Sandiaga Uno Kisahkan Masa Sulit: Kena PHK, Istri Jual Cincin hingga Takut saat Dengar Bunyi Telepon
Pengusaha Sandiaga Uno menceritakan masa-masa sulit dalam hidupnya yang ternyata sempat kena PHK saat krisis moneter pada 1997 silam.
Sandiaga Uno mengatakan, kesuksesan yang diraihnya saat ini, tidak terlepas dari peran sang istri yang selalu mendukungnya.
Sang istri selalu mendampingi Sandiaga Uno saat masa-masa sulit, termasuk saat dirinya kehilangan kepercayaan diri pasca di PHK.
Baca: Raffi Ahmad dan Nagita Malu Disebut Sultan Andara, Sandiaga Uno: Tiap Hari Dijejelin Konten Kalian
"Mpok Nur ini selalu yang memberikan semangat, waktu melewati masa-masa sulit."
"Saya pernah kehilangan kepercayaan diri waktu di-PHK itu, sempat juga bangun tengah malam keringetan," jelasnya.
Bahkan, Sandiaga Uno sempat mengalami ketakutan saat mendengar bunyi telepon setelah terkena PHK.
"Sempet juga dengerin telepon itu takut karena tagihan kredit card, sempat berutang sama bank dan itu harus kita lalui pada saat itu," ucap dia.
Lantaran pengalamannya itu, di masa pandemi Covid-19 ini Sandiaga Uno tak ingin melakukan PHK kepada karyawannya.
Baca: Reaksi Sandiaga Uno saat Helmy Yahya Ungkap Kagumi Erick Thohir: Punya Teman Menteri Senang Juga
Sebab, dirinya merasakan betul bagaimana kesulitan yang dia alami saat terkena PHK.
Untuk itu, ia tak ingin para karyawannya merasakan hal yang sama seperti yang dialaminya.
"Setelah kita melihat pandemi ini salah satu pesan yang saya sampaikan kepada manajemen profesional yang sekarang mengelola investasi dan grup bisnis kami."
"Saya ingatkan, PHK itu adalah opsi yang paling terakhir untuk diambil karena kekayaan kita, aset kita itu adalah di karyawan."
"Jadi karena saya pernah mengalami kesulitannya di PHK, saya nggak ingin orang lain harus melewati pengalaman yang sama," paparnya.
Lebih lanjut, Sandiaga Uno mengatakan, dirinya sempat kaget saat terkena PHK.
Baca: Minta Dukungan Politik ke Sandiaga Uno, Andre Taulany Disindir soal Perlakuan Sang Istri ke Prabowo
Pasalnya, ia merasa telah mengerahkan kemampuannya untuk perusahaan tempatnya bekerja.
"Waktu masih berkarier, itu kerjanya banting tulang banget, pulang jam 1 pagi, jam 2 pagi, jam 8 pagi udah mulai di kantor lagi."