Kontroversi Gafatar
Bibit Samad Rianto Kecele Gabung Gafatar
Kepada pengurus Gafatar, Bibit sempat bertanya dari mana dana organisasi. Mereka mengatakan bahwa dana berasal dari iuran anggota.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baju seragam Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) berwarna hitam-oranye, hingga kini masih tersimpan rapi di rumah Bibit Samad Rianto.
Majalah dan buletin Gafatar yang rutin diterima selama tiga tahun menjadi Ketua Dewan Pembina Gafatar, juga masih disimpannya.
Yang tak pernah dilupakan Bibit adalah momen saat bertemu dengan pimpinan tertinggi Gafatar yakni Ahmad Mushadeq.
Kepada Bibit, Mushadeq menyebut dirinya Messiah atau Juru Selamat. Mushadeq juga mengklaim mendapat wahyu dari Allah untuk disebarluaskan ke masyarakat.
Namun Mushadeq tak mewajibkan anggotanya salat lantaran belum menerima wahyu untuk melakukan salat.
Kepada pengurus Gafatar, Bibit sempat bertanya dari mana dana organisasi. Mereka mengatakan bahwa dana berasal dari iuran anggota.
Namun selama bergabung dengan Gafatar, Bibit mengaku tak pernah diminta bayar iuran.
Ia justru mendapat uang saku usai memberi materi seminar atau sarasehan. Jika di luar kota, akomodasi mulai dari pesawat, hotel dan lain-lain juga disiapkan Gafatar.
"Kadang diberi uang saku Rp 700 ribu, kadang Rp 300 ribu," jelas Bibit.
Selama tiga tahun bergabung, Bibit tidak curiga dan merasa aneh dari organisasi tersebut.
Terlebih, mereka selalu menunjukkan ke Bibit aktiivtas sosialnya. Bibit juga tidak pernah mendengar ada cuci otak untuk merekrut anggotanya.
Bibit baru sadar ia salah bergabung organisasi, tepatnya 24 Desember 2014.
Ketika itu, para pengurus mengundangnya untuk hadir di kantor DPP Gafatar yang berada di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Kepada Bibit, pimpinan Gafatar mengatakan bahwa mereka bekerja atas petunjuk Messiah atau Juru Selamat.
"Saya tanya, siapa juru selamatnya. Saya pikir seperti Juru Selamat di agama Kristen ada Yesus, juru selamat agama Islam itu Nabi Muhammad SAW. Ternyata, dia bilang nggak. Dia bilang, orangnya masih hidup. Ya sudah, saya bilang, boleh juga, boleh dong saya ketemu," ujar Bibit.
Kepada Bibit, mereka juga mengatakan bahwa organisasi Gafatar belum mendapatkan izin dari Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri.
Alasannya, karena pengurus Gafatar pernah terlibat dalam kepengurusan Al Qiyadah Al Islamiyah.
Setelah ditelusuri Bibit melalui internet, organisasi Al Qiyadah Al Islamiyah itu adalah organisasi yang dinyatakan sesat oleh pemerintah.
Pimpinannya yakni Ahmad Mushadeq yang divonis 4 tahun penjara oleh PN Jakarta Selatan pada 2008.
Bertemu Mushadeq
Setelah tahu bahwa organisasi itu dipimpin Mushadeq, Bibit semakin yakin dirinya harus mundur. Seketika itu juga, Bibit membuat surat pengunduran diri.
Pada 3 Januari 2015, permintaan Bibit dipertemukan Mushadeq dikabulkan.
Bibit bertemu Mushadeq juga di Markas Gafatar di Lebak Bulus. Kepada Bibit, Mushadeq mengaku dirinya Messias.
"Saat itu, Mussadeq itu cerita kalau dia dapat wangsit, dapat ilham atau wahyu dari Gusti Allah dan katanya dia dapat wangsit untuk menyebarkan wangsitnya itu," tegas Bibit.
Seketika juga, Bibit langsung menyerahkan surat pengunduran diri.
"Saat itu juga saya serahkan suratnya itu. Saya ajukan surat pengunduran diri saya ini dan diterima," tegas Bibit.
Apa merasa tertipu? "Ya begitulah (tertipu), namanya kecele," lanjut Bibit. (tribunnews/coz)