Pilpres 2019
Wiranto Bantah Ada Pembisik ''ABS'' di Sekeliling Jokowi
Menko Polhukam Jenderal (Purn) TNI Wiranto, menjawab pertanyaan wartawan seusai membuka Rakornas Komisi Penyiaran Indonesia di Banjarmasin.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menko Polhukam Jenderal (Purn) TNI Wiranto, menjawab pertanyaan wartawan seusai membuka Rakornas Komisi Penyiaran Indonesia di Banjarmasin.
Dalam kesempatan itu, ia membantah pernyataan Prabowo saat debat yang menyebut banyak laporan ABS (asal bapak senang--red) kepada Jokowi, termasuk soal rapuhnya pertahanan Indonesia.
"Melakukan hal itu (laporan ABS) kepada Pak Jokowi yang suka blusukan, percuma. Justru akan mempermalukan diri sendiri karena akan ketahuan bohongnya," ujar Wiranto sesuai Rakernas KPI di Banjarmasin, kemarin.
Menanggapi pernyataan Prabowo yang sejak usia 18 tahun sudah siap mati untuk negara, Mantan Panglima ABRI ini juga menjelaskan, bukan hanya Prabowo namun semua prajurit TNI sejak dilantik sudah kontrak mati untuk Indonesia.
Baca: Malu Memakai Kostum Bossman, Reza Rahadian Ungkap Badannya Tak Seperti Karakter Tersebut
"Maka sebaiknya kalau masih hidup sampai sekarang tak perlu membanggakan diri, lebih baik mensyukuri untuk melanjutkan pengabdiannya. The old soldiers never die just fade away," pungkas Wiranto.
Soal Ancaman perang, Prabowo mengatakan bahwa para seniornya yang meramalkan tak ada perang, tapi kenyataan ada operasi militeri Timtim. Wiranto mengatakan Senior itu benar.
Menurut Wiranto, operasi di Timtim bukan perang antar negara tetapi Opskamdagri (operasi keamanan dalamnegeri) di Propinsi ke-27 (saat itu).
Pasca Proklamasi 1945 Indonesia hanya mengalami perang sekali sewaktu menghadapi agresi Belanda. Setelah itu sampai sekarang dan prediksi kedepan perang terbuka, perang konvensional akan sangat kecil kemungkinannya (hasil kajian strategis). "Mindset ancaman sudah berubah dalam spektrum yang lebih luas dan kompleks."
Wiranto juga mengingatkan, jika pemimpin dalam menerjemahkan ancaman sudah salah maka kebijakan yang diambil pasti akan jauh menyimpang dari yang dibutuhkan, apalagi itu kebijakan negara. "Risikonya fatal."
Ia mencontohkan soal tudingan yang menganggap pertahanan RI buruk dan lemah karena tidak punya uang untuk memberdayakan TNI .
"Bayangkan kalau APBN dihambur untuk membeli Alutsista TNI, sedangkan ancaman riilnya bukan perang apa jadinya negeri ini? Presiden Jokowi sudah benar APBN buat pertahanan terus meningkat sejalan dengan semakin menipisnya trauma kembalinya kekuatan militer mendominasi negeri ini," pungkasnya.