Perkenalkan Wahyuli, Kades Merangkap Agen SPAK dan Peduli Difabel
Ternyata Wahyuli merupakan Kepala Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ratusan aktivis perempuan yang tergabung dalam Perempuan Arus Bawah, Kamis (7/3/2019) berkesempatan bertemu langsung dengan Presiden Jokowi.
Mereka hadir di Istana Negara menggunakan pakaian adat terbaik dari daerahnya masing-masing lengkap dengan selendang hingga ikat kepala.
Sementara itu, Wahyuli memilih menggunakan Pakaian Dinas Upacara (PDU) putih lengkap dengan topi hitam. Biasanya PDU kerap dipakai untuk acara pelantikan, kenegaraan hingga hari-hari besar.
Lantas, siapa Wahyuli?
Ternyata Wahyuli merupakan Kepala Desa Mallari, Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.
Baca: Jose Mourinho Mengaku Bangga ketika Namanya Dinyanyikan Fan Real Madrid
Desa Mallari, merupakan tempat masa kecil dari Wapres Jusuf Kalla (JK). Sebelum tinggal dan memulai usaha di Makassar, JK dan keluarga sempat tinggal di Bone.
Lalu apa saja yang dilakoni Wahyuli hingga membawa dirinya bisa menginjakkan kaki di Istana Negara?
Seperti diketahui tidak semua orang bisa masuk ke sana.
Ternyata perempuan kelahiran 7 Juli 1969 ini merupakan sosok peduli difabel. Kepeduliannya juga berhasil membuat Peraturan Desa tentang pencegahan perkawinan anak dibawah umur.
"Yang sudah saya buat di Desa Mallari diantaranya mengelola anggaran, menerapkan sistem transparansi, partisipatif dan akuntabel," kata Wahyuli membuka obrolan.
Baca: Ditangkap Atas Dugaan Hina ABRI, Masa Lalu Robertus Robet Dibongkar Fahri Hamzah: Lawan yang Berat
Mengenai sikapnya yang peduli pada kaum difabel, Wahyuli menjelaskan dia sudah memberikan keterampilan bagi kaum difabel agar ekonomi mereka produksi.
Beragam keterampilan mulai dari mengolah ikan, rumput laut hingga songkok sudah diberikan. Kini produk dari kaum difabel menjadi produk unggulan di desanya.
"Difabel di desa kami ada 60 orang. Kami senantiasa memberikan keterampilan. Bedah rumah hingga bantuan ternak pada mereka," paparnya.
Baca: Cerita Pernikahan Syahrini & Reino Barack yang Cepat, Aisyahrani Bocorkan Soal Bulan Madu Incess
Sementara untuk desa ramah anak, Wahyuli sudah bekerja dengan giat untuk membebaskan anak-anak dari pernikahan dini.
Dia menggandeng pihak terkait termasuk Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kab Bone dan Kementerian Agama Kabupaten Bona menggelar sosialisasi pada warga.
"Dulu banyak anak-anak menikah umur 13-14 tahun. Saya coba sosialisasi bahaya menikah dini. Kami panggil yang ahli dari bidang kesehatan. Bagaimana dampak mental anak-anak jika menikah dini hingga rentan pada perceraian. Beruntung sekarang sudah tidak ada lagi," tegasnya.
Bukan itu saja, yang turut menjadikan Wahyuli sebagai perempuan hebat ialah dia menjadi agen Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK). Dia bersama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sering menjadi pembicara soal antikorupsi.
Menurutnya SPAK telah memberikan banyak pengatuh pada dirinya. Seperti saat mengambil keputusan. Sebelum menjadi agen SPAK, Wahyuli mengambil keputusan berdasarkan aturan ayapun ketentuan adat dan kebiasaan sehati-hari.
Kini setelah mendapat edukasi dari SPAK, dia mengambil keputusan lebih mempertimbangkan pada aspek integritas.
Diketahui sejak tahun 2014, KPK membentuk gerakan SPAK yang hingga kini sudah memiliki lebih dari 1700 agen di 34 provinsi di Indonesia.