Pansus Pelindo II
Anggota Pansus Pelindo II Duga Ada Pihak Asing Di Belakang RJ Lino
Politikus PKB Daniel Johan menilai Direktur Utama Pelindo II RJ Lino sudah tidal layak dipertahankan pemerintah.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politikus PKB Daniel Johan menilai Direktur Utama Pelindo II RJ Lino sudah tidal layak dipertahankan pemerintah.
Anggota Pansus Pelindo II itu melihat Lino telah gagal menjaga pelabuhan sebagai aset nasional karena tunduk kepada asing. (Baca juga Fadli Zon: Jangan Sampai Pak Jokowi Cuma Jadi Wayang)
"Lino seharusnya memperjuangkan agar pelabuhan itu dikelola anak bangsa. Toh itu pekerjaan yang bpasti bisa kita kerjakan, enggak susah."
"Tapi dia (Lino) Justru bangga kalau JICT (Jakarta International Container Terminal), itu diserahkan ke asing," kata Daniel di Jakarta, Minggu (8/11/2015).
Diketahui, pengelolaan JICT diserahkan kepada perusahaan asal Hongkong, Hutchinson Port Holding (HPH) sejak 1999.
Kontrak perusahaan itu akan habis pada 2019. Namun Lino memperpanjang konsesi tersebut pada tahun 2014.
Daniel mengatakan Lino berargumentasi bahwa JICT lebih menguntungkan diserahkan kepada HPH.
Daniel menilai alasan Lino tersebut tidak dapat dibenarkan.
"Untuk apa dioperasionalkan asing. Harus diingat pelabuhan itu pintu gerbang Indonesia. Pelindo tidak ngapa-ngapain saja, pelabuhan pasti untuk," imbuhnya.
Pansus Pelindo II, kata Daniel, lalu menelusuri pihak dibelakang RJ Lino. Ternyata diketahui pengusahan asal Hongkong Li Ka Shing.
Daniel menuturkan Li Ka Shing merupakan pemilik HPH.
"Kok kita ujung-ujungnya masa tunduk dengan Li Ka Shing? Mengapa Indonesia dibuat tunduk dengan asing? Jasi sebenarnya siapa bos Lino? Bukan pemerintah tetapi Li Ka Shing," imbuhnya.
Daniel menuturkan tujuan Pansus Pelindo II untuk memberi sinyal bahwa Indonesia tidak mau dijadikan sapi perahan asing.
Ia juga menilai RJ Lino sudah tidak layak memimpin Pelindo II karena sejumlah kegagalan.
Contohnya, kekisruhan manajemen dan ketanagakerjaan. Kemudian belum terselesaikan Terminal Peti Kemas di Kalibaru.
"Manajemen gali lobang tutup lobang tutup lobang. Pinjam uang untuk menutup utang, begitu terus," katanya.