Ingatkan Nilai Pancasila, BPIP Gelar Kongres Persamuhan Nasional Pembakti Kampung
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar kongres atau rapat besar bertemakan "Persamuhan Nasional Pembakti Kampung"
TRIBUNNEWS.COM - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menggelar kongres atau rapat besar bertemakan "Persamuhan Nasional Pembakti Kampung", di Anyer, Banten, berlangsung dari Sabtu (26/10/2019) hingga Rabu (30/10/2019).
Kongres ini mempertemukan peserta dari berbagai komunitas pembakti desa dari Sabang sampai Merauke, dan bertujuan untuk mengangkat kembali budaya-budaya lokal dan nilai-nilai Pancasila yang telah dipraktikan di desa-desa tanah air, serta membuka jejaring komunikasi antara komunitas dan pembakti kampung.
Pembukaan Persamuhan Nasional dilakukan oleh Kepala BPIP Prof. Dr. Hariyono, MPd, dan dihadiri Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP Aris Heru Utomo, Direktur Pembudayaan BPIP Irene Camelyn SInaga, dan Kepala DInas Provinsi Banten, Neneng Nurcahya, serta para pembakti kampung dari 34 provinsi se-Indonesia.
Dalam sambutan pembukaannya Prof. Hariyono mengucapkan terima kasih kepada pegiat-pegiat kampung, karena telah menjadi inspirasi dalam mengamalkan Pancasila secara kontekstual.
Ia menambahkan bahwa Pancasila yang dilahirkan pada 1 Juni 1945 melalui pidato Ir Soekarno di hadapan Sidang BPUPK bukan sekadar peristiwa sejarah, tetapi merupakan transformasi sejarah yang mempersatukan suku-suku bangsa yang berdiri sendiri hinga menjadi satu,
"Ideologi Pancasila tidak hanya sebagai media statis, Pancasila adalah alat pemersatu bangsa dan sebagai lestars dinamis, bintang penuntun yang memberikan harapan agar kita menjadi bangsa yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur," ujar Prof. Hariyono.
Sementara itu dalam keterangannya kepada media, Direktur Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan Aris Heru Utomo mengemukakan bahwa dalam rangka mengarusutamakan kembali Pancasila di ruang publik kita mesti bersiap dengan narasi-narasi.
Hal ini perlu dipahami karena perang ideologi pada hakekatnya adalah perang narasi. Mereka yang memiliki narasi kuat yang bisa memenangkan pertempuran.
“Agar dapat menyusun dan mengeluarkan narasi-narasi yang kuat maka kita mesti memberdayakan tempat-tempat produksi narasi mulai dari keluarga, dunia pendidikan dan pusat-pusat budaya. Untuk itulah, salah satu upaya yang dilakukan BPIP antara lain adalah menyelenggarakan Persamuhan Nasional pembakti kampung,” ujar Aris Heru Utomo.
Dalam acara yang berlangsung selama tiga hari tersebut, selain melakukan diskusi antar pembakti kampung, dilakukan pula pertunjukan seni budaya dari berbagai daerah.
Dalam acara pembukaan misalnya ditampilkan pertunjukan tari dan rampag bedug daerah Banten dan monolog pembacaan pidato 1 Juni 1945 yang dibawakan Wawan Setiawan.
Bukan hanya itu, peserta Persamuhan Nasional juga melakukan upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di halaman hotel tempat kegiatan dilaksanakan.
Setelah itu, mereka mempertunjukkan aksi budaya, termasuk pertunjukkan seni yang memadukan wastra nasional dari Dian Oerip dan musik bedug yang digawangi Gilang Ramadhan di kaki menara mercusuar Banten.(*)