Virus Corona
Bantah Sekolah Jadi Klaster Penularan Covid-19, Ini Klarifikasi Kemendikbud
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membantah kabar yang menyatakan sekolah menjadi klaster baru penyebaran virus corona
Laporan wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membantah kabar yang menyatakan sekolah menjadi klaster baru penyebaran virus corona akibat pemberlakuan pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud Jumeri mengatakan kabar tersebut tidak benar.
"Bahwa informasi yang terjadi tumbuhnya atau timbulnya klaster baru di dunia pendidikan akibat SKB 4 menteri relaksasi SKB 4 menteri sebenarnya tidak tepat," ujar Jumeri dalam Bincang Sore Kemendikbud yang digelar secara daring, Kamis (13/8/2020).
Baca: Klarifikasi Kemendikbud Terhadap Kekhawatiran Klaster COVID-19 di Satuan Pendidikan
Kemendikbud telah melakukan klarifikasi kepada Dinas Pendidikan Provinsi, hingga Kabupaten dan Kota demi mencari kebenaran mengenai kabar tersebut.
Kabar penularan Covid-19 di lingkungan sekolah yang diklarifikasi Jumeri adalah yang terjadi di Papua.
Sebelumnya, terdapat pemberitaan yang menyebutkan bahwa 289 siswa di Papua terpapar virus corona.
Jumeri mengatakan jumlah peserta didik yang tertular tersebut merupakan akumulasi sejak bulan Maret hingga Agustus.
Baca: Wiku Adisasmito: Jumlah Kasus Aktif Covid-19 Indonesia di Bawah Rata-rata Dunia
Dirinya membantah para siswa tersebut tertular setelah pemerintah menetapkan pembukaan sekolah.
"Itu jumlah peserta didik 5-18 tahun yang terpapar dalam kehidupan sehari-harinya, tidak di sekolahnya atau satuan pendidikannya. Dan yang tertular di satuan pendidikannya hanya satu anak dan itupun terjadi sebelum pembukaan. Jadi bukan karena membuka zona untuk melaksanaan KBM tatap muka," kata Jumeri.
Sementara kasus satu guru positif Covid-19 di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumeri mengatakan hal itu akibat tertular dari tetangganya.
Guru itu langsung melakukan isolasi mandiri dan tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Kemudian, peristiwa di Pontianak, Kalimantan Barat, terjadi pada 14 siswa dan 8 orang guru di SMA Pontianak yang dinyatakan reaktif Covid-19.
Baca: RSKI Pulau Galang Kini Merawat 245 Pasien Terkait Covid-19
Jumeri mengatakan kasus di Pontianak merupakan contoh baik dari pemerintah daerah karena diketahui setelah dilakukan tes PCR terhadap guru dan siswa.
Pemeriksaan ini dilakukan sebelum pembukaan sekolah.
"Ini adalah contoh praktik yang baik dari proses persiapan menghadapi pembukaan tatap muka. Ini Gubernur Kalimantan Barat melakukan swab tes terhadap guru dan random test terhadap peserta didik. Hasilnya 14 peserta didik adalah reaktif dan 8 guru reaktif," ungkap Jumeri.
Dirinya mengatakan sekolah belum beroperasi saat pemeriksaan tersebut. Akibat hasil tersebut, pembelajaran tatap muka di Pontianak ditunda.
Kemudian peristiwa di Tulungagung, Jawa Timur.
Jumeri mengatakan penularan Covid-19 pada satu siswa di daerah tersebut terjadi bukan saat pembelajaran tatap muka.
Baca: Julukan Baru, Covid-19 Disebut Penyakit Seribu Muka
Satu orang siswa tersebut terpapar corona dari ayahnya yang berprofesi sebagai pedagang.
Siswa ini berinteraksi dengan empat siswa lain yang menjalani pembelajaran jarak jauh secara berkelompok.
"Empat siswa lain sudah isolasi, meskipun mereka dites tdk positif. Ya negatif. Ini kejadian di Tulungagung, nah ini merupakan ekses dari PJJ yang ternyata negatif dan ini ditemukan di Tulungagung," tutur Jumeri.
Kasus terakhir di Rembang, Jawa Tengah, yang terjadi di SMK Negeri 1 Gunem.
Jumeri mengungkapkan ada guru-guru yang positif di sebuah sekolah sebelum kegiatan belajar mengajar dibuka.
Menurutnya, penularan bukan terjadi di sekolah karena belum ada SMK yang membuka layanan tatap muka. Guru ini justru tertular dari pejabat daerah setempat.
Sebelumnya, akun Twitter @laporcovid membeberkan sejumlah klaster yang terjadi di lingkungan pendidikan setelah pemerintah mengizinkan pembelajaran tatap muka di zona hijau dan kuning.
Dalam cuitan awalnya, akun @laporcovid menanyakan tindakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim terkait merebaknya virus corona di lingkungan sekolah.
Tribunnews.com telah meminta izin kepada admin @laporcovid terkait cuitannya soal klaster Covid-19 di sejumlah sekolah.
"KABAR Saat PBM tatap muka dimulai, bermunculan klaster2 baru penularan Covid dari Sekolah dari berbagai daerah. Konsekuensi serius dari kebijakan @Kemdikbud_RI !! Apa tindakanmu Kak @Nadiem_Makarim?" cuit akun @laporcovid pada Rabu (12/8/2020).