Virus Corona
Jokowi Tugasi Menkes Terawan Awasi Virus Corona, Pastikan Tidak Ada Masyarakat Terjangkit
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan virus corona atau Coronavirus belum menyebar dan menjangkit penduduk di Indonesia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jumlah korban tewas akibat virus Corona terus bertambah. Hingga Jumat (24/1/2019), otoritas China menyebut 25 orang meninggal dunia dan 830 kasus terinfeksi virus yang bermula dari Wuhan, China.
Merebak beberapa isu ada pasien terjangkit, di Jakarta, Bali dan Padang, namun Presiden Joko Widodo memastikan Indonesia masih steril dari penyakit yang menular melalui pernafasan itu.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memastikan virus corona atau Coronavirus belum menyebar dan menjangkit penduduk di Indonesia.
"Sampai sekarang informasi yang saya terima dan moga-moga seterusnya, tidak ada yang terjangkit virus Corona," kata Jokowi di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Meski begitu, Jokowi meminta semua masyarakat mewaspadai penyebaran virus Corona itu. "
Terpenting kita waspada dan hati-hati. Saya sudah perintahkan ke Menkes untuk diawasi secara detil diawasi," ucapnya.
Sebelumnya sempat beredar informasi menyebut ada pasien yang diduga tertular virus Corona dirawat di beberapa rumah sakit.
Misalnya, di Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Jakarta, RS Siloam Jakarta, RSUP Sanglah Bali, dan di Padang, Sumatera Barat.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini telah menginstruksikan Menteri Kesehatan Terawan untuk ikut mengawasi secata detail.
Ia juga telah meminta Menkes Terawan terus memonitor dan melakukan screening bagi penumpang dari sejumlah negara.
Ia juga melakukan antisipasi jika terdapat indikasi virus Corona mulai terbawa penumpang dari luar negeri.
"Kita kan juga sudah siap mengecek dengan scanner setiap kedatangan dari luar, siapa pun yang kita perkirakan kemungkinan besar terjangkit," jelas Jokowi.
Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan bahwa otoritas setempat sedang memeriksa 1.072 kasus terduga virus corona.
Virus yang menyebabkan masalah pernapasan yang bermula di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China telah menyebar ke berbagai kota seperti Beijing, Shanghai dan Hong Kong.
Bahkan kasus virus corona telah terkonfirmasi menyebar hingga ke Singapura, Jepang, Thailand, Korea Selatan, Taiwan, Vietnam dan Amerika Serikat (AS).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut wabah virus corona ini sebagai 'situasi darurat di China' namun belum menyebutnya sebagai epidemi internasional, seperti dilansir Channel News Asia, Jumat (24/1/2020).
Dalam pernyataan terbaru, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan jumlah korban tewas bertambah menjadi 25 orang, setelah delapan pasien virus corona meninggal dunia pada Kamis (23/1/2020) waktu setempat.
Sekitar 259 kasus baru dilaporkan di berbagai wilayah China.
Virus Corona atau Coronavirus telah menjadi masalah kesehatan global sejak awal tahun 2020.
Adapun virus ini berawal dari sebuah kota di Wuhan, Provinsi Hubei, China atau Tiongkok.
Menurut WHO, virus Corona adalah keluarga besar virus yang berkisar dari flu biasa hingga penyakit yang jauh lebih serius.
Penyakit-penyakit ini dapat menginfeksi manusia dan hewan. Ketegangan yang menyebar di Tiongkok terkait dengan dua virus corona lain yang telah menyebabkan wabah besar dalam beberapa tahun terakhir.
Sindrom pernapasan Timur Tengah juga dikenal sebagai MERS (Middle East Respiratory Syndrome) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Gejala infeksi virus corona berkisar dari masalah pernapasan, kesulitan bernapas, demam dan batuk.
Kasus pneumonia yang jauh lebih parah di antaranya gagal ginjal, sindrom pernapasan akut dan kematian.
Terpisah Wakil Presiden Ma'ruf Amin meyakini pemerintah sudah bertindak dalam hal antisipasi terhadap Pneumonia Unknown Causes atau virus corona yang dikhawatirkan pada beberapa hari belakangan.
"Saya kira kita sudah mengantisipasi kemungkinan, jadi belum ada kepastian untuk masuk," ujar Ma'ruf.
Kementerian Kesehatan di bawah Menkes Terawan, dikatakan Ma'ruf, sudah mendata sejumlah kemungkinan terkait virus yang bersumber dari Cina tersebut.
"Kementerian Kesehatan sudah menyiapkan antisipasi mereka yang datang dari berbagai di luar negeri khususnya dari China, khusus dari Wuhan, jadi sudah ada antisipasi," ujarnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencegah masuknya virus Corona ke Indonesia, dengan menyiapkan termoscanner di 135 pintu keluar masuk negara Indonesia.
"135 pintu negara baik udara, laut, maupun darat yang jaga petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan," kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes Anung Sugihantono.
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta Kementerian Kesehatan untuk melakukan pencegahan masuknya virus corona ke Indonesia.
"Kemarin saya sudah tanya ke Menkes, apa langkah-langkah kita untuk melakukan preventif, jangan sampai kecolongan gitu," ucap Moeldoko di kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (24/1/2020).
Menurut Moeldoko, Kemenkes telah melakukan pencegahan dengan menyiapkan timnya di setiap pintu masuk negara, baik di pelabuhan maupun bandara.
"Dipintu masuk ada upaya untuk mendeteksi, yang paling pentjng adalah preventifnya," kata Moeldoko.
Sementara terkait adanya permintaan agar pemerintah menerbitkan travel warning ke negara China, Moeldoko mengaku sampai saat ini belum diputuskan.
"Belum ada, tapi untuk masyarakat Indonesia yang sudah ada di sana, pasti bisa antisipasi dengan baik," tutur Moeldoko.
Siaga Satu
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto berharap masyarakat tetap tenang dalam menyikapi kabar persebaran virus corona yang berasal dari Wuhan, China.
Saat ini Kementerian Kesehatan telah siaga satu dalam mengantisipasi masuknya virus corona ke Tanah Air.
"Saya akan cek semua, termasuk pintu-pintu masuk negara," ucap Terawan, seperti dikutip situs resmi Kemenkes, Jumat (24/1/2020).
"Kita sudah siaga satu ini, enggak ada tidurnya. Jadi tenang, saya bekerja membantu masyarakat untuk tidak usah khawatir," kata Terawan.
Sebelumnya, Kemenkes mendapat laporan bahwa ada seorang karyawan Huawei yang diduga terjangkit virus corona seusai tiba dari China.
Mendapati informasi tersebut, dirinya langsung mendatangi lokasi kejadian di Gedung BRI, Jakarta Pusat.
Karyawan itu kemudian menjalani pemeriksaan medis dan hasilnya dipastikan bahwa ia hanya mengalami flu biasa, bukan terjangkit virus corona seperti dikabarkan.
"Tidak terjadi apa-apa dan sudah dipastikan dia hanya sakit radang tenggorokan biasa. Pasien sudah dicek dan Dinas Kesehatan juga telah memberikan laporan ke saya," kata Menkes.
Terawan pun mengimbau agar semua pihak dapat menyaring setiap informasi yang beredar.
Hal itu untuk menghindari adanya penyebaran informasi tidak benar alias hoaks yang hanya didasarkan pada asumsi, tanpa disertai bukti yang bisa dipertanggungjawabkan.
Selain itu, ia juga meminta semua pihak untuk berhati-hati dalam membuat pernyataan. Jangan sampai informasi yang diberikan melebihi wewenang yang dimiliki sehingga justru membuat kegaduhan di masyarakat.
"Itu kan bukan kapasitasnya untuk mengemukakan seputar virus dan sebagainya, kan kapasitasnya Menteri Kesehatan," kata dia.
Ia menegaskan, pemerintah akan terus memantau setiap perkembangan atas informasi kesehatan yang beredar di masyarakat. Hal ini untuk memberikan jaminan keamanan bagi semua anggota masyarakat.
KBRI Bentuk Satgas
Pelaksana Tugas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing, China membentuk satuan tugas untuk melakukan pengecekan terhadap WNI di China.
Pembentukan satuan tugas ini dilakukan seiring merebaknya virus corona di Wuhan, salah satu kota di China.
"Ada juga satuan tugas (task force) yang dibentuk oleh KBRI di Beijing untuk mengecek kondisi mereka (WNI dan mahasiswa Indonesia) dari waktu ke waktu," ujar Faizasyah.
Menurut Faizasyah, Kemenlu saat ini terus mendata WNI, termasuk mahasiswa Indonesia yang berada di China. Khususnya bagi para WNI yang saat ini berdomisili di Kota Wuhan, tempat merebaknya virus corona.
Saat disinggung apakah sudah ada laporan adanya WNI di China yang terpapar virus ini, Faizasyah mengatakan belum ada.
"Belum ada (WNI Indonesia yang terpapar). Dan semoga tidak ada," ujar Faizasyah.
Berdasarkan informasi dari Komisi Kesehatan Nasional China, virus ini memiliki kemiripan seperti virus SARS dan MERS yang dapat mengakibatkan kematian bagi penderitanya.
Sementara Wakil Ketua Komisi IX DPR fraksi PKS Ansory Siregar meminta pemerintah melakukan langkah yang terukur dan terencana dalam mencegah masuknya wabah corona ke Indonesia.
Kata dia, ada potensi virus Corona masuk ke Indonesia karena Tiongkok memiliki perjanjian bebas visa dengan Indonesia.
"Indonesia harus mengantisipasi dan memonitor perkembangan virus tersebut. Sejauh ini belum ada kasus penyebaran virus Corona di Indonesia. Namun, potensi bahaya terus ada sebab Indonesia memiliki perjanjian visa bebas dengan Tiongkok sehingga berpergian di kedua negara cukup mudah," kata Anshory.
Anshory menjelaskan menurut catatan, Indonesia memiliki 2500 mahasiswa di Tiongkok, di antaranya ada 428 mahasiswa dan 40 orang pelajar Indonesia di Wuhan.
Apalagi, jika otoritas Tiongkok gagal mengatasi penyebaran virus ini terutama saat dan setelah perayaan Imlek.
Pemerintah perlu memastikan mereka dalam keadaan aman dan dalam kondisi yang baik.
"Langkah mitigasi perlu dilakukan oleh seluruh otoritas terkait, penyebarannya kini sudah menjalar ke beberapa negara yang dekat dengan Indonesia. Temuan terbaru di Thailand sudah dua orang dan satu di Singapura," ujar politikus asal Sumatera Utara ini.
Terpisah, Wakil Ketua MPR Ahmad Muzani meminta pemerintah segera mengeluarkan travel warning ke kota Wuhan, China terkait wabah virus Corona.
Sehingga menurutnya mewabahnya virus yang mematikan itu bisa diantisipasi.
"Pemerintah segera mengeluarkan travel warning pada masyarakat untuk tidak bepergian di tempat kota yang jadi asal virus corona. Mungkin tidak perlu seluruh wilayah negara itu (China) tapi di tempat virus corona itu mewabah, kita harus mengeluarkan travel warning yang agak keras sehingga warga Indonesia tidak mendatangi wilayah tersebut. Untuk menghindari terjangkitnya wabah tersebut,"katanya di Kompleks Parlemen, Senayan.
Selain travel warning pemerintah juga menurut Muzani perlu menghentikan sementara pengiriman unggas dan buah dari kota Wuhan. Hal itu sebagai bentuk antisipasi, karena belum diketahui secara pasti cara penularan virus tersebut.
"Mestinya itu harus bebas dari semua virus dan kalau untuk melakukan pencegahannya segala macam jenis ya, bisa unggas dan buah dari kota tersebut, dihentikan sementara untuk selanjutnya dievaluasi," katanya. (Tribun Network/yud/sen/fia/mam/fik/rez)