Senin, 6 Oktober 2025

Ibas Dikritik karena Sebut 10 Tahun Era SBY Ekonomi Meroket, Wasekjen Demokrat Membela, Ini Katanya

Wasekjen DPP Partai Demokrat Irwan angkat bicara pernyataan sejumlah menteri Kabinet Jokowi serta politisi pendukung pemerintah yang menyindir ibas.

Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com
Ketua Fraksi Partai Demokrat Eddy Baskoro Yudhoyono atau Ibas saat ditemui di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (10/9/2019). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Sekertaris Jenderal (Wasekjen) DPP Partai Demokrat Irwan angkat bicara pernyataan sejumlah menteri Kabinet Jokowi serta politisi pendukung pemerintah yang menyindir Ketua Fraksi Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas)

Bahkan, kata Irwan, pernyataan itu juga memperlihatkan yang bersangkutan kurang menerapkan budaya literasi dan tabayyun terhadap suatu informasi.

"Justru yang terkesan kurang budaya literasi dan tabayyun sehingga pernyataannya menjadi liar dan menggelitik akal sehat. Karena pidato Mas Ibas tidak ada menyerang siapapun apalagi secara personal, harusnya mereka bisa baca konteks pidato secara utuh," kata Irwan dalam keterangannya, Jakarta, Minggu (9/8/2020)

Irwan mengingatkan, seharusnya dalam menanggapi suatu informasi, tidak hanya direspon secara agresif dan bersikap asal pimpinan senang saja, tanpa mencermati konteksnya secara utuh.

"Menurut saya adalah respon terburu-buru tanpa budaya literasi yang kuat terhadap rekam sejarah perekonomian Indonesia, dan juga sebuah sikap yang asal pimpinan (bapak) senang (ABS) saja tanpa bisa melihat secara jujur konteks dari yang disampaikan Mas Ibas," ujar legislator asal Kalimantan Timur itu.

Baca: Ibas: Demokrat Harus Ada di Hati dan Pikiran Rakyat

Baca: Separuh dari 18 Lembaga yang Dibubarkan Jokowi Dibentuk di Era SBY

Ibas dan istri, Aliya Rajasa, melayat ke rumah duka almarhum Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari, di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Selasa (18/2/2020).
Ibas dan istri, Aliya Rajasa, melayat ke rumah duka almarhum Ashraf Sinclair, suami Bunga Citra Lestari, di Jalan Pejaten Barat, Jakarta Selatan, Selasa (18/2/2020). (TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra)

Oleh karena itu, Irwan menyebut sebagai anak bangsa tidak patriot kalau mencoba meninggalkan sejarah, apalagi mencoba menyalahkan sejarah yang ada.

"Apa yang disampaikan Mas Ibas adalah fakta sejarah bahwa bersama bapak SBY selama 10 tahun ekonomi Indonesia saat itu meroket, APBN kita meningkat, utang dan defisit kita terjaga," ucapnya.

"Jadi kalaupun ekonomi hari ini minus 5,32 persen itu pun bagian dari fakta sejarah perekonomian Indonesia nantinya ke depan. Semoga saja pemerintah bisa menyelamatkannya agar rakyat dan negara bisa bangkit," sambung Anggota Komisi V DPR itu.

Sebelumnya, Kamis (6/8), Fraksi Demokrat yang dipimpin Ibas menggelar silaturahmi dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Komplek Parlemen, Jakarta.

Baca: Ibas: Belum Ada Tanda-tanda Pandemi Covid-19 di Indonesia Akan Segera Berakhir

Baca: SBY Negatif Corona, Bagaimana AHY, Ibas, dan Pengurus Demokrat Lainnya? 

Dalam acara tersebut, Ibas selaku tuan rumah menyampaikan pidato politik di hadapan peserta yang hadir.

Banyak poin yang disampaikan Ibas. Pertama, dia menyinggung soal tantangan berat yang dihadapi Indonesia saat ini.

Mulai dari pandemi Covid-19, ekonomi, pembangunan, kesejahteraan, penegakan hukum, demokrasi, dan hak-hak sipil.

Ditambah lagi, pembahasan regulasi yang belum rampung seperti RUU HIP atau yang sekarang diubah menjadi BPIP dan RUU Cipta Kerja, isu-isu RUU Pemilu serta RUU Pilkada. Kata Ibas, isu-isu itu menarik untuk dicermati ke depan.

"Rakyat perlu kepastian, kepercayaan dan keyakinan. Rakyat perlu bukti, bukan janji," kata Ibas.

Soal tantangan, lanjut Ibas, Indonesia sudah pernah melewatinya. Saat era Presiden SBY, ekonomi Indonesia meroket.

"APBN meningkat, utang dan defisit terjaga, pendapatan rakyat naik dan lain-lain yang too few too mention, termasuk tentang persentase kemiskinan dan pengangguran yang menurun," ujar Ibas.

Meskipun kini berada di luar pemerintahan, lanjut Ibas, Demokrat tetap hadir memberikan koreksi, kritik dan solusi. "Supaya negara tidak jatuh ke jurang," imbuhnya.

Kendati demikian, ia mengatakan Demokrat saat ini tidak dalam posisi menyalahkan pihak manapun.

Ia juga sepakat, di masa krisis ini seluruh pihak harus bergotong royong dan bersinergi.

Namun, Ibas berharap Demokrat tetap cerdas dan tepat dalam berpikir.

"Ketika benar kita katakan benar, ketika tidak kita katakan tidak. Biar ruang demokrasi ini tetap terjaga, jadikanlah Partai Demokrat tetap hadir agar demokrasi kita lebih berwarna dan terjaga," tandasnya.

Pernyataan Ibas Ditanggapi Politikus PDIP
Menanggapi pernyataan Ibas, politikus PDIP Muchamad Nabil Haroen menyebut perbandingan era SBY dan saat ini jelas tidak sesuai, karena kondisinya jauh berbeda.

"Publik bisa menilai dan merasakan sendiri secara jernih. Tapi, tentu saja tidak bisa dibandingkan apple to apple, karena kondisinya sangat beda," ujar Nabil, ketika dihubungi Tribunnews.com, Sabtu (8/8/2020).

Apalagi, menurutnya saat ini seluruh dunia merasakan kesulitan. Nabil mengatakan rata-rata ekonomi dunia turun drastis, lintas negara bahkan di beberapa negara maju.

"Resesi ekonomi mengancam beberapa negara modern," imbuhnya.

Oleh karenanya, anggota Komisi IX DPR RI tersebut menilai kepemimpinan di tengah pandemi Covid-19 benar-benar diuji.

Namun, perbandingan yang disampaikan Ibas dinilai Nabil kurang tepat. Karena tiap presiden memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

"Jadi, memang tiap Presiden punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi saat ini kepemimpinan Presiden Jokowi masih kuat untuk membawa Indonesia bangkit di tengah pandemi dan bersiap menuju era new normal. Tentu saja, dengan dukungan rakyat Indonesia sepenuhnya," tandasnya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved