Selasa, 30 September 2025

Tokoh Ditangkap

Rachmawati: Saya Tahu Rambu Makar

Rachmawati Soekarnoputri, satu di antara tersangka kasus makar, menyebut dirinya tidak berniat meruntuhkan pemerintahan

Editor: Sanusi
Nibras Nada Nailufar
Rachmawati Soekarnoputri di rumahnya di Jalan Jati Padang Nomo 54A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (12/10/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rachmawati Soekarnoputri, satu di antara tersangka kasus makar, menyebut dirinya tidak berniat meruntuhkan pemerintahan melainkan hanya mengingikan pemberlakuan kembali UUD 1945 seperti semula.

"Mega (Megawati Soekarnoputri) yang tandatangani amandemen empat kali," ujar Rachmawati di kediamannya, Jalan Jati Padang Raya, Pejaten, Jakarta, Rabu (7/12). Megawati, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan, merupakan kakak kandung Rachmawati, namun keduanya berbeda pandangan politik.

Rachmawati ditangkap petugas Polda Metro Jaya pada Jumat (2/12/2016) pagi, sekira pukul 05.00 WIB. Ia baru dilepaskan sekira 21.00 di hari yang sama karena mengalami gangguan kesehatan ketika diperiksa di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok.

"Saya adalah putri proklamator yang tahu persis rambu-rambu makar. Tentu saja saya menolak tegas tudingan (makar) tersebut," ujar Rachmawati.

Ia menjelaskan keinginannya mengembalikan UUD 1945 ke bentuk aslinya, terutama pada pasal 33 yang mengatur kegiatan perekonomian Indonesia.

"Perubahan pada pasal 33 itu menghilangkan aspek keadilan sosial," katanya.

Tidak hanya itu, Rachma juga mengutarakan ketidakpuasannya pada pemerintahan saat ini. Satu di antaranya penegakan hukum yang dianggap belum tegas.

"Hukum tumpul ke atas, tapi tajam ke bawah. (Kasus dugaan korupsi) BLBI tidak pernah disentuh sama sekali," tambahnya.

Wakil Rektor Universitas Bung Karno yang menjadi Juru Bicara Rachmawati, Teguh Santosa, membenarkan ada beda pandangan di antara dua anak Soekarno itu. Perbedaan yang bersifat ideologis itu, jelas Teguh, terlihat dalam pandangan masing-masing soal amandemen konstitusi.

"Mbak Rachma tidak setuju amandemen (UUD 1945), sedang Megawati setuju," jelasnya. Teguh memaparkan, di mata Rachmawati amandemen UUD 1945 telah menghilangkan cita-cita sosialisme Indonesia untuk melindungi aset negara.

Menurut Teguh, perbedaan pandangan politik dalam sebuah keluarga merupakan hal yang biasa. "Seperti kebanyakan orang bersaudara, punya perbedaan," katanya. Ia mengakui saat ini Megawati dan Rachmawati sangat jarang bertemu.

Seingat Teguh, kakak beradik ini bertemu saat suami Megawati, Taufik Kiemas, tutup usia. Pada Juni 2013 lalu itu, keduanya tampak dalam upacara pemakaman. "Mereka ketemu di sana, pelukan sambil menangis," ujarnya.

Tidak masuk gedung

Rachmawati juga keras membantah tuduhan yang menyebut dirinya menggerakkan massa untuk menduduki gedung DPR-MPR pada 2 Desember 2016 lalu.

Ia mengakui merencanakan aksi damai ke gedung DPR-MPR untuk mendesak penerapan kembali UUD 1945 sebelum amandemen.

"Aspirasi itu rencananya kami berikan pada pimpinan DPR-MPR dalam bentuk petisi di luar gedung. Jadi pimpinan DPR-MPR yang keluar gedung, bukan kami yang masuk ke dalam. Jadi tidak mungkin kami mau menduduki DPR-MPR," ucapnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved