Strategi Produksi Komoditas Hortikultura di Masa Perubahan Iklim
Diharapkan dengan langkah antisipatif ini, komoditas hortikultura tetap dapat berproduksi dengan baik dan maksimal.
Poin tersebut adalah memperhatikan aspek klimatologis seperti pola curah hujan (hari hujan perdasarian dan volume curah hujan per bulan), suhu dan kecepatan dan arah angin, aspek hidrologi (sistem irigasi dan sumber daya air), serta keragaan dan penciutan luas lahan pertanian di sekitar pantai dan lahan kering.
"Selain itu memperhatikan infrastruktur/sarana dan prasarana pertanian, terutama saluran irigasi dan waduk/situ/embung, sistem produksi pertanian, terutama sistem usaha tani dan agribisnis, pola tanam, produktivitas, pergeseran jenis dan varietas dominan, volume produksi, serta aspek sosial-ekonomi dan budaya," jelasnya.
Dirinya menerangkan, dengan memperhatikan poin-poin tersebut, akan diperoleh rekomendasi teknologi mitigasi untuk mengurangi emisi GRK dari lahan pertanian. antara lain melalui penggunaan varietas rendah emisi serta penggunaan teknologi pengelolaan air dan lahan.
Teknologi adaptasi bertujuan melakukan penyesuaian terhadap dampak dari perubahan iklim untuk mengurangi risiko kegagalan produksi pertanian.
Teknologi adaptasi meliputi penyesuaian waktu tanam, penggunaan varietas unggul tahan kekeringan, rendaman dan salinitas, serta pengembangan teknologi pengelolaan air.
Dalam usahatani khususnya pada komoditas hortikultura, penting untuk memastikan tersedianya air.
Dengan teknologi yang sederhana, contohnya teknologi irigasi tetes sederhana, dapat dilakukan pengaturan sehingga air yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan mengarah langsung ke area perakaran tanaman sehingga tidak ada air yang terbuang percuma.
Selain itu, antisipasi kekurangan air dengan memanfaatkan air di musim hujan juga sangat direkomendasikan.
Petani dapat membuat penampungan air sederhana untuk menampung air hujan, sehingga dapat membantu pemenuhan kebutuhan air di lahan saat datang musim kemarau.
Budi daya yang baik dimulai dari pengolahan tanah. Pengolahan tanah yang optimal, solarisasi tanah, serta pemberian pupuk organik dan agens pengendali hayati diharapkan menjadikan tanah siap untuk ditanami dan terbebas dari OPT tular tanah.
Tanah yang baik menjadikan tanaman yang tumbuh di atasnya lebih sehat sehingga lebih tahan jika ada serangan OPT.
Di samping itu, pengamatan yang teratur dan penggunaan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan seperti pemasangan perangkap likat, penanaman refugia, dan penggunaan pestisida nabati juga dapat menekan serangan OPT.
Pasokan Masa New Normal
Ketersediaan komoditas hortikultura di masa pandemi COVID 19 terutama menghadapi masa new normal terus tersedia. Petani kita, menurut Yanti, tidak pernah berhenti menyiapkan lahannya, memelihara tanaman dan hingga panen.
“Hal ini sejalan dengan arahan Bapak Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo bahwa aktivitas pertanian tidak boleh berhenti. Bahan pangan harus tetap tersedia untuk pemenuhan kebutuhan bagi 267 juta jiwa penduduk Indonesia. Hal ini tentunya disambut baik oleh Kementan beserta jajarannya untuk senantiasa memantau, mengecek dan memastikan bahwa ketersediaan pangan aman," tambahnya.