Novanto Yakin Ongkos Naik Haji Lebih Murah Jika Dana Dikelola Profesional
Dengan dikelola secara efektif dana haji tersebut juga dapat dipergunakan untuk keperluan yang paling mendesak.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto mengatakan pengelolaan dana haji harus dilakukan secara profesional dan benar. Sehingga dapat membuat ongkos naik haji lebih murah.
“Jika dana haji yang sudah terkumpul lebih dari 80 trilun dapat dikelola secara profesional, ongkos naik haji akan lebih murah dan pelayanan kepada jamaah akan lebih baik, ujar Setya Novanto dalam keterangan pers, Kamis (26/1/2017).
Menurut Novanto, dengan dikelola secara efektif dana haji tersebut juga dapat dipergunakan untuk keperluan yang paling mendesak dalam penyelenggaraan haji.
“Dana yang dapat dikelola dan dikembangkan dapat dipergunakan untuk membeli pesawat sendiri atau membuat apartemen sendiri di Arab Saudi sana. Jika ini dilakukan pasti dapat mengurangi ongkos haji,” karena sekitar 40 % biaya haji digunakan untuk transportasi," kata Novanto.
Lebih lanjut ia mengatakan hal tersebut bukan berandai-andai, tetapi harus dapat dilakukan sesegera mungkin. Negara-negara lain sudah melakukan dengan baik dalam pengelolaan dana haji tersebut.
“Malaysia merupakan salah satu contoh negara yang berhasil mengelola dana haji dengan baik sehingga dapat mengurangi ongkos haji. Kita harus yakin bisa lebih baik,” ujar Novanto.
Oleh karena itu, kata Ketua DPR itu, pembentukan badan pengelolaan keuangan haji (BPKH) yang diamanahkan UU segera direalisasikan. “Golkar sangat mendukung pembentukan badan tersebut, kita juga siap mengawal serta meminta agar pemerintah konsisten menjalankan amanat tersebut UU tersebut,” ujarnya.
Novanto mengingatkan pemerintah agar dapat meningkatkan diplomasi dengan pihak Arab Saudi. Kerjasama tersebut sangat penting utamanya untuk penambahan kuota jemaah haji Indonesia. “Golkar juga akan siap selalu membantu diplomasi untuk penambahan kuota, ini mengingat daftar tunggu dan antrian jemaah haji Indonesia yang makin lama, bahkan ada sudah sampai 25 tahun,” kata Novanto.
Peningkatan pelayanan haji tentunya, lanjutnya harus terus dilakukan mulai pemahaman masyarakat terhadap perbedaan kultur dan budaya yang berbeda. Lebih-lebih pelayanan jemaah pada saat wukuf dan prosesi lempar jumrah yang seringkali menjadi titik rawan pelaksanaan haji. “Pelayanan makanan, peningkatan kualitas tenda serta pendingin udara pada saat di Arafah dan Mina penting untuk diperhatikan. Seringkali titik rawan terjadi disini,” imbuh Novanto.