Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Kapten Yaser, Nahkoda yang Nyaris Menjadi Korban Keganasan Gelombang di Selat Pakuafu

Hari itu adalah hari terakhir KPM Citra Mandala Bahari atau JM Ferry melaksanakan tugasnya berlayar menyeberang dari Pelabuhan Bolok

Editor: Adi Suhendi
Tribunnews.com/ Ilham Rian Pratama
Kapten Yaser, nahkoda kapal KM Express Bahari sedang berada di ruang kemudinya, Pelabuhan Baa, Rote, Nusa Tenggara Timur, Rabu (28/8/2019) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama

TRIBUNNEWS.COM, ROTE - Hujan turun sangat lebat membuat jarak pandang menjadi terbatas.

Laut di antara Pulau Timor, Pulau Rote, dan Pulau Semau sangat bergelora.

Gelombang tinggi berkejar-kejaran seakan hendak memangsa.

Setiap tahun sejak dulu kala, orang Rote tahu betul itulah karakter selat yang dinamai Pukuafu.

Kapten Yaser masih ingat kejadian malam itu pada 31 Januari 2006 malam.

"Saat itu langit gelap gulita. Angin bertiup kencang. Itu memang ombaknya besar sekali, sampai 5 meteran," tutur Yaser, Rabu (28/8/2019).

Hari itu adalah hari terakhir Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Citra Mandala Bahari atau JM Ferry melaksanakan tugasnya berlayar menyeberang dari Pelabuhan Bolok, Kupang menuju pelabuhan Pantai Baru, Rote.

Baca: BPPT Kenalkan Inovasi Sistem Navigasi Baru untuk Keselamatan Transportasi Laut

Baca: Laga Terbaru Persija yang Tanpa Kemenangan, Ada Hujan Kartu Kuning

Baca: Pemadaman Listrik di Jakarta Akibat Gangguan Pembangkit Muara Karang

Baca: Pelaku Industri Keuangan, Pendorong Percepatan Ekonomi dan Keuangan Pasca-Pilpres

"Hari dimana Pukuafu sedang foti," ujar Yaser.

Yaser menjelaskan foti adalah tarian khas Rote yang menghentak-hentak kaki, seperti breakdance.

"JM Ferry memasuki arena fotinya," ujarnya.

Akibatnya, Selat Pukuafu menelan JM Fery beserta isinya.

Penumpang, kendaraan, dan barang yang berada di kapal pun tenggelam.

107 orang yang berada di kapal ikut tenggelam seiring karamnya kapal ke dasar lautan.

Sementara 162 orang lagi selamat.

Yaser masuk dalam daftar 162 orang yang selamat.

Saat itu Yaser belum jadi nahkoda. Dia baru mengendarai kapal sejak 2017, setelah menyelesaikan pendidikannya.

Tribunnews.com bersama tim Biro Komunikasi dan Publik (BKIP) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berkesempatan menjajal kemampuan Yaser membawa kapal.

Membawa kapal jenis fiber, kapal cepat KM Express Bahari, Yaser mumpuni.

Berangkat dari Kupang menuju Pelabuhan Ba'a, Rote hanya memakan waktu 1,5 jam.

Kapal kelir kuning yang membawa pewarta dan tim BKIP Kemenhub melewati Pukuafu, selat yang waktu itu membuat Yaser nyaris merenggut nyawanya pada 2006.

KM Express Bahari berguncang ketika mengarungi selat tersebut sehingga dispenser yang berada di ruang VIP kapal jatuh.

Namun tak berapa lama, guncangan hilang.

Menurut Yaser, gelombang di Pukuafu masih tergolong aman.

"Itu masih wajar, masih tenang. Cuma 1 meter," katanya tenang.

"Kalau kapal fiber ini kalau kita mau manuver itu harus hati-hati. Terus kalau di laut, kalau ombak, kita harus lihai bawanya, karena fiber takutnya bisa patah. Jadi harus bawa sebagus mungkin," ujar Yaser yang pernah membawa kapal sampai Papua ini.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved