Jumat, 3 Oktober 2025

Komnas HAM Sebut Isu Agama Jadi Dagangan Paling Laris Dalam Pilkada

"Kelompok minoritas itu sering dijadikan komoditas politik. Kalau menolak Ahmadiyah, misalnya, calon itu semakin populer," ujar Nurkhoiron.

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM/HERUDIN
Dari kiri Koordinator Subkomisi Pendidikan dan Penyukuhan Komnas HAM, Muhammad Nurkhoiron, Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM, Siane Indriyani, Ketua Komnas HAM, Hafid Abbas, dan Wakil Ketua Internal Komnas HAM, Ansori Sinungan berbicara kepawa wartawan terkait kriteria calon menteri dan pimpinan lembaga negara pemerintahan Jokowi-JK, di kantor Komnas HAM Jakarta Pusat, Jumat (29/8/2014). Komnas HAM menyampaikan beberapa kriteria calon menteri dan pimpinan lembaga negara, diantaranya adalah menghargai pluralisme dan kebhinekaan bangsa, tidak pernah terindikasi melanggar HAM, apalagi terbukti melakukan pelanggaran HAM. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fahdi Fahlevi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komnas HAM Muhammad Nurkhoiron mengungkapkan isu agama menjadi isu yang paling sering dipakai dalam pemilihan kepala daerah.

"Kelompok minoritas itu sering dijadikan komoditas politik. Kalau menolak Ahmadiyah, misalnya, calon itu semakin populer," ujar Nurkhoiron saat acara Workshop Polri dan Imparsial di Hotel Grand Sahid, Sudirman, Jakarta, Selasa (29/8/2017).

Nurkhoiron mengungkapkan bahwa yang menjadi korban tidak hanya calon pemimpin yang bertarung, tapi juga kelompok minoritas di daerah tersebut. 

Dirinya mengatakan bahwa sentimen agama di berbagai daerah di Indonesia berbeda-beda, tergantung agama mayoritas setempat.

Di Nusa Tenggara Timur, sentimen anti Islam menguat. Sebaliknya, di Aceh yang mayoritas Islam, justru sentimen terhadap agama non Islam yang kuat.

"Kalau semua sentimen digerakkan apa yang terjadi nanti di Indonesia?" kata dia. 

Lebih jauh, Nurkhoiron mengatakan, Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memanfaatkan kasus dugaan penistaan agama oleh lawan politiknya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. 

"Harus diakui Anies Baswedan menang karena ada sentimen yang digerakkan secara populer. Sentimennya laku untuk tolak Ahok karena sudah melakukan penodaan agama," kata Nurkhoiron. 
 

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved