Minggu, 5 Oktober 2025

Indonesia Tunjukkan Islam, Demokrasi, dan Kemajemukan Berjalan Beriringan

Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan beriringan.

Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/Rusman/Setpres
Presiden Joko Widodo menerima Surat-Surat Kepercayaan Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh ( LBBP) Designate Resident untuk Republik Indonesia, di Istana Merdeka, (13/11/2015). Berikut Nama Nama Duta Besar: 1.Y.M Tuan Abdihakim Ali Yasin,Duta Besar Republik Federasi Somalia. 2.Y.M Tuan An Kwang II,Duta Besar Demokratik Rakyat Korea. 3.Y.M Tuan Hoang Anh Tuan Duta Besar Republik Sosialis Viet Nam 4. Y.M Tuan Ivan Hotek Duta Besar Republik Ceko 5.Y.M Nyonya Phavanh,Duta Besar Republik Demokratik Rakya Laos 6.Y.M Tuan George A. DogoritisDuta Besar Republik Yunani 7 Y.M Tuan Robert Lauer, Duta Besar Luksemburg 8 Y.M Tuan Vincent Guerend,Duta Besar Uni Eropa. TRIBUNNEWS.COM/Rusman/Setpres 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan beriringan.

Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo dalam Working Dinner Session KTT G-20 yang membahas masalah Terrorism and Refugee Crisis, di Antalya Turki, Minggu (15/11/2015) waktu setempat, dalam keterangan tertulis Tim Komunikasi Presiden Ari Dwipayana.

Jokowi tegaskan pula, bawah harmonisasi ini terlihat saat kemajemukan dan toleransi itu sendiri merupakan kenyataan sehari-hari di Indonesia.

Selain itu kata Jokowi, selama ini Indonesia menerapkan kombinasi pendekatan hard approach yang mengedepankan penegakkan hukum dan keamanan.

Pun imbuhnya, soft approach dengan menggunakan pendekatan kebudayaan dan agama dalam upaya mengatasi ekstrimisme di Indonesia.

"Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar serta negara demokrasi ketiga terbesar di dunia, Indonesia adalah laboratorium yang menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, dan kemajemukan bisa berjalan beriringan," ujar Jokowi.

Karena itu, Presiden Jokowi menyampaikan bahwa kini ekstrimisme dan terorisme terjadi di mana-mana.

Ini, menurut Jokowi, tantangan yang perlu ditindaklanjuti dan disikapi bersama melalui tindakan konkrit.

Presiden berpendapat bahwa dampak negatif yang nyata dari konflik yang terus terjadi di berbagai kawasan dunia adalah meningkatnya migrasi ireguler.

Isu migran ireguler ini telah menjadi tantangan yang cukup serius, khususnya bagi Turki dan negara-negara Eropa.

Untuk menyelesaikan masalah ini, menurut Presiden, perlu terlebih dahulu menyelesaikan akar permasalahannya.

Antara lain memastikan pembangunan berimbang, menghentikan kekerasan dan penindasan, serta menghilangkan diskriminasi dan menegakkan demokrasi.

Akhirnya, Presiden Jokowi menegaskan bahwa kerjasama internasional yang kuat utuk mengatasi ekstrimisme dan terorisme merupakan satu keharusan.

Kata mantan Gubernur DKI Jakarta ini, diperlukan pendekatan terpadu yang mengharuskan negara-negara bersatu dan mengesampingkan perbedaan politik untuk menghadapi ekstrimisme dan terorisme.

Dalam penutupnya, Presiden Jokowi menegaskan komitmen kesiapan Pemerintah Indonesia untuk bekerjasama dengan masyarakat internasional menghadapi ekstrimisme dan terorisme.

Pun untuk menumbuhkan toleransi, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved