BPIP Beberkan Akar Masalah yang Menyebabkan Intoleransi Berkembangbiak di Indonesia
Romo Benny Susetyo membeberkan akar yang menyebabkan intoleransi berkembangbiak di Indonesia.
Editor:
Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo membeberkan akar yang menyebabkan intoleransi berkembangbiak di Indonesia.
Romo Benny mengatakan kasus intoleransi terus meningkat sejak Indonesia memasuki era reformasi.
Tercatat sekira 200 ribu kasus intoleransi tidak bisa dituntaskan karena kasus-kasus tersebut bersinggungan dengan agama.
Baca: KPK Telisik Pengelolaan Haji dan Dugaan Penerimaan Gratifikasi Mantan Menteri Agama Lukman Hakim
Menurutnya urusan agama melibatkan persoalan emosi dan di situlah kerap terjadi kekerasan komunal.
"Namun bagaimana kita melihat akar intoleransi itu bisa berkembangbiak akhir-akhir ini?" kata Romo Benny dalam Seminar Nasional Peringatan Hari Toleransi Internasional di Hotel Grand Syahid, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).
"Akhir-akhir ini ketika agama tidak dipahami secara utuh (sesuai fungsinya) ini membuat orang merasa lebih eksklusif dan menganggap kebenaran agamanya itu yang paling mutlak sedang yang lain itu berbeda," ujarnya.
Baca: Awas, Mutiara Palsu dari China Beredar di Indonesia
Selain itu, menurutnya pemahaman sejarah yang tidak menyeluruh juga menjadi akar penyebab lahirnya intoleransi di Indonesia.
Romo Benny mengatakan dalam petilasan sejarah Indonesia, bangsa ini sebenarnya sudah memiliki sebuah habitat hidup yang baik.
Habitat baik yang dimaksudnya di sini ialah bangsa Indonesia telah memiliki insting untuk bertindak dan berperilaku sebagai masyarakat majemuk.
Baca: Pakar Intelejen Ingatkan Pentingnya Pengawasan Peredaran Bahan Peledak
"Dulu bisa hidup berdampingan mengapa sekarang tidak? Karena ada pemahaman sejarah yang tidak utuh itu," katanya.
Lebih lanjut, Romo Benny mengajak segenap anak bangsa untuk kembali menggali sejarah Indonesia.
Hal itu bertujuan untuk mengingatkan masyarakat akan jati diri mereka sebagai bangsa Indonesia yang rukun dalam keberagaman.
"Ke depan pentingnya itu kita menggali sejarah bangsa ini bahwa keragaman, kemajemukan itu sudah menjadi habitat bangsa ini, sudah menjadi cara berpikir, bertindak, bernalar dan berelasi kita sejak dulu," kata dia.