Senin, 6 Oktober 2025

Demo di Jakarta

Musa Rela Bolos Kerja Demi Demo

Dari sekian banyak massa aksi, adalah Musa. Seorang pria asal Sukabumi yang hadir untuk bergabung dengan demonstran lainnya.

Tribunnews/JEPRIMA
Sejumlah massa aksi saat melakukan unjuk rasa Bela Tauhid didepan Gedung Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam), Jakarta Pusat, Jumat (26/10/2018). Aksi ini terkait dengan adanya kasus pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid yang dinyatakan sebagai HTI di Garut, Jawa Barat. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selepas Salat Jumat (26/10), ribuan orang mengenakan pakaian putih dan hitam berbondong berdiri di jalan Merdeka Barat Jakarta, tepat di depan Kantor Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan.

Dari sekian banyak massa aksi, adalah Musa. Seorang pria asal Sukabumi yang hadir untuk bergabung dengan demonstran lainnya.

Pria berusia 37 tahun itu mengaku harus meninggalkan kerjaannya sebagai seorang pegawai swasta di kantornya yang berada di Bogor untuk ikut demo. Tanpa sepengetahuan bosnya.

"Bolos saja. Demi ikut demo ini," katanya sembari terus memegang bendera Ar-Rayah di tangannya.

Kepada Tribun, dia mengaku baru pertama kali ikut demonstrasi seperti ini. Meski mengaku sempat was-was apabila akan terkena sanksi dari kantornya yang bergerak di bidang perbankan itu.

Namun, ramainya aksi membuat kekhawatiran dia terbayar. Pasalnya, banyak massa aksi yang mengaku kepadanya bolos kerja.

"Banyak teman ternyata. Pada ngomong, mereka juga bolos," ucapnya tersenyum.

Dia mengaku harus berangkat pagi sekali untuk langsung sampai di Masjid Istiqlal Jakarta dan bergabung dengan massa lainnya.

Tanpa teman dari Sukabumi, dirinya berkenalan dengan beberapa orang saat menunggu di Masjid dan diberikan bendera Ar-Rayah oleh seorang teman barunya.

Dia mengaku tidak terafiliasi dengan ormas Islam manapun di lingkungan rumahnya. Alasan untuk ikit serta dalam demonstrasi, murni keinganannya sendiri.

Baginya, tidak boleh ada umat Islam yang menghina atribut Islam. Baik itu bendera, maupun atribut lainnya.

"Apapun alasannya, enggak bener lah. Kalau sampai bakar-bakaran begitu. Apalagi, sama-sama umat Islam. Untuk menyuarakan itu saja sih," lanjut pria yang mengenakan kemeja hitam dengan celana bahan warna senada.

Sebenarnya, lanjut pria satu anak itu, ingin sekali bertemu Menkopolhukam Wiranto dan berbicara dengannya agar tidak lagi ada kejadian seperti ini.

Namun, hal itu sirna karena hanya tujuh orang perwakilan massa aksi yang diperbolehkan masuk.

Lagipula, Wiranto juga sedang berada di Palu untuk kesiapan masa rekonstruksi usai bencana. "Ya saya dengar Pak Wiranto juga sedang tidak di dalam," ungkapnya.

Kecewa Tidak Ada Wiranto

Kekecewaannya juga dilontarkan oleh ribuan massa aksi lainnya. Mereka kecewa lantaran tujuh delegasi tersebut tak ditemui langsung oleh Menko Polhukam Wiranto.

Ketua Umum GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Yusuf Martak yang memimpin delegasi mengatakan Wiranto kini tengah berada di Palu, Sulawesi Tengah untuk menindaklanjuti tanggap bencana di kawasan tersebut.

“Kami diterima dengan baik oleh Bapak Sekretaris Kemenko Polhukam Mayjen Agus Surya Bakti, karena Menko Polhukam Pak Wiranto sejak kemarin berada di Palu untuk penanganan bencana, memang jadwalnya tidak pas,” terang Yusuf Martak.

Pernyataan Yusuf Martak itu disambut oleh cemoohan masa yang kecewa. Yusuf Martak kemudian berusaha menenangkan massa bahwa apresiasi delegasi diterima secara baik oleh pihak Kemenko Polhukam.

“Apa yang kami sampaikan kasus per kasus kepada pihak Kemenko Polhukam sudah ditampung, dan kami harap teman-teman semua mengawal agar aspirasi ditindaklanjuti,” tegasnya.

“Jika tidak ditindaklanjuti maka kita akan laksanakan aksi kedua,” ujarnya.

Kemudian Agus Surya Bakti ikut menemui langsung ribuan massa tersebut. Massa pun kembali melayangkan cemoohan kepada Agus.

Agus menyatakan apa yang disampaikan perwakilan akan diteruskan kepada Wiranto. “Apa yang sudah disampaikan akan kami sampaikan kepada Menko Polhukam,” kata Agus.

Rombongan perwakilan itu dipimpin oleh Ketua Umum GNPF (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa) Ulama, Muhammad Yusuf Martak.

Sementara lainnya adalah KH Abdulrasyid Abdullah Syafi’i, Habib Idrus, Habib Muchsin bin Zaid Al Ath Thos, Ustadz Dani, Ustadz Syuhada Bahri, dan Ustadz Ja’far Shodiq. Para perwakilan menyampaikan aspirasi kepada pihak Kemenko Polhukam terkait insiden pembakaran bendera di Garut, Jawa Barat beberapa hari lalu.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved