Minggu, 5 Oktober 2025

Budayawan Ini Nilai Dana Hibah Korea 5,5 Juta Dollar AS Untuk Tingkatkan Produk K-Pop

Menurutnya, hibah itu bagian dari perang dagang atau war of commerce. Korea ingin cari ruang dan peluang agar produk kebudayaan K-Pop masuk Indonesia.

Penulis: Adiatmaputra Fajar Pratama
Editor: Willem Jonata
TRIBUN/HO
Budayawan Radhar Panca Dahana membacakan puisi dalam pagelaran teatrikal puisi Manusia Istana di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (27/1/2017). Pagelaran teatrikal puisi tersebut diangkat dari buku antologi puisi karya budayawan Radhar Panca Dahana dan didukung oleh Djarum Bakti Budaya. TRIBUNNEWS/HO 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budayawan Radhar Panca Dahana berharap Pemerintah menolak rencana hibah Korea Selatan sebesar 5,5 juta dollar AS lewat Integrated Box Office System (IBOS).

Menurutnya, hibah itu bagian dari perang dagang atau war of commerce. Melalui perang dagang tersebut, lanjut Radhar, Korea ingin mencari ruang dan peluang agar produk-produk kebudayaan K-Pop bisa lebih banyak masuk ke masyarakat Indonesia.

"Karena cara-cara yang mereka lakukan sangat baik dan halus, maka tidak menimbulkan resistensi pada masyarakat," ujar Radhar.

Presiden Federasi Teater Indonesia ini mencontohkan keberadaan K-Pop dan drama Korea yang sudah sangat diterima masyarakat kita.

Bahkan karena itu pula, tidak sedikit generasi muda Indonesia yang otodidak belajar Bahasa Korea hanya untuk bisa memahami lagu-lagu Korea.

“Tanpa kita sadari, bangsa ini sebetulnya sudah disusupi oleh budaya Korsel,” ungkap Radhar.

Karena itu Radhar berharap pemerintah menyadari uang dari Korea tidak seberapa dibandingkan dampaknya ke depan. Apalagi kata Radhar pihak Korea bisa mengetahui semua data.

“Korea memang begitu. Itu bagian dari perang dagang. Lewat pola itu, mereka bisa menginternalisasi budaya kepada generasi muda kita. Habislah kita,” kata Radhar.

Ia menambahkan saat ini cara-cara perdagangan tradisional dan konvensional memang sudah mulai ditinggalkan. Akibatnya, peranan harga, promosi, atau kualitas dalam sebuah persaingan pasar, tidak lagi menjadi satu-satunya cara.

Menurut Radhar, sekarang perang dagang tidak hanya terjadi di antara merk dan produk, namun sudah meluas hingga dukungan negara.

"Jika sudah demikian, negara akan mengerahkan seluruh kapasitas dan kemampuan untuk membantu perdagangan nasional mereka," kata Radhar.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved