Selasa, 7 Oktober 2025

Pemilu 2019

Pengamat: Dibandingkan Politik Uang, Hoax dan SARA Dinilai Lebih Ampuh Menjegal Lawan

Menurutnya, dalam hasil survei pun persentase angka yang menyatakan politik uang masih berlaku hanya mencapai 30 persen.

Penulis: Fitri Wulandari
Tribunnews.com/Fitri Wulandari
Ray Rangkuti 

Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Melihat kian suburnya hoax dan SARA yang disebarkan sejumlah oknum, membuat Pengamat Politik sekaligus Direktur Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menanggapi serius.

Dalam pernyataannya saat menghadiri acara diskusi bertajuk 'Hoax Tumbuh Subur, Karena Partai Oposisi Tidak Kredibel', ia menjelaskan bahwa penggunaan strategi money politic atau politik uang sudah kurang diminati.

Baca: 6 Menu Sarapan Favorit Negara-negara di Afrika, Rasa Lapar di Pagi Hari pun Siap Ditebas!

Menurutnya, dalam hasil survei pun persentase angka yang menyatakan politik uang masih berlaku hanya mencapai 30 persen.

"Money politic semakin rendah, dimana hasil survei hanya menunjukkan (ini berlaku) tidak lebih dari 30 persen," ujar Ray, dalam diskusi yang digelar di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat (9/3/2018).

Strategi politik uang itu yang juga menjadi satu dari sejumlah penyebab masyarakat enggan menuju ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) untuk menggunakan hak suaranya.

"Dan money politic ini juga membuat banyak orang tidak mendatangi TPS," jelas Ray.

Sedangkan tren terbaru, yakni hoax dan sara, dianggap lebih efektif untuk mendelegitimasi wibawa ataupun menekan elektabilitas seseorang yang menjadi lawan politik.

Kedua hal tersebut kini menjadi tren lantaran lebih diminati dibandingkan penggunaan politik uang.

Para oknum yang menginginkan kemenangan pilkada dan pemilu dengan cara yang negatif, mengandalkan hoax dan sara sebagai alat yang dinilai 'ampuh' dalam memenangkan kontestasi politik pada pilkada serentak 2018 dan pemilu 2019.

"Konteksnya mendelegitimasi wibawa seseorang, menahan elektabilitas seseorang untuk tidak naik, visi misi, politik uang nggak diminati, ya dilihatlah jalur (hoax dan sara) ini," kata Ray.

Sebelumnya, sara dan hoax sudah mulai akrab kembali di telinga masyarakat Indonesia sejak beberapa waktu lalu.

Kedua hal tersebut dijadikan sebagai alat untuk menyiasati kemenangan dalam pilkada maupun pemilu.

Kemenkominfo dan Polri pun terus menyasar oknum-oknum dan jaringan yang menyebarkan kabar palsu dan isu yang sangat sensitif tersebut.

Baik hoax dan sara, kini menjadi perhatian serius, tidak hanya bagi para politisi yang hendak mengikuti kontestasi pilkada maupun pemilu, namun juga pemerintah.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved