Eksklusif Tribunnews
Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Totalitas Perangi Corona: Sirene Ambulans Bikin Suasana Mencekam
Kalau di daerah operasi, kita bisa kendalikan operasi karena kita bisa mengontrol, di sini kita nggak bisa kontrol dengan mudah.
MINGGU-minggu pertama tugas sebagai Ketua Satgas Percepatan Penanggulangan Covid-19, sejak 13 Maret 2020, saya di tempat ini, di kantor pusat BNPB Jakarta, jam-jam segini (sekitar pukul 20.00 WIB) suasana sering mencekam.
Karena hilir mudiknya mobil ambulans (membawa pasien atau korban Covid, Red). Disamping kami harus bantu komunikasi seluruh rumah sakit di Jakarta, dan memastikan ruang perawatan selalu tersedia untuk mereka yang membutuhkan.
Belum lagi sampai tengah malam, bahkan sampe jam 2 dinihari, selalu saja ada laporan dari sejumlah daerah, termasuk daerah yang alami persoalan di tempat mereka laporannya kepada gugus tugas.
Saya tak mungkin abaikan laporan mereka bahwa ini sudah larut malam, atau hari libur. Jadi jam berapapun juga pasti akan saya bantu.
Saya juga dibantu pejabat BNPB, relawan, dan tokoh media yang bisa membantu kami komunikasikan dari awal. Karena tanpa bantuan media, sulit bagi kami menyampaikan pesan kepada masyarakat, yaitu tentang kepatuhan kepada protokol kesehatan.
Apakah setiap mendengar sirene ambulans yang hilir-mudik itu membikin anda cemas?
Saya sudah terbiasa di daerah penugasan dan terbiasa dapat berita prajurit gugur dalam operasi. Tapi dalam situasi (Covid-19) ini tentu suasana berbeda.
Kalau di daerah operasi, kita bisa kendalikan operasi karena kita bisa mengontrol, di sini kita nggak bisa kontrol dengan mudah.
Kita dihadapkan pada banyak persoalan dan kita tak tahu kapan harus terjadi. Saya harus atur stamina, atur waktu, cukup istirahat supaya beban psikologis tak terpengaruh dengan kesehatan saya.
Setiap bangun pagi saya sudah dihadapkan dengan banyak persoalan. Ini semua tak mungkin tanpa didukung tim solid.
BNPB suatu lembaga punya kinerja seperti tentara. Bahkan yang wanita itu sama, mereka tidak pulang tentu juga nginap. Mereka juga terbiasa lakukan tugas dalam kondisi darurat yang mungkin belum tentu pihak lain bisa lakukan seperti BNPB.
Baca: Jakob Oetama dan Kenangan Bibit Pohon Ulin dari Jenderal Doni Monardo
Mereka sudah betul-betul terlatih dan terbiasa. Pada saat orang lain libur, tim BNPB ini justru siaga. Mereka punya pedoman, biasa kalau libur panjang selalu ada kejadian.
Misal, 1 Januari 2020. Ketika orang lain berlibur justru BNPB ada di lapangan bahwa kita sudah prediksi akan terjadi hujan lebat dan banjir. (Dan ternyata terjadi banjir besar di Jakarta dan Jabodetabek.)
Sebagai militer, anda pernah Komandan Paspampres, Danjen Kopassus, dua kali Pangdam dan Sekretaris Wantannas. Dibandingkan tugas militer lainnya, menjabat sebagai Kepala BNPB merangkap Ketua Satgas penanganan Covid, seberapa berkesan tugas ini?
Tugas di BNPB tentu karakteristiknya beda dengan tugas tentara. Karena saya membawahi seluruh bawahan yang 100 ASN atau pegawai negeri sipil.
Sementara di tentara, saya terbiasa dengan semua perintah saya itu biasanya berjalan secara otomatis. Dan rantai komando sangat jelas.
BNPB organisasinya sipil, saya merasa bahwa mereka punya disiplin militer dan itu buat saya cukup terkesan, ternyata militansi bukan hanya dari prajurit.
Jadi saya bisa katakan kalangan sipil juga punya jiwa militansi yang tidak kalah dengan prajurit dan itu tentunya melalui suatu proses yang bertahap.
Soal suasana kebatinan saya, saya harus adaptasi dari awal karena saya bekerja dalam struktur birokrat. Biasanya kita punya kemauan, hari itu kita punya keinginan harus bisa jalan.
Nah ini saya harus sesuaikan. Karena aturan-aturan yang ada tidak mungkin saya abaikan, koordinasi harus saya tingkatkan.
Pandemi Covid-19 memuncak pada Agustus dan September ini. Apa ekspektasi pemerintah, dan kapan akan menurun kurvanya?
Sampai sejauh ini belum ada pakar yang dapat memprediksi kapan berakhir dan kapan menurun Covid. Itu tergantung kita semua. Kalau kita semua patuh pada protokol kesehatan, maka kita harus yakin kasus bisa kita ditekan dan jumlah angka positif bisa berkurang.
Masalahnya, kan covid ini sangat bahaya. Lantas siapa yang bawa Covid ini? Lewat apa? Ini lah yang harus kita ketahui, seperti yang selalu kita dengar teori Sun Tzu, kenali dirimu, kenali musuhmu, kenali medan perangmu. Seribu kali berperang, seribu kali akan menang.
Baca: Cerita Doni Monardo 3 Bulan Tak Pulang Demi Perangi Covid-19
Covid sangat berbahaya, ditularkan oleh manusia. Kita pernah dengar flu burung, flu babi, kita musnahkan hewannya, selesai. Tapi kali ini lewat manusia. Tentu tidak mungkin manusianya dimusnahkan.
Makanya jaga jarak, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), termasuk pakai masker dan cuci tanganadalah salah satu langkah untuk hindari seseorang terpapar Covid-19.
Kita harus bisa jelaskan kepada masyarakat dengan bahasa yang mudah dipahami. Ada istilah asing yang belum tentu dipahami masyarakat. Physical Distancing, Social Distancing, New Normal dan istilah seperti itu tentu tidak semua masyarakat paham. Tugas kita lah yang harus menyampaikan kepada masyarakat sampai ke tingkat RT dan RW.
Ketika kita sudah ketahui apa itu covid dan proses penularan yang dibawa oleh manusia dan juga proses transmisinya seperti apa, maka ini mudahkan kita untuk hindari penularan.
Transmisi Covid-19 melalui mata hidung dan mulut. Kalau kita jaga jarak, pakai masker berstandar kemenkes dan WHO, kita yakin akan jauh lebih aman.
Inilah yang harus kita sadari. Jika semuanya bisa menahan diri untuk tidak sering bertemu, andaipun pun bertemu pada momen penting saja, maka risiko penularan kecil.
Daerah mana saja yang peningkatan kasus positif mengkawatirkan?
Jakarta, salah satu yang angkanya mengalami peningkatan. Ada klaster perkantoran dan keluarga. Bahkan data-data yang kami kumpulkan, ada sejumlah keluarga sama sekali tak pernah ke luar rumah, tapi terpapar Covid-19.
Pertanyaannya, kenapa suatu keluarga, ada anggota keluarga yang tak keluar rumah terpapar Covid? Tentu ada membawa, siapa yang bawa? Ya anggota keluarga itu. Karena itu, kita nggak boleh anggap enteng, nggak boleh egois, terutama yang berusia muda, rata-rata mobilitas sangat tinggi.
Ketika di luar terpapar covid, bisa tulari saudara lain. Kalau yang tertular itu kelompok rentan, misal orang tua yang sudah lansia, mempunyai penyakit penyerta atau comorbid ini akan sangat fatal dan itu bisa timbulkan kematian.
Ini yang harus kita sampaikan tanpa menimbulkan kepanikan kepada masyarakat. Intinya adalah supaya semua masyarakt waspada, selalu disiplin gunakan masker, jaga jarak dan sering cuci tangan.
Pemerintah akan meluncurkan vaksin. Apakah sudah ada kepastian awal tahun 2021?
Pak presiden dan menlu dan BUMN sudah sampaikan setelah berkunjung ke sejumlah negara. Dalam beberapa bulan kedepan, akan didatangkan paling tidak sekitar 30 juta vaksin Sinovac. Lalu ada perusahaan dan lembaga di beberapa negara yang beri informasi dan komitmen ke Indonesia soal vaksin.
Ini suatu harapan kita semua untuk menumbuhkan suatu semangat bahwa ketika vaksin diberikan kepada masyarakat, terutama mereka yang punya risiko tinggi yaitu kelompok rentan. Siapa? Yakni para dokter, dan perawat.Kita telah kehilangan 100 dokter.
Kita semua sangat berduka. Kita harus lindungi dokter dan kita semua harus bekerjakeras jagan sampai kita sakit sehingga rumah sakit penuh, dan buat dokter kewalahan dan kelelahan.
Vaksin ini sendiri kita harapkan bisa ekfektif ketika dilakukan penyuntikan. Itu bisa bertahan jangka waktu cukup lama. Tapi sejauh mana efektivitas vaksin itu kita harus ikuti perkembangan di sejumlah negara. Oleh karenanya, jelang vaksin tiba, kita nggak ada pilihan lain kecuali patuhi protokol kesehatan.
Sementara vaksin ini butuh waktu beberapa bulan lagi. Periode yang sekarang ini harus kita jaga. Jangan kita terlena sehingga abai sehingga tak perhatikan protokol kesehatan.
Baru-baru ini, Presiden Jokowi membentuk insititusi baru, Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang dipimpin Menko Perekonomian, dan ada Menteri BUMN, Panglima TNI, Wakapolri. Bagaimana tugasnya komite ini, apakah tumpang tindih dengan Satgas Covid-19 yang sudah 6 bulan bertugas?
Presiden Jokowi sudah tegaskan bahwa peran dari Gugus Tugas yang sekarang jadi Satgas tak berkurang. Semua kewenangan sebelumnya itu tetap di satgas. Adapun komite itu lebih kepada tingkatkan harmonisasi.
Kita juga ketahui di samping masalah Covid dan kesehatan, pemerintah dihadapkan dengan masalah yang berhubungan dengan tenaga kerja, perekonomian.
Pembukaan UUD 1945 di mana tercantum pemerintah Negara RI melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Lindungi di sini dalam arti luas, selain jaga masyarakat tak terpapar covid, tapi juga dijaga supaya tak kehilangan lap kerja. Kalau masyarakat kehilangan kerja dalam jumlah sangat besar, maka dampak sosialnya besar juga.
Mereka yang kehilangan lapangan kerja bikin imunitas rendah juga karena tegang, panik, daya beli berkurang, otomatis tak dapatkan makanan berkualitas.
Seandainya masyarakat tak punya daya beli dan kemampuan mendapat makanan berkualitas, maka imunitas turun, akhirnya malah terpapar covid. Jadi sudah terkapar PHK, akhirnya terpapar covid.
Presiden tekankan keduanya sangat penting. Tapi presiden tegaskan masalah kesehatan tetap harus didahulukan selangkah. Inilah pentingnya kebijakan dari pemerintah pusat yang selalu disampaikan pak presiden, silakan injak remnya kalau ada peningkatan kasus, kalau bisa dikendalikan itu silakan tekan pedal gas.
Jadi antara pedal gas dan rem ini bisa diatur dengan seimbang.
Baca: Doni Monardo Ungkap Kendala Lakukan Tes PCR 30 Ribu Per Hari
Ada pesan khusus kepada pemerintah daerah yang kasus positif meningkat?
Daerah yang perlu focus. Sekarang, angka tertinggi di Jakarta. Satu setengah bulan lalu, angka tertinggi yaitu di Jawa Timur. Tapi Jatim sudah bisa terkendali. Bantuan TNI/Polri di daerah baik. Pangkogabwilhan II sudah diminta Pak Presiden berkoordinasi di Surabaya Raya. Di Jakarta sendiri kemampuan testing tinggi. Kemudian angka kasusnya otomatis jadi lebih tinggi.
Kemudian sedikit agak kita kuatirkan bed occumpancy rate rumah sakit yang meningkat. Kita kerjasama dengan kemenkes, dinkes DKI dan tim yang ada untuk mengurangi beban rumah sakit.
Kita punya RS Darurat Wisma Atlet yang juga mampu menerima pasien kondisi ringan dan sedang. Kita harapkan pasien-pasien RS rujukan yang sudah mendekati sembuh bisa digeser ke RSD sehingga beban bisa berkurang. Ini supaya para dokter punya kesempatan rileks atau istrirahat.
Apakah daya tampung di RSD Wisma Atlet masih cukup?
Dari beberapa masukan kepada kami, salah satu faktor yang membahayakan para dokter adalah masalah kelelahan. Termasuk juga siapkan flat 4 dan 5 di RSD Wisma atlet untuk tampung pasien isolasi mandiri yaang orang tanpa gejala (OTG) dimana mereka secara aturan tak mungkin isolasi mandiri di rumah.
Rekomendasi dr puskes mereka bisa dirawat di Flat 4 dan 5 Wisma Atlet. Namanya bukan RS, tapi Flat Isolasi Mandiri Kemayoran. Ada RSD Wisma Wtlet. Manajemen berbeda walaupun 1 wadah di bawah kendali Puskes TNI.

Ada RSD Wisma Atlet flat karantina untuk WNI yang kembali dari luar negeri, di samping juga hotel-hotel. Total nasional sudah capai 150 ribu orang warga yang pulang dari luar negeri. Khusus mereka yang diperiksa melalui swab PCR itu ada 2000 orang yang positif Covid.
Usai bertugas di kemiliteran 58 tahun. Anda masih ada 1 tahun lagi. Dan pergantian puncak pimpinan TNI sebentar lagi. Apakah bapak berminat menjadi Panglima TNI?
Saya prajurit, apa pun tugas yang diberikan oleh negara, saya akan lakukan yang terbaik. Saya sudah pernah jadi Danpaspampres di era Pak SBY, sebelumnya jadi komandan di sejumlah unit di paspampres mulai dari jamannya Gus Dur termasuk Bu Mega. Jadi Saya sudah terbiasa hadapi tugas-tugas yang dberikan.
Bagi saya pangkat dan jabatan itu adalah kehormatan, ketika negara beri tugas apa pun, maka itu reputasi tertinggi yang saya alami.
Apa pesan-pesan anda kepada masyarakat luas?
Masalah kebersamaan ini sangat penting. Covid ini bisa dihadapi apabila kita bersama-sama selesaikannya. Sama-sama disiplin. Satu orang bagus, yang lain tidak bagus, maka cepat atau lambat yang tidak disiplin itu bisa tulari yagn lain. Kesadaran pribadi penting tapi kesadaran kolektif juga sangat penting. Kita kompak, belum tentu bsiaselesaikan covid apalagi kita tak kompak.
Kebersamaan, gotong royong, persatuan adalah modal utama kita dalam menangani covid ini. Kita tak tau covid sampai kapan, dibutuhkan stamina yang kuat, dibutuhkan juga daya tahan tinggi. Dan kita juga saling hibur satu sama lain, saling beri support, tak perlu saling salahkan, saling bantu, saling lengkapi kekurangan yang ada, dan insya Allah Indonesia mampu atasi covid dengan lebih baik.(nic/amb)