Deputi Kemenko PMK: Banyak Pejabat Korup karena Tak Ada Pendidikan Karakter
Untuk semakin memperkuat pendidikan karakter, maka guru memiliki peranan yang cukup penting.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Agus Sartono menyoroti berbagai permasalahan yang sedang dialami Indonesia khususnya terkait Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Secara beruntun sejumlah kepala daerah tertangkap tangan oleh KPK dalam tindak pidana korupsi.
Sejumlah kasus korupsi juga menyeret nama-nama besar.
Menurut Agus, hal ini terjadi karena pendidikan saat ini lebih menekankan pada peningkatan kemampuan kognitif, bukan ke pembentukan karakter.
“Persoalan yang muncul saat ini disebabkan oleh ketiadaan karakter” ujar Agus dalam pernyataannya, Sabtu(30/9/2017).
Agus mengatakan tujuan pendidikan semata-mata tidak hanya dapat dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan kognitif.
“Pendidikan harusnya juga bisa dimaknai sebagai media untuk membentuk karakter dan ini dimulai dari pembiasaan sehari-hari baik dalam lingkungan sekolah, masyarakat dan keluarga”kata Agus.
Selanjutnya guru besar Ilmu Ekonomi dari Universitas Gajah Mada (UGM) itu juga menyoroti karakter generasi muda sekarang yang lebih mementingkan hasil dibandingkan proses.
Menurutnya, kecenderungan generasi muda yang lebih mementingkan hasil disebabkan juga karena pengaruh teknologi yang berkembang saat ini, khususnya ketika semua keinginan sudah dapat diraih hanya dalam gengggaman.
“Padahal hidup ini harus dilalui dengan proses yang benar dan hasil itu nomor dua. Hasil adalah konsekuensi daripada proses” jelas Agus.
Untuk semakin memperkuat pendidikan karakter, maka guru memiliki peranan yang cukup penting.
“Kurikulum kita bisa dirancang, gedung kita bisa beli, teknologi bisa kita beli atau pendanaan bisa kita adakan, tetapi perlu diketahui bahwa hal yang paling penting adalah guru yaitu orang yang akan melatih peserta didik untuk menjadi terbiasa berfikir baik, bertutur kata baik, berperilaku baik dan punya karakter yang baik,” tutur Agus.
Selain guru yang berada di dalam institusi pendidikan formal, Agus juga menekankan pentingnya keluarga sebagai lembaga pendidikan informal dalam melakukan pendidikan karakter.
“Dalam mewujudkan pendidikan karakter saya meyakini bahwa peran keluarga itu sangat penting karena memang pembiasaan atau penanaman nilai-nilai itu harus dimulai dari keluarga” jelas Agus.
Agus menjelaskan bahwa Kemenko PMK sudah melakukan koordinasi dengan kementerian terkait seperti Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, dan Kementerian Dalam Negeri.