Pilpres 2019
Ketika Komisioner KPU Sarankan Perokok Tak Jadi Petugas KPPS
Wahyu Setiawan mengaku prihatin dengan banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fransiskus Adhiyuda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wahyu Setiawan mengaku prihatin dengan banyaknya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang meninggal dunia saat bertugas saat Pemilu serentak 2019.
Ia mengingatkan, agar ada pengetatan pengecekan medis terhadap petugas pemilu yang akan bertugas.
Wahyu mengatakan mayoritas petugas pemilu yang meninggal ternyata merupakan perokok. Mereka juga diagnosa mengidap penyakit kardiovaskular.
"Yang bersangkutan sakit dan punya riwayat sakit. Semua yang meninggal punya riwayat merokok. Jadi yang ngerokok jangan jadi petugas KPPS ya," kata Wahyu dalam diskusi di kantor DPP GMNI, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (26/6/2019).
Baca: Kementerian PANRB Angkat Bicara Soal Ajakan Tryout Nasional CPNS 2019 yang Viral di Media Sosial
Baca: Setelah Putusan MK, Jokowi dan Prabowo Pasti Bertemu
Baca: Dandim 0415/Batanghari Siapkan Posko Media TMMD
Wahyu membantah kabar peracunan terhadap petugas pemilu. Menurutnya, meninggalnya para petugas pemilu bukan dilandasi kesengajaan oleh pihak tertentu.
"Isu banyak petugas KPPS tewas karena diracun kami pstikan tidak benar. Yang benar itu Tuhan berkehendak lain. Selain memang ada alasan medisnya," ujarnya.
Di sisi lain, ia mendukung adanya evaluasi terhadap pelaksaan pemilu serentak.
Sebab, ia mengakui pelaksaannya masih diselingi kekurangan yang perlu diantisipasi demi pemilu ke depannya.
"KPU ada kajian sederhana dan mendalam. Intinya pemilu serentak perlu dikaji lagi," ucapnya.
Dikabarkan, Tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada ( UGM ) mengungkap penyebab meninggalnya 527 jiwa (data Kementerian Kesehatan RI) petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara ( KPPS ).
Berdasarkan kajian yang dilakukan tim peneliti, tidak ditemukan adanya racun yang menyebabkan meninggalnya KPPS.
Namun demikian, hasil penelitian menunjukan bahwa KPPS meninggal disebabkan karena sejumlah penyakit.
"Data kami menunjukan bahwa semua yang meninggal itu disebabkan oleh penyebab natural. Semuanya disebabkan oleh problem kardiovaskuler, entah jantung, stroke atau gabungan dari jantung dan stroke," kata Koordinator Peneliti UGM, Abdul Gaffar Karim di gedung KPU, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (25/6/2019).
"Kami sama sekali tak menemukan indikasi misalnya diracun atau sebab-sebab lain yang lebih ekstrim," sambungnya mengatakan.
Selain itu, berdasarkan hasil otopsi verbal yang dilakukan tim peneliti, ditemukan bahwa rata-rata beban kerja petugas KPPS sangat tinggi.
Tidak hanya selama hari pemungutan suara, tetapi juga sebelum dan sesudahnya.
Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa tuntutan dan keterlibatan petugas KPPS sangat tinggi sehingga menyebabkan kelelahan yang berujung pada sakit atau bahkan kematian.