Senin, 6 Oktober 2025

Anies Baswedan Klaim Tingkat Kemacetan Jakarta Turun: Target Kita Keluar dari 10 Besar

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim tingkat kemacetan di Ibu Kota menurun di tahun 2019 dan menjadi urutan 10 di 2020.

Tribunnews.com/ Danang Triatmojo
Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim tingkat kemacetan di Ibu Kota menurun di tahun 2019 dan menjadi urutan 10 di 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengklaim tingkat kemacetan di Ibu Kota menurun di tahun 2019.

Data itu disebut berdasarkan survey indeks kemacetan di dunia yang dilakukan TomTom, perusahaan asal Belanda.

Anies Baswedan mengatakan peringkat Jakarta sebagai kota termacet dunia telah turun dari nomor tujuh pada tahun 2019 menjadi urutan 10 di 2020.

Hal itu disampaikan Anies saat menghadiri Seminar Nasional BPD se-Indonesia di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (22/2/2020) .

"Jakarta tahun 2017 kota termacet di dunia nomor empat,"  ujar Anies.

"Tahun 2019 turun jadi nomor tujuh."

"Tahun ini menjadi nomor 10," sambungnya, dilansir kanal YouTube KompasTV, Minggu (23/2/2020).

Baca: Kawasan Tebet Jakarta Macet Parah, Pemotor Ramai-ramai Lewat Kuburan, Terjebak Macet di Kuburan

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Kamis (13/2/2020)
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Tribunnews.com/Danang Triatmojo)

Selain iu, Anies juga berharap Jakarta bisa keluar dari peringkat 10 besar sebagai kota termacet di dunia pada 2020.

"Target kita keluar dari 10 besar," jelas Anies Baswedan.

Lebih lanjut, Anies menyebut peringkat kota termacet tersebut bisa menurun karena warga Jakarta sudah bisa beralih dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum.

Berdasarkan Traffic Index 2019, level kemacetan Jakarta 53 persen yang menempati peringkat 10.

Baca: Viral Pemotor Terobos Pemakaman Demi Hindari Macet, TPU Menteng Pulo Malah Jadi Titik Kemacetan Baru

Posisi tersebut memang semakin menurun jika dibandingkan peringkat Jakarta pada 2018 yang masuk peringkat tujuh sebagai kota termacet.

Sebelumnya, bahkan Jakarta menempati posisi ke tujuh pada 2017.

Tanggapan Pengamat Tata Kota

Sementara itu, pengamat tata Kota Yayat Supriatna membantah klaim yang disebutkan Anies Baswedan.

Yayat menekankan peringkat kota termacet yang diklaim oleh Anies tidak bisa dijadikan acuan.

"Jakarta ini punya persoalan yang lebih besar dibandingkan persoalan peringkat tersebut," ujar Yayat.

Yayat menuturkan bahwa sampai saat ini, Jakarta masih memiliki masalah dalam kondisi jalan yang tidak berkembang dan peningkatan kendaraan.

Baca: Wali Kota Bogor Segera Kurangi Jumlah Angkot Untuk Atasi Kemacetan

Pengamat tata kota Yayat Supriatna
Pengamat tata kota Yayat Supriatna menyatakan, penurunan peringkat dalam Traffic Index tidak bisa dijadikan ukuran bahwa kemacetan di Jakarta memang sudah menurun. (YouTube KompasTV/Tangkapan Layar)

"Misalkan pola perjalanan, sekarang sudah hampir mencapai 100 juta perjalanan di Jabodetabek," papar Yayat.

"Ada peningkatan jumlah kendaraan, dan yang paling parah adalah road ratio di Jakarta itu tidak banyak berubah."

"Road ratio itu adalah perbandingan antara panjang jalan dengan luas wilayah," sambungnya.

Yayat menyebut data peringkat tersebut perlu dipertanyakan apa saja faktor yang mempengaruhinya.

Baca: Tanpa UKM, Roda Perekonomian Macet dan Berimbas pada Usaha Skala Besar

"Jadi saya mengatakan, peringkat ini kan naik turun, apakah naik turun itu karena faktor yang fundamental atau tidak, atau karena faktor yang temporary (sementara)," jelas Yayat Supriatna.

Selain itu, Yayat menyarankan perlu dikaji lebih dalam mengenai variabel apa saja yang membuat peringkat Jakarta bisa membaik.

(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved