Selasa, 30 September 2025

Virus Corona

Orang yang Mendatangi Pos Pemantauan RSPI Sulianti Saroso Melonjak Dalam 2 Hari Terakhir Ini

Pos pemantauan RSPI Sulianti Saroso mengalami lonjakan pengunjung dalam dua hari terakhir ini.

Tribunnews.com/ Vincentius Jyestha
Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang RSPI Sulianti Saroso dr Dyani Kusumowardhani SpA di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Selasa (17/3/2020). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang RSPI Sulianti Saroso dr Dyani Kusumowardhani SpA, mengatakan pos pemantauan RSPI Sulianti Saroso mengalami lonjakan pengunjung dalam dua hari terakhir ini.

"Ini baru satu dua hari ini yang melonjak lagi (kunjungan di pos pemantauan RSPI). Kondisinya memang ramai sekali di sana," ujar Dyani di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Selasa (17/3/2020).

Dyani berharap agar para pengunjung yang menyambangi pos pemantauan RSPI untuk lebih bersabar dan tak meminta petugas untuk cepat dalam memeriksa.

Baca: RSPI Tambah 15 Tempat Tidur Antisipasi Lonjakan Pasien Virus Corona

Dia menjelaskan bahwa screening terhadap pengunjung harus dilakukan secara teliti.

Baru kemudian nanti bisa ditentukan siapa yang memang bisa pulang, dianggap sebagai orang dalam pemantauan (ODP), dan sebagainya.

"Kami berharap para pengunjung atau orang yang datang ke pos pemantau ini bisa lebih sabar ya. Karena petugas kami juga harus melakukan screening dan itu tidak bisa cepat-cepat, kita harus teliti," kata dia.

Baca: VIRAL Dokter di RS Jakarta Tangani Pasien Corona di Usia 80 Tahun, DPRD DKI: Perlu Diapresiasi

Dyani juga menyoroti pengunjung yang datang secara rombongan.

Dengan rombongan yang jumlahnya cukup besar tentu mau tak mau giliran pemeriksaan akan semakin lama.

Di sisi lain, Dyani mengatakan pos pemantauan RSPI tak lagi dibuka 24 jam penuh.

Jam pelayanan pos pemantauan yakni dari pukul 07.30 WIB hingga 21.00 WIB.

Baca: Status Darurat Bencana Akibat Corona Diperpanjang, Ini Kata BNPB

Karenanya, ketika ada pasien yang memang datang dalam kondisi sakit di atas jam pelayanan dapat langsung dilayani di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan bukannya di pos pemantauan.

"Logikanya kalau dia datang malam hari, itu berarti kan kondisinya membutuhkan pertolongan segera. Ya kalau cuma batuk-batuk sedikit kan nggak akan datang malam-malam ke IGD," kata dia.

Dyani pun mengimbau bagi para pasien yang memiliki gejala ringan untuk datang pagi hari dan bukannya malam hari. Karena pihaknya memberlakukan pelayanan pos pemantauan yang tidak 24 jam penuh.

"Mungkin menjadi imbauan juga bagi mereka yang gejalanya ringan, datanglah pagi nggak perlu datang malam-malam. Jadi tidak merasa kok datang ke sini ditutup atau nggak ada pelayanan, karena kami memang membatasi pelayanan sampe pukul 21.00 WIB," katanya.

Rawat 11 pasien corona

Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso kembali menerima dua orang pasien terkait corona, Senin (16/3/2020).

Kini ada 11 pasien yang menjalani perawatan di RSPI Sulianti Saroso.

Direktur Medik, Keperawatan dan Penunjang RSPI Sulianti Saroso dr Dyani Kusumowardhani SpA, mengatakan 11 ruang isolasi yang tersedia di RSPI kini penuh.

"Kemarin pagi ada sebelas pasien kemudian pulang dua, yaitu pasien nomor urut 02 dan nomor urut 23 itu kemarin sudah diperbolehkan pulang. Sehingga pasien berkurang dua, tetapi kemudian siang hari dan malam masuk dua pasien lagi. Jadi kondisi saat ini kembali penuh 11 pasien di ruang isolasi," ujar Dyani, di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Selasa (17/3/2020).

Baca: Sempat Kabur, Pasien ODP Covid-19 Dijemput Anggota Polres Demak

Dyani kemudian menjelaskan status sebelas pasien yang dirawat oleh RSPI tersebut.

Tujuh diantaranya adalah pasien positif terinfeksi virus corona, sementara empat lainnya adalah pasien dalam pengawasan (PDP).

"Tujuh diantaranya adalah pasien sudah konfirm positif Covid-19, berarti sisanya yang empat masih statusnya PDP," kata dia.

Baca: Kondisi 11 Pasien Corona di RSPI Sulianti Saroso: Sadar, Tak Pakai Ventilator, Masih Demam dan Batuk

Dyani mengatakan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium dari keempat PDP tersebut.

Dia juga menegaskan bahwa dua pasien yang masuk kemarin berstatus PDP.

"Kalau pasien baru yang dirawat berarti pasien dalam pengawasan," katanya.

172 kasus virus corona

 Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto melaporkan peningkatan jumlah kasus terinfeksi virus corona (Covid-19) menjadi 172 orang, Selasa (17/3/2020).

Kasus terbanyak berada di Provinsi DKI Jakarta.

"Penambahan terbanyak adalah dari provinsi DKI Jakarta," ujar Achmad Yurianto dalam keterangan persnya di Kantor BNPB, Jakarta, Selasa (17/3/2020).

Baca: Wabah Corona Meluas, Ikatan Motor Indonesia Hentikan Semua Aktivitas Balap

Setelah DKI Jakarta, kata dia, penambahan terbanyak berasal dari Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kepulauan Riau.

"Kemudian dari Provinsi Jawa Timur, kemudian Jawa Tengah, dan dari Provinsi Kepulauan Riau," jelasnya.

Hingga hari ini, ia menjelaskan, jumlah korban meninggal masih tetap lima orang.

Sebelumnya, Achmad Yurianto mengumumkan ada penambahan 17 pasien positif COVID-19 pada Senin (16/3/2020).

Baca: Ada 2.300 Spesimen Corona, Pemerintah Tambah 10.000 Kit Pemeriksaan

“Ada penambahan kasus sebanyak 17 kasus confirm positif,” ungkap Yurianto di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Senin (16/3/2020).

Adapun rincian penambahan kasus tersebut penambahan terbanyak terjadi di wilayah DKI Jakarta dengan total 14 pasien.

Baca: Total Pasien Positif Corona jadi 172, 5 Meninggal Dunia, 9 Sembuh

“Provinsi jawa Barat satu, dari Provinsi Banten 1, dari provinsi Jawa Tengah 1, dari provinsi DKI Jakarta 14 pasien,” ungkap Yurianto.

Dengan penambahan 17 kasus ini maka total kasus positif COVID-19 di Indonesia menjadi 134 kasus, dari data Minggu (15/3/2020) kemarin tercatat ada 117 kasus.

Kemudian data lainnya, pasien yang telah dinyatakan sembuh 8 orang dan 5 orang meninggal dunia akibat virus yang ditetapkan WHO menjadi pandemi dunia ini.

Bungkus Virus Corona Sangat Rapuh Jika Terkena Deterjen

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto mengatakan bungkus virus corona sangatlah rapuh terhadap deterjen.

Hal tersebut disampaikan Achmad Yurianto ketika menjelaskan perihal apa saja yang dilakukan orang ketika mengisolasi diri sendiri di rumah bila merasakan gejala virus corona.

Awalnya, Achmad Yurianto mengatakan orang yang mengisolasi diri sendiri harus melakukan social distancing setidaknya satu meter demi menjaga keluarga.

"Gunakan masker yang proper, upayakan ada social distancing jarak setidak-tidaknya semeter lah. Kenapa semeter? Karena kita tahu kemungkinan droplet yang keluar itu sekitar semeter sehingga kita bisa menjaga keluarga," ujar Achmad Yurianto, di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Senin (16/3/2020).

Baca: Ikuti Arahan Jokowi, Anies Baswedan Kembalikan Jam Operasional 3 Moda Transportasi Publik

Dia mengatakan mereka juga tidak boleh berbagi penggunaan alat makan secara bersamaan.

Alat makan seperti piring hingga sendok pun tak perlu sekali pakai yang penting harus dicuci dengan sabun.

"Kalau tidur sendiri dulu, yang paling penting tidak berbagi penggunaan alat makan minum. Pakai alat makan minum yang terpisah, bukan berarti sekali pakai buang, tidak," kata dia.

Baca: Waspada Virus Corona, Tidak Menutup Kemungkinan Masa Reses DPR Diperpanjang

Menurutnya, virus corona akan mati dengan sendirinya saat bertemu dengan deterjen yang terkandung dalam sabun.

Bungkus virus corona disebutnya sangat rapuh akan kandungan deterjen.

"Tapi yakinkan selesai dipakai langsung dicuci dengan sabun karena kita tahu virus ini bungkusnya, envelopenya, sangat rapuh jika terkena deterjen. Dia akan gampang pecah. Kalau pecah maka virusnya akan mati. Ini yang penting. Deterjen apapun," katanya.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved