan Kembalikan Surat Dukungan PDIP
Namun demikian, di tengah derasnya arus informasi publik harus memiliki kemampuan literasi untuk memahami teks, konteks dan substansi serta memiliki kemampuan memverifikasi informasi.
"Dengan demikian publik mampu memilah dan memilih serta mencerna informasi dengan baik," kata Karyono.
Alih-alih menafsirkan secara subjektif, Karyono menilai yang harus dilakukan adalah menggali latar belakang pemikiran atau alasan munculnya sebuah harapan dari pernyataan Puan tersebut.
"Konteks latar belakang atau dasar pemikiran dari pernyataan yang diributkan itu justru yang lebih substansial, bukan sekadar mempersoalkan teks narasi dengan membumbui propaganda," kata Karyono.