Interupsi Akhir Ara Konsisten Perjuangkan Pembangunan Rumah Ibadah di DPR
Di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo, DPR tumbuh menjadi lembaga yang semakin terbuka dan bisa dipercaya rakyat.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di bawah kepemimpinan Bambang Soesatyo, DPR tumbuh menjadi lembaga yang semakin terbuka dan bisa dipercaya rakyat.
Demikian disampaikan anggota Komisi XI DPR, Maruarar Sirait, dalam sidang paripurna terakhir DPR periode 2014-2019 di ruang paripurna gedung DPR, Komplek Parlamen, Senayan, Jakarta, Senin (30/9/2019).
Setelah menyampaikan apresiasi, anggota DPR dari daerah pemilihan Subang, Majalengka dan Sumedang ini pun langsung memasuki substansi persoalan dalam interupsi tersebut.

Maruarar mengatakan bahwa di Dapilnya ia menemukan Pancasila yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
"Saya Batak dan Kristen namun dipercaya oleh warga yang mayoritas muslim dan bersuku Sunda. Di dapil, saya menemukan Pancasila dan juga Islam yang ramah dan toleran," kata Maruarar, yang melalui lembaga Taruna Merah Putih-nya rutin menggelar Kirab Kebangsaan hingga mengokohkan nilai Pancasila di tengah masyarakat.
Sebagai sosok yang selalu membumikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari ini, Maruarar pun mengatakan bahwa ia telah lama berjuang agar nilai-nilai pluralisme dan Pancasila juga ada di gedung DPR sebagai rumah rakyat.
Sejak zaman Setya Novanto, Maruarar berjuang agar ada rumah ibadah yang mencerminkan agama-agama di Indonesia di komplek parlemen.
Dan saat ini, sudah ada masjid di komplek parlemen serta musholla di setiap komisi. Maruarar pun menginginkan agar juga dibangun pura, wihara serta gereja.
"Cukup pura, wihara, gereja yang kecil saja di tempat ini untuk menunjukkan DPR ini bahwa semua agama bisa diterima," kata Ara, demikian ia disapa, yang merupakan anggota DPR paling vokal dalam membongkar skandal Century.

Maruarar menegaskan bahwa pembangunan semua rumah ibadah ini menunjukkan gedung DPR yang benar-benar rumah rakyat dengan segala macam agama dan keyakinan di dalamnya.
Hal ini juga menunjukkan bahwa kompleks DPR mampu menunjukkan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
"Bagaimana kita mau bangun persepsi bahwa kita setuju betul Pancasila kalau gedung DPR ini saja untuk hal tadi saja kita belum pernah sepakat, kita beda suku beda agama, tapi kita Pancasila," ungkap Maruarar.
Hal lain yang disampaikan Maruarar dalam interupsi ini, adalah soal demo terkait dengan UU KPK.
Menurut Maruarar, secara normatif bahwa persoalan ini sudah tuntas di tangan DPR dan pemerintah. Namun demikian, realitas di lapangan ada respons dari masyarakat dan mahasiswa.
"Kita harus juga mendengar realitas dan aspirasi. Pak Jokowi juga mengumpulkan tokoh agama, intelektual, media, dan mahasiswa untuk mendialogkan ini," demikian interupsi Maruarar.
Ketua DPR Bambang Soesatyo tersentuh dengan keinginan yang disampaikan Ara.
Namun, dirinya tak dapat mewujudkan itu lantaran tak menjadi pimpinan DPR periode lima tahun ke depan.
"Semoga pemimpin yang akan datang bisa wujudkan keinginan Pak Ara," kata Bamsoet.