Selasa, 7 Oktober 2025

Penjelasan BMKG Soal Suhu Panas dan Cuaca Terik di Indonesia, Suhu di Solo Capai 40 Derajat

BMKG memberikan penjelasan terkait suhu panas dan cuaca terik yang melanda Indonesia, akhir-akhir ini. Suhu di Solo capai 40 derajat.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Tiara Shelavie
pexels.com/ Brett Sayles
Penjelasan BMKG Soal Suhu Panas dan Cuaca Terik di Indonesia, Suhu di Solo Capai 40 Derajat 

BMKG memberikan penjelasan terkait suhu panas dan cuaca terik yang melanda Indonesia, akhir-akhir ini. Suhu di Solo capai 40 derajat.

TRIBUNNEWS.COM - Akhir-akhir ini, suhu di sejumlah daerah di Indonesia terasa sangat terik.

Bahkan suhu udara di Solo, Jawa Tengah, Senin (21/10/2019) kemarin mencapai 40 derajat celcius.

Termasuk di DKI Jakarta serta DI Yogyakarta yang mencapai 37 derajat celcius.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun memberikan penjelasan terkait suhu panas yang masih melanda Indonesia, Selasa (22/10/2019).

Baca: BMKG: Potensi Suhu Panas di Indonesia Masih Berlangsung Sampai Akhir Oktober

Baca: Antisipasi Dehidrasi, Suhu Panas Masih Akan Terjadi Sampai Sepekan ke Depan

Lewat rangkaian utas yang diunggah akun @InfoHumasBMKG, beberapa stasiun pengamatan BMKG mencatat suhu udara maksimum dapat mencapai 37° C sejak Sabtu (19/10/2019) lalu.

Bahkan pada Minggu (20/10/2019), ada tiga stasiun pengamatan BMKG di Sulawesi yang mencatat suhu maksimum tertinggi.

Yaitu Stasiun Meteorologi Hasanuddin (Makassar) mencatat 38.8 derajat celcius, diikuti Stasiun Klimatologi Maros 38.3 derajat celcius, dan Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera 37.8 derajatcelcius.

Suhu tersebut merupakan catatan suhu tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Pasalnya, di periode Oktober pada 2018, tercatat suhu maksimum mencapai 37 derajat celcius.

Stasiun-stasiun meteorologi yang berada di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara juga mencatat hal serupa.

Baca: Penyebab Udara Panas di Sebagian Wilayah Indonesia saat Siang, BMKG Sebut Akibat Gerak Semu Matahari

Baca: Awal Musim Hujan di Indonesia Terlambat, BMKG Imbau Masyarakat Siapkan Cadangan Air

Selama 19 - 20 Oktober 2019, suhu udara maksimum yang terukur berkisar antara 35 derajat celcius - 36.5 derajat celcius.

BMKG menulis, cuaca panas yang terjadi akhir-akhir ini, erat kaitannya dengan gerak semu Matahari.

Pada September, Matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan akan terus bergerak ke belahan Bumi selatan hingga bulan Desember.

Sementara pada Oktober, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan.

Inilah yang membuat persebaran suhu panas dominan terjadi di selatan Khatulistiwa, meliputi Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi Selatan, hingga Bali.

BMKG menyebut, kondisi ini juga menyebabkan radiasi matahari yang diterima oleh permukaan bumi di wilayah tersebut relatif menjadi lebih banyak.

Sehingga akan meningkatkan suhu udara pada siang hari.

Selain itu, pantauan dalam dua hari terakhir, atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering.

Hal ini sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari.

Minimnya tutupan awan ini juga mendukung pemanasan permukaan yang kemudian berdampak pada meningkatnya suhu udara.

Gerak semu matahari adalah suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.

Alhasil, potensi suhu udara panas seperti ini dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

BMKG mengingatkan, sekitar satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia.

Pasalnya, posisi semu Matahari masih akan berlanjut ke selatan dan kondisi atmosfer yang masih cukup kering.

Sehingga pertumbuhan potensi awan yang bisa menghalangi terik matahari juga sangat kecil.

BMKG mengimbau, masyarakat yang terdampak suhu udara panas ini untuk minum air putih yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

Juga mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari jika beraktivitas di luar ruangan.

Waspadai aktivitas yang dapat memicu kebakaran hutan dan lahan khususnya di wilayah-wilayah yg memiliki potensi tinggi karhutla.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat untuk mewaspadai adanya angin kencang yg berpotensi terjadi di Pulau Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan.

Hal senada juga disampaikan Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Semarang, Iis Widya Harmoko.

Iis mengungkapkan, fenomena cuaca terik yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah, dirasa sebagai hal yang wajar.

Pasalnya, bulan Oktober merupakan bulan paling panas untuk wilayah Jawa Tengah.

"Kalau suhu tinggi untuk bulan-bulan Oktober, memang secara umun suhunya rata-rata tinggi," tutur Iis kepada TribunSolo.com, Senin (21/10/2019).

Iis menjelaskan, suhu tinggi itu disebabkan oleh posisi matahari saat ini.

"Kita lihat posisi matahari, kalau dilihat dari pergerakan sedang berada tepat di atas Jawa Tengah," tutur Iis.

"Bahkan, sekitar seminggu yg lalu di Jawa Tengah ada fenomena hari tanpa bayangan," imbuhnya.

Iis memperkiraan suhu rata-rata wilayah Jawa Tengah berada pada kisaran 36 hingga 37 derajat celcius.

"Kalau kurang lebih sama, dilihat kondisi lingkungan, kondisi tutupan lahan yang ada dari Semarang sampai Solo kurang lebih sama," tutur Iis.

"Hanya, Semarang lebih dekat pesisi jadi lebih panas, sedangkan Solo relatif dingin, suhu di Solo antara 36-37 derajat celcius," tambahnya.

Iis menuturkan, suhu tinggi di wilayah Solo terjadi hingga pertengahan bulan November.

"Nanti kira-kira, November-Desember sudah mulai turun lagi," tutur Iis.

Iis mengatakan, suhu tinggi dapat dijadikan indikasi suatu wilayah telah memasuki musim pancaroba.

"Kalau mulai panas dah pancaroba nih, kan kalau mau masuk musim hujan secara umum di Jawa Tengah seperti itu," kata Iis.

"Di Jawa Tengah, hujannya rata rata antara Oktober-November, walaupun tahun ini prakiraan kami sepertinya mundur, diperkirakan pertengahan November baru masuk musik hujan," imbuhnya.

Iis menghimbau masyarakat untuk waspasa terjadinya angin puting beliung.

"Suhu relatif sangat hangat bisa terjadi angin puting beliung, kalau hujan sedang hingga lebat dengan durasi pendek disertai angin kecang," tutur Iis.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunsolo.com dengan judul Cuaca Panas Ekstrem di Solo, Suhu Capai 40 Derajat, BMKG : Matahari Tepat di Atas Jateng

(Tribunnews.com/Sri Juliati) (Kompas.com/Adi Surya Samodra)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved