Kebanjiran, Hakim PN Jakarta Pusat Bercelana Pendek dan Bersandal Jepit Naik Perahu Karet
Jalan Bungur Raya di Gunung Sahari Jakarta Pusat merupakan akses satu-satunya menuju gedung Pengadilan Tipikor Jakarta.
Laporan Reporter Tribunnews, Glery Lazuardi dan Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah hakim dan pegawai Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tetap bertugas seperti biasa meski gedung pengadilan tempat mereka bertugas dikepung banjir pada Kamis (2/1/2020).
Para Wakil Tuhan itu menumpangi perahu karet hingga ada yang mengenakan celana pendek dan sandal jepit agar bisa sampai ke gedung pengadilan.
Jalan Bungur Raya di Gunung Sahari Jakarta Pusat merupakan akses satu-satunya menuju gedung Pengadilan Tipikor Jakarta.
Namun, jalan tersebut telah digenangi air berwarna cokelat akibat hujan deras yang mengguyur Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) sejak Selasa (31/12/2019) sore hingga Rabu (1/1/2020) pagi.
Ketinggian air di Jalan Bungur berkisar 50 cm. Genangan air sudah tampak di titik perempatan Jalan Bungur Raya, Jalan Gunung Sahari V, dan Jalan Garuda.
Ada tiga perkara korupsi yang dijadwalkan disidangkan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta pada PN Jakarta Pusat pada Kamis kemarin.
Namun, hanya satu perkara korupsi yang bisa disidangkan karena pihak-pihak terkait dapat hadir ke persidangan. Perkara itu adalah dugaan suap dan gratifikasi Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun.
Hakim ad hoc Tipikor, Anwar dan hakim Sukartono tampak sudah berada tidak jauh dari gedung Pengadilan Tipikor Jakarta sejak Kamis pagi. Namun, kendaraan mereka terhenti begitu memasuki Jalan Bungur Raya karena terhadang banjir.
Anwar menghentikan kendaraannya di dekat pos polisi. Lantas, ia bersama hakim lainnya memutuskan menumpangi perahu karet.
"Tadi naik sepeda motor dari rumah, pas di pos polisi di Golden Truly tadi motor dititip. Kemudian naik perahu karet milik Pemda DKI itu yang putih," kata hakim Anwar saat ditemui wartawan di ruang kerjanya.
Saat ditemui, hakim Anwar dan hakim Sukartono masih mengenakan pakaian bebas. Bahkan, hakim Anwar tampak masih mengenakan celana pendek dan sandal jepit. Meski demikian, seragam hakim keduanya sudah disiapkan di tas.
Sejak subuh, Anwar sudah mendapatkan telepon dari Ketua PN Jakarta Pusat Yanto untuk menangani perkara tersebut. Yanto juga menjadi ketua majelis hakim dalam perkara ini, sementara Anwar merupakan anggota majelis hakim.
"Saya dari subuh ditelepon Pak Ketua (Yanto). (Yanto mengatakan) Pak Anwar kita sidang hari ini. Saya bilang, 'Ini kan banjir, Pak'. Katanya (Yanto), ndak kita tetap sidang, kata Pak Ketua tadi," ujar dia.
Anwar mengatakan dirinya menjadi anggota majelis hakim untuk perkara dugaan suap dan gratifikasi Nurdin Basirun.
Sejak subuh, ia sudah ditelepon Ketua PN Jakarta Pusat Yanto untuk tetap menangani perkara tersebut. Yanto juga menjadi ketua majelis hakim perkara ini.
"Saya dari subuh ditelepon Pak Ketua (Yanto). (Yanto mengatakan) Pak Anwar kita sidang hari ini. Saya bilang, 'Ini kan banjir, Pak'. Katanya (Yanto), ndak kita tetap sidang, kata Pak Ketua tadi," ujar dia.
Anwar mengungkapkan, sebenarnya lingkungan kediamannya di kawasan Kemayoran Jakarta Pusat juga tengah dilanda banjir. Namun, ia memutuskan tetap berangkat bertugas karena menjadi kewajiban.
Senada dengan Anwar, hakim Sukartono juga memutuskan masuk kerja meski genangan air di depan Pengadilan Tipikor Jakarta hampir mencapai pinggangnya.
Dia sendiri menangani sidang perkara erkara tindak pidana korupsi dari Kejaksaan Agung.
"Sudah ditunggu sama Kejaksaan untuk hari ini jam 1. Saya ke sini, pakai celana pendek gini, bawa pakaian sidang di tas, tetap melaksanakan sidang," cerita Sukartono.
Sukartono juga menumpangi perahu karet agar bisa menembus banir dan sampai di gedung pengadilan. Bedanya, ia harus merogoh kocek untuk biaya jasa angkut perahu karet itu.
"Jadi tadi saya ke sini naik perahu yang didorong warga, jadi beri ongkos Rp20 ribu untuk ke sini. Itu uang saya sendiri," ujarnya.
Selain harus membayar biaya jasa angkut perahut karet, Sukartono juga mengaku sempat membayar jasa angkut perahu warga agar bisa keluar dari banjir yang menggenangi area sekitar rumahnya di Kemayoran.
"Tadi naik perahu sebatas dari Jalan Garuda itu ke pengadilan sini. Kalau enggak naik perahu basah kita. Nanti celana juga ikut basah," tuturnya.
Selain karena adanya perintah Ketua PN Jakarta Pusat, perjuangannya ini sebagai bagian dedikasi terhadap profesi hakim.
"Ini perjuangan saya karena sebelumnya saya di TNI, saya pensiunan tentara, saya dulu berpangkat kolonel menjadi hakim militer kemudian bertugas (sebagai hakim) ad hoc Tipikor di sini," katanya.
Sementara itu, Yanto selaku Ketua PN Jakarta Pusat menuturkan, pihanya sengaja tidak meliburkan persidangan meskipun akses jalan dan halaman pengadilan tergenang air.
"Sepanjang mobil tahanan masih bisa masuk kantor, maka sidang tetap bisa berjalan," ujarnya.
Hal itu dilakukannya karena pihaknya harus tetap melayani pihak-pihak yang mencari keadilan melalui dalam persidangan. "Para pencari keadilan harus tetap kita layani, keadaan apa pun keadilan harus ditegakkan, sidang tetep buka," ucapnya.
Ia menambahkan kinerja itu telah lama dilakukan sehingga PN Jakarta Pusat diganjar penghargaan tingkat nasional dan dua kali penghargaan skala internasional, ISO 37001 dari lembaga hukum nasional Unaid.
Para hakim, jaksa dan pengacara baru mulai menggelar sidang perkara Nurdin Basirun sekitar pukul 14.00 WIB.
Selain para hakim dan masyarakat, banjir juga berdampak pada sejumlah tahanan kasus korupsi yang berada di Rumah Tahanan (Rutan) C1 KPK, Kuningan, Jakarta Selatan.
Bangunan rutan yang berada di gedung lama KPK itu tergenang air setinggi 30 cm. Dan air telah memasuki gedung rutan.
Dari hasil pengamatan Tribun, sejumlah galon air isi ulang yang berada di depan rutan tampak mengambang.
Pelaksana tugas Juru Bicara KPK Ali Fikri menerangkan, banjir menggenangi rutan sejak Rabu pagi.
Demi mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, pihaknya memindahkan enam tahanan yang ditahan di rutan tersebut ke lobi Gedung Anti-Corruption Learning Center (ACLC) gedung lama KPK. "Ada 6 tahanan (yang dievakuasi)," kata Ali.
Ia menambahkan, pihaknya akan mengevakuasi para tahanan itu ke Rutan K-4 Gedung Merah Putih dan Rutan Pomdam Jaya Guntur jika banjir kembali datang. (tribun network/gle/ilh/kps/coz)