Minggu, 5 Oktober 2025

Rusuh di Papua

Ini 5 Point Tuntutan Gerakan Suluh Kebangsaan Untuk Merajut Kembali Papua

Termasuk pengusiran mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang yang berujung kerusuhan di Papua dan Papua Barat, beberapa waktu lalu.

Editor: Johnson Simanjuntak
Fransiskus Adhiyuda/Tribunnews.com
Gerakan Suluh Indonesia 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mahfud MD menyoroti soal masih maraknya diskriminatif dan ungkapan bernada rasisme yang dilakukan oleh orang tertentu.

Termasuk pengusiran mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang yang berujung kerusuhan di Papua dan Papua Barat, beberapa waktu lalu.

Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman dan hubungan saling pemahaman di antara kita sebagai bangsa.

Baca: Mercedes Benz tipe S600 Guard, Mobil Dinas Terbaru Presiden Jokowi

"Kita semua sebagai bangsa harus segera menyadari tentang adanya kesenjangan ini dan karena itu harus bersama-sama mencegahnya. Semua orang harus dipandang memiliki martabat yang sama dan kedudukan setara sebagai bangsa Indonesia," kata Mahfud MD saat konfrensi pers tentang Papua di Hotel Grand Sahid Jakarta, Jumat (23/8/2019).

Selain keharusan menciptakan etika sosial kesetaraan dan kesederajatan tersebut, kata Mahfud, tidak kalah pentingnya adalah penegakan hukum bagi pelaku rasisme tersebut.

Baca: Tokoh Papua Minta TNI-Polri Tindak Oknum Aparat yang Lakukan Persekusi Mahasiswa Papua

"Kita semua juga harus menyadari dan waspada kemungkinan situasi seperti itu dimanfaatkan oleh orang-orang atau sekelompok orang yang memiliki kepentingan tertentu untuk keuntungan dirinya dan kelompoknya yang pada gilirannya akan merusak persatuan dan kesatuan NKRI," jelas Mahfud MD.

Menyikapi perkembangan di Papua tersebut, Mahfud MD bersama para tokoh bangsa termasuk beberapa tokoh Papua menyerukan:

Baca: Sering Digosipkan, Gading Marten Akui Kasihani Para Wanita yang Dekat Dengannya, Siapa Saja?

1. Semua pihak untuk menahan diri dan berpartisipasi aktif dalam menciptakan suasana kondusif di Papua.

2. Pemerintah termasuk TNl-Polri perlu mengedepankan dialog konstruktif bersama tokoh-tokoh Papua untuk mencari jalan keluar terbaik demi kepentingan masyarakat Papua dan NKRI.

3. Semaksimal mungkin Pemerintah mengambil tindakan damai yang cepat, terencana, dan tepat sesuai dengan peratutan perundangan yang berlaku sehingga tidak jatuh korban lagi.

4. Pihak aparat penegak hukum agar menindak tegas oknum pelaku rasisme yang memicu kerusuhan dan mencegah terjadinya lagi kejadian serupa.

5. Semua komponen bangsa selalu menjunjung tinggi persamaan derajat sebagai sesama bangsa Indonesia, mencegah terjadinya tindakan diskriminalif, menghargai local values.

Baca: Insiden KM Santika Nusantara Terbakar, Evakuasi Tuntas, 3 Orang Dirawat di Puskesmas Masalembu

Dalam kesempatan itu, sejumlah tokoh turut hadir dalam konfrensi pers tersebut. Adapun sejumlah tokoh yang hadir diantaranya, isteri Abdurahman Wahid atau Gusdur, Shinta Nuriyah Wahid, cendikiawan muslim, Quraish Shihab, serta tokoh Papua sekaligus mantan Menteri Percepatan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia, Manuel Kaissepo.

Lalu, ada Romo Franz Magnis Suseno, Romi Beni Susetyo, Prof Alwi Shihab, Simon Morin dan Alissa Wahid.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved