Faisal Basri Sebut BUMN Ribet hingga Sumbangan Pajak Konstruksi Paling Jeblok
Terkait dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maka ada masalah di sektor pertambangan, banyak perampokan luar biasa yang terjadi di sektor ini
lihat foto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom senior Faisal Basri menyatakan, koefisien pajak dari sektor konstruksi dan real estate jadi terendah dengan nilai hanya 0,48.
Faisal menjelaskan, koefisien pajak diperoleh dari persentase penerimaan pajak dibagi persentase sumbangan dalam produk domestik bruto (PDB) untuk masing-masing sektor.
Baca: Pemilik Kos di Jatinangor yang Terdampak Covid-19 Dipersilakan Ajukan Permohonan Keringanan Pajak
"Nah yang paling jeblok ini konstruksi dan real estate dan kebanyakan konstruksi ini BUMN (badan usaha milik negara). Aduh, ini lagi masalahnya ribet benar BUMN," ujarnya dalam webinar, Kamis (3/9/2020).
Selanjutnya, Faisal menjelaskan, dua sektor lain yang paling rendah atau di bawah angka koefisien 1 dalam menyumbang pajak ke negara adalah sektor lainnya 0,49 dan pertambangan 0,46.
Baca: Syarat Bayar Pajak Kendaraan Jika KTP Asli Hilang, Cukup Bawa Ini Aja
"Pertambangan ini saya beri catatan, serta sektor lainnya dan konstruksi itu bisa dihipotesiskan ini paling banyak nilep pajak. Sebab, kalau positif ya kontribusinya positif, artinya sejalan dengan pertumbuhan nilai tambahnya, nilai tambahnya naik 1 persen maka penerimaan pajak dari sektor itu naik lebih dari 1 persen, itu yang bagus," katanya.
Adapun, dia menambahkan, sebenarnya koefisien sektor pertambangan tadinya positif sebesar 1,4 pada semester I tahun 2019.
"Pertambangan pada semester I tahun 2020 turun di bawah 1, jadi 0,66. Kemudian, terkait dengan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) maka ada masalah di sektor pertambangan, banyak perampokan luar biasa yang terjadi di sektor ini," pungkas Faisal.
