Dari Balik Penjara, Angelina Sondakh Sulap Pembuangan Puing Jadi Taman Edukasi
Taman Edukasi adalah tempat pembuangan puing. Banyak ditemukan tumpukan bambu hingga besi bekas
-Program Sembilan Paket di Lapas Perempuan Pondok Bambu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Narapidana kasus korupsi Wisma Atlet, Angelina Sondakh menyulap tempat pembuangan puing di Lapas Kelas II A Pondok Bambu, Jakarta Timur.
Dibantu sebelas narapidana "perkasa", Angie sapaan akrabnya, membangun gazebo, kandang ayam dan burung hingga perpustakaan di Taman Edukasi.
"Setiap lapas ada program kemandirian. Di Pondok Bambu ada sebelas narapidana diikutkan untuk bangun konstruksi awal jadi wanita perkasa," ucap Angie saat ditemui Tribun Network di Taman Edukasi, Lapas Kelas II A Pondok Bambu, Jakarta Timur, Jumat (17/7).
Dalam kesempatan yang sama, Kalapas Kelas II A Pondok Bambu, Herlin Candrawati juga mengamini dibangunnya taman edukasi merupakan ide dari Angie. Pihaknya turun membantu apa-apa saja yang
dibutuhkan.
Baca: Angelina Sondakh: Saya Ingin jadi Petani
"Jadi kami suport, Angie punya ide. Ya ayo kita bikin sesuatu yang bernilai," tambah Herlin.
Kepada Tribun Netrowk, Angie yang juga Putri Indonesia 2001 ini berbagi cerita awal mula berdirinya Taman Edukasi lengkap dengan rumah hijau hingga perpustakaan.
Sebelum dibangun, ternyata Taman Edukasi adalah tempat pembuangan puing. Banyak ditemukan tumpukan bambu hingga besi bekas di sana.

Menurut Angie, dulu tidak ada narapidana yang mau menginjakkan kaki ke tempat itu.
"Ini awalnya tempat pembuangan puing. Benar-benar tidak ada yang mau ke sini. Apalagi ada septic tank. Dari Kementerian ada program kemandirian jadi kami mulai belajar buat konstruksi," tuturnya.
Angie bersama sebelas narapidana lainnya belajar bagaimana cara mengecor, pasang keramik, hingga mendirikan gazebo untuk tempat bersantai.
Perabot plastik tidak luput diikreasikan menjadi meja hingga kursi. Bak air plastik juga disulap menjadi tempat cuci tangan dilapisi potongan bambu. Kursi-kirsi pun
terbuat dari ember bekas, dilapisi bambu dan akhirnya jadi kursi yang artistik.
Baca: Angelina Sondakh Masih Di Penjara, Keanu Massaid Malah Terlihat di Rumah Maia Estianty, Ada Apa?
"Kami belajar buat gazebo, bagaimana cara mengecor, mengaduk semen. Jadi maaf-maaf kalau kurang rapi. Sampai gazebo ala kadarnya juga kami semua yang buat," imbuhnya.
Bergeser dari gazebo, Angie memamerkan perpustakaan mini. Buku-buku tertata tapi di rak kayu kecil.
Beberapa buku lainnya sengaja digantung untuk memberi nuansa berbeda.
Budidaya sayur-sayuran menggunakan media tanah hingga metode hidroponik juga dilakoni oleh Angie dan sebelas narapidana perempuan "perkasa".
Mereka juga merawat tanaman hias hingga anggrek di tempat khusus yang lebih teduh.
Angie yang menggenakan baju lengan panjang warna merah muda itu sesekali membantu narapidana lain yang tengah asyik merawat bunga anggrek.
Protokol kesehatan pencegahan Covid-19 diterapkan oleh Angie. Memakai masker dan face shield, Angie cekatan mengelap daun bunga anggrek menggunakan kapas yang sebelumnya sudah dibasahi air.
Angie dan Kalapas Herlin mengajak Tribun Network ke tempat budi daya ikan lele. Angie bercerita lele tersebut baru beberapa hari lalu dipanen dan dikonsumsi oleh seluruh penghuni Lapas Pondok Bambu.
"Aku kalau sudah bebas sepertinya jadi petani saja. Di sini sudah belajar menanam sayuran, tanaman hias sampai ternak lele. Pahitnya hidup sudah saya rasakan, kalau cuma dipatil lele mah kecil," kata Angie.
Angie saat ini masih menjalani masa hukuman atas kasus korupsi Wisma Atlet Palembang.
Di tahun 2022 nanti Angie baru bisa bebas dari hukuman yang dijatuhkan majelis hakim.
Sembilan Paket
Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Pondok Bambu, Herlin Candrawati berbagi pengalamandalam melakukan pembinaan terhadap perempuan, warga binaan di Lapas Kelas II A.
Menurut Herlin, budidaya lele memang baru-baru ini dilakukan dan diajarkan kepada warga binaan.
Hasilnya tak mengecewakan. Puluhan kilogram lele berhasil dibudidayakan.
Keterampilan yang diajarkan di Lapas kelas IIA yang dihuni 373 warga binaan dengan 4 anak bawaan itu, intinya untuk menumbuhkan jiwa kemandirian, meliputi keterampilan, tata boga, salon, merajut, berkebun, dan budidaya lele.
Support Ketua Lapas supaya mereka mengikuti kegiatan binaan maksimal
dan tetap sehat.
"Juga wajib mengikuti ibadah sesuai agama dipeluknya. Pendidikan non formal, pelatihan, dan sebagainya," kata Herlin.
Terkait protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran covid-19 dan supaya warga binaan tetap kondisi fit, pihak Lapas menyediakan sarana prasarana penunjang seperti wastafel, steril area, dan memeriksa suhu seluruh warga binaan.
Memberikan vitamin juga untuk petugas dan warga binaan.
Menurut Herlin, Lapas perempuan mendapatkan anggaran kemandirian. Ada sembilan paket kegiatan yang harus diselesaikan yakni menjahit, salon, dan tata boga.
Pelatihnya dari pihak ketiga.
"Misal salon tata rias wajah dan rambut. Hampir semua kegiatan diikuti dan tidak boleh satu orang mengikuti hanya dua kegiatan saja. Hampir semuanya mereka antusias untuk mengikuti."
Ada karya sulaman dan membantik. Hasilnya dipajang di pameran di Kementerian Perindustrian serta website, bahkan sudah masuk e-commerce.
Sedangkan untuk budidaya lele, kata Herlin, baru sebatas dikonsumsi lingkungan sendiri, alias belum dipasarkan.
"Panen lele perdana baru kemarin, kita panen 60 kilogram. Kebetulan konsumennya pegawai Lapas, jadi belum sempat kita jual ke luar," katanya.
Budi daya lele merupaka ide Herlin sendiri mengingat ada lahan sedikit, dan kebetulan warga binaan mau mencoba.
"Tentu kami sempat mengundang ahlinya, supaya dibantu dilatih warga binaan," katanya.
Untuk mengurangi stres warga binaan, pihak Lapas juga memberikan ruang menari, musik, olah raga, sesuai hobinya masing-masing.
"Termasuk membangun taman. Wajar rindu dengan keluarga. Namun karena kondisi seperti ini (covid) harus mengerti," katanya. (theresia/denis/tribunnetwork/cep)