Pendekatan Pemerintah dalam Memberantas Teror di Poso Sebaiknya Diubah
Sejak konflik terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, aksi represif seakan selalu diutamakan oleh aparat Kepolisian.
Laporan Wartawan TRIBUNnews.com Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak konflik terjadi di Poso, Sulawesi Tengah, aksi represif seakan selalu diutamakan oleh aparat Kepolisian.
Bahkan pada operasi Tinombala yang saat ini digelar untuk menumpas jaringan Santoso, Polisi yang dibantu TNI masih mengedepankan cara yang sama.
Staf pengajar di Program Pascasarjana Kajian ilmu Kepolisian Universitas Indonesia (UI), Bambang Widodo Umar menyebut cara tersebut tidak bisa dipertahankan.
Sedikit banyaknya operasi-operasi yang digelar aparat keamanan selama ini, telah berdampak pada mental warga Poso.
"Masyarakat jangan sampai merasa antipati terhadap aparat keamanan kita, justru dia harus merasa mencintai (aparat keamanan), merasa terayomi, merasa terilindungi," ujar Bambang dalam konfrensi pers tim 13, di kantor Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Jakarta Pusat, Selassa (9/8/2016).
Ia berharap kedepannya tidak ada lagi operasi khusus seperti operasi Tinombala, yang dilakukan oleh Polisi dan TNI dari luar Poso.
Bambang berharap Polisi bisa mengkedepankan cara yang lebih persuasif, yang memanfaatkan aparat Polri dan TNI setempat.
"Satuan seperti Polres, teritorial, itulah yang harus diaktifkan, diperbaiki," katanya.
Komisioner Komnas HAM, Siane Indriani menambahkan bahwa sejak tahun 2007 lalu, dimana terjadi kasus Tanah Runtuh di mana Polisi menembak mati enam belas orang warga, target kelompok radikal di Poso bukan lagi kelompok agama lain, melainkan aparat keamanan, termasuk anggota Polri.
Oleh karena itu ia menilai aksi-aksi repersif tidak akan menyelesaikan masalah sepenuhnya.
Masyarakat Poso yang masih menyimpan dendam atas berbagai konflik yang terjadi selama ini, harus dirangkul dengan baik, agar aksi teror di Poso bisa disudahi.
"Dari penelusuran kami di lapangan, (diketahui) Polisi-Polisi di Poso juga khawatir, soalnya kalau terus-terusan begini mereka jadi sasaran, bagaimana nanti setelah oeprasi Tinombala selesai, mereka sendirian," jelasnya.