Nama Presiden dan Wapres Dicatut
Ngeband di Depan Gerbang DPR, Efek Rumah Kaca Minta Setya Novanto Dijerat Hukum
mereka berkumpul di depan gedung DPR menyuarakan aspirasi kekecewaan terhadap Setya Novanto.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Personel band Efek Rumah Kaca (ERK) yang terdiri dari tiga orang, Cholil Mahmud pada vokal dan gitar, Adrian Yunan Faisal pada bass, serta Akbar Bagus Sudibyo pemain drum membawakan dua lagu sambil melakukan aksi di depan gerbang gedung DPR Senayan, Jakarta, Selasa (8/12/2015).
Bersama sejumlah masyarakat, mereka berkumpul di depan gedung DPR menyuarakan aspirasi kekecewaan terhadap Setya Novanto.
Pentolan band Efek Rumah Kaca Cholil Mahmud meminta dugaan kasus 'Papa Minta Saham' yang menyangkut Ketua DPR Setya Novanto dibawa ke ranah hukum.
Menurutnya, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) sudah tidak lagi transparan dalam mempersidangkan Setya Novanto lantaran melakukan sidang tertutup pada Senin (7/12/2015) kemarin.
"Bila ada delik hukum pidana korupsi lebih dibawa ke hukum, biar hukum yang menjerat dia (Setnov). Kalo bisa disegerakan saja. Ini sudah jelas dia menjual nama Presiden (Joko Widodo) langsung dicokok aja," kata Cholil kepada wartawan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.
Sementara itu, drumer ERK Akbar Bagus Sudibyo mengungkapkan kalau saat ini rakyat sudah geram dengan tindakan yang dilakukan Setnov. Jadi, sudah sepatutnya politikus Golkar itu sadar diri untuk mundur.
Terlebih saat persidangan di MKD, Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin sudah mengakui kalau bukti rekaman pertemuan antara dirinya dengan pengusaha Riza Chalid dan Ketua DPR Setya Novanto di Pacific Place adalah asli.
"Dia (Maroef) sudah akui dia yang naro rekamannya, dan dia bilang itu asli. Terus apalagi, Setnov sudah mencoreng. Bila dia ga mau mundur, solusi terakhirnya dia bunuh diri seperti di Jepang," kata Akbar.