Selasa, 7 Oktober 2025

Satu Keluarga Dibantai, Komnas PA Minta Dukungan Kepala Bareskrim

Dari hasil otopsi, diduga kuat, sebelum dibunuh, ibunya itu diperkosa terlebih dahulu

Editor: Johnson Simanjuntak
Amriyono Prakoso/Tribunnews.com
Arist Merdeka Sirait 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), menemui Kepala Bareskrim Polri Komjen (Pol) Anang Iskandar, Jumat (18/9/2015).

Arist hendak berkoordinasi soal perkara pembunuhan satu ibu hamil dan dua anaknya di Teluk Bintuni, Papua Barat.

Kepada Anang, Arist menjelaskan bahwa polres setempat telah melengkapi berkas perkara itu dengan keterangan saksi dan alat bukti.

Namun, lantaran perkara itu diduga kuat melibatkan oknum TNI, penyidik polres menyerahkan berkas itu ke Detasemen Polisi Militer (Denpom) TNI setempat.

"Kita meminta dukungan Kabareskrim agar kasus ini bisa diselesaikan. Tadi Pak Anang (Kabareskrim) sudah berjanji untuk menindaklanjuti perkara itu," ujar Arist seusai bertemu Anang di depan Gedung Bareskrim Mabes Polri, Jumat (18/9/2015).

Selain bertemu Anang, rencananya Komnas PA akan bertemu Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Senin (21/9/2015).

Kepada Gatot, Arist akan meminta bantuan agar Denpom TNI menerima berkas dari kepolisian dan memproses oknum anggotanya yang terlibat pembunuhan sadis tersebut.

Arist berharap pertemuannya dengan Kabareskrim dan Panglima TNI berbuah positif dalam pengembangan perkara itu. Terutama, aparat diharapkan bisa menemukan dan menghukum pelakunya.

Arist mengatakan, Komnas PA sendiri baru mendapat laporan dari keluarga korban dua hari yang lalu. Menurut keluarga korban, pasca-penolakan berkas perkara kepolisian oleh Denpom TNI, masyarakat setempat resah. Pihak keluarga khawatir keresahan itu berujung pertikaian.

"Akibatnya, masyarakat di sana tidak puas, dan menimbulkan situasi yang tidak kondusif. Karena itu, kami cepat-cepat bertemu Kabareskrim hari ini, dan Panglima pada pekan depan, supaya kasus ini benar-benar ada kepastian," ujar Arist.

Kronologi

Menurut catatan Komnas PA, peristiwa itu terjadi pada 25 Agustus 2015. Sekitar pukul 06.30 WIT, suami korban bernama YH yang berprofesi sebagai guru pergi meninggalkan rumah untuk mengantar guru honorer ke sejumlah tempat. Selang setengah jam, pembunuhan pun terjadi.

Sang istri yang bernama FDS (35) dan dua anaknya yang bernama PN (7) dan A (2) tewas dibunuh. FDS tengah hamil empat bulan.

"Dari hasil otopsi, diduga kuat, sebelum dibunuh, ibunya itu diperkosa terlebih dahulu," ujar Arist.

Jenazah ketiganya baru ditemukan satu hari kemudian oleh tetangganya. Ketiganya ditemukan tewas bersimbah darah di dalam kamar. Kasus itu ditangani Polres Teluk Bintuni dan Polda Papua Barat.(Fabian Januarius Kuwado)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved