Minggu, 5 Oktober 2025

Cerita Yusuf: Lubang Pembuangan Tujuh Pahlawan Revolusi Digali dengan Tangan Kosong

Ia mengingat ada delapan orang warga Lubang Buaya yang diminta untuk menggali.

Editor: Johnson Simanjuntak
Nurmulia Rekso Purnomo/Tribunnews.com
Muhammad Yusuf (66), salah satu penggali lubang tempat tujuh pahlawan revolusi dikubur, di kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur, pada Oktober 1965. Muhammad Yusuf memegang piagam yang diberikan oleh pemerintah. 

Yusuf mengakui, titik yang ditunjuk itu memang mencurigakan. Tanahnya cenderung lebih gembur, selain itu terdapat banyak sampah seperti peti peluru, buah pepaya dan potongan kain.

Sampah yang akhirnya jadi temuan menggembirakan bagi para tentara, adalah sampah daun Bacang yang masih hijau. Daun tersebut menunjukan belum lama lokasi tersebut digali.

"Setelah itu kita disuruh gali dengan tangan kosong. Kita gantian itu, perorang dua puluh ember, sampai sekitar sepuluh meter," ujarnya.

Penggalian tersebut dilakukan hingga tengah malam. Saat itu belum ada listrik yang masuk ke wilayah Lubang Buaya. Penerangan yang diberikan hanyalah lampu sorot milik tentara.

Para penggali masuk ke dalam lubang sempit berdiameter sekitar 80 sentimeter, hanya mengandalkan punggung dan kaki untuk menahan agar tidak terperosok.

"Kita tidak dibayar, tidak dikasih makan, tidak dikasih kopi. Kita juga tidak tahu apa yang dicari," katanya.

Sekitar pukul 00.00 WIB, Asmawi yang tengah melakukan penggalian, dari dasar lubang kemudian berteriak,"ada putih-putih, jarinya ada lima.

"Segera Asmawi diangkat ke atas menggunakan tali tambang. Sampai di atas ia kemudian memberitahu para tentara dengan mengatakan,"kayaknya telapakan kaki," setelahnya Asmawi pun pingsan.

Mendengar pernyataan Asmawi, salah seorang perwira Angkatan Darat yang berada di lokasi langsung berucap,"itu yang kita cari." Setelahnya, penggalian pun dihentikan.

Yusuf dan teman-temannya belum diperbolehkan pulang. Mereka kemudian di bawa ke salah satu rumah, kemudian diinterogasi satu persatu.

Mereka ditanya mulai dari pekerjaan, alamat rumah hingga kerabat-kerabat mereka. Pemeriksaan tersebut dilakukan hingga dini hari.

Penggalian terhadap lubang tersebut dimulai kembali pada sekitar pukul 08.00 WIB. Ia ingat betul, pada Senin (5/10), rombongan anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) yang kini bernama Marinir, tiba dengan mengenakan seragam hitam.

Mereka lah yang kemudian melanjutkan penggalian, mengenakan alat bantu pernafasan yang biasa digunakan untuk menyelam.

Sekitar pukul 10.00 WIB, mayat pertama berhasil diangkat. Mayat tersebut sudah berada dalam kondisi membusuk, dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Yusuf saat itu berada sekitar 20 meter dari lokasi penggalian, ia mengaku dapat dengan jelas mengendus bau anyir. Proses tersebut akhirnya berakhir sekitar pukul 13.00 WIB, setelah mayat ke tujuh diangkat.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved