Ayam Korea Utara Akhirnya Kembali Berkokok Pada Pukul 3 Pagi
Pemerintah Pyongyang memajukan 30 menit waktu yang berlaku semula.
PADA 13 Agustus – 18 Agustus 2015, Teguh Santosa dan AM Putut Prabantoro dari Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Korea Utara (PPIK) mengunjungi Pyongyang, Korea Utara untuk menghadiri Konferensi Asia Pasifik Reunifikasi Damai Korea dan perayaan ulang tahun ke-70 Hari Pembebasan Korea. Dari kunjungan itu, ada beberapa cerita ringan yang dikumpulkan AM Putut Prabantoro, yang juga Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa).
DALAM perayaan ulang tahun ke-70 Hari Pembebasan Korea Utara (Liberation Day), ada hal istimewa yang terjadi di Korea Utara. Pemerintah Pyongyang memajukan 30 menit waktu yang berlaku semula.
Sehingga, jika sebelum tanggal 15 Agustus 2015 waktu yang tadinya menunjukkan pukul 03.30 maka setelah tanggal 15 Agustus, waktu yang berlaku adalah 03.00.
Keputusan pemerintah Pyongyang ini dikatakan sebagai kembali ke sejarah waktu Korea sebelum masa pendudukan Jepang. Sebelumnya pendudukan Jepang khususnya pada tahun 1910 hingga tahun 1945.
Pada waktu itu Korea Utara memiliki hitungan jam tersendiri yakni berada pada setengah jam setelah waktu China dan setengah jam sebelum waktu Jepang. Jika waktu China berada pukul 13.00, maka waktu Korea Utara adalah pukul 13.30 dan waktu Jepang adalah 14.00.
Dipercepatnya waktu Korea Utara sebanyak 30 menit adalah untuk kembali pada waktu asal negara tersebut sebelum pendudukan Jepang. Perubahan waktu itu berlaku pada pukul 00.00 Waktu Korea Utara atau pukul 23.30 Waktu China dan pukul Jepang 00.30.
Perubahan waktu inilah yang kemudian menjadi diskusi hangat di meja makan antara, AM Putut Prabantoro, anggota Perhimpunan Persahabatan Indonesia – Korea Utara (PPIK) dan Rimmu Song, Liaison Officer (LO) dari Korea Utara.
Pada waktu itu, baik AM Putut Prabantoro dan Rimmu Song duduk di satu meja nomor 7 (tujuh) dalam perjamuan santap malam kehormatan pada Jumat (14/5/2015). Perjamuan malam itu diadakan untuk menghormati para wakil negara perhimpunan persahabatan yang berasal dari berbagai negara termasuk Indonesia, Malaysia, Rusia, Filipina, Australi, Selandia Baru, Pakistan, Nepal, Laos, Vietnam dan Suriah.
Tuan rumah perjamuan malam kehormatan itu adalah Kim Jong-suk, adik sepupu Kim Il Sung, yang artinya juga nenek dari pemimpin Korea Utara saat ini, Kim Jong-un.
“Jadi, ayam Korea Utara berkokok jam berapa untuk yang pertama kalinya? Tetap pukul 03.30 atau berganti menjadi pukul 03.00 menyesuaikan dengan waktu perubahan sesuai dengan kepeutusan pemerintah Pyongyang?” tanya Putut Prabantoro kepada Rimmu Song. Pertanyaan sederhana ini agaknya membuat sedikit terkejut Mr Ri, demikian panggilannya, karena tidak pernah menduga.
Diskusi akhirnya berkutat pada masalah pada pukul berapa ayam berkokok untuk yang pertama kali setiap harinya. Apakah perubahan waktu yang ditetapkan pemerintah Pyongyang itu juga akan berpengaruh pada perubahan waktu berkokoknya ayam ?
Jika sebelum tanggal 15 Agustus 2015, ayam Korea Utara berkokok menggunakan waktu Jepang, apakah setelah tanggal itu, ayam Korea Utara masih akan menggunakan waktu Jepang ataukah waktu Korea Utara dalam berkokok ?
Kepada Rimmu Song, oleh AM Putut Prabantoro diceritakan bahwa sekitar dua tahun lalu, ada gagasan dari pemerintah di Indonesia yang selama ini berlakukan 3 (tiga) waktu menyatukannya menjadi satu waktu.
Meskipun tidak terjadi penyatuan ketiga waktu itu hingga ini, memang belum ada penelitian secara seksama apakah ayam yang tadinya berada di bagian Indonesia Timur (Papua) akan menyesuaikan diri dalam berkokok dengan waktu baru yang akan diberlakukan.
“Yang jelas begini..,” ujar Mr Ri mencoba menjelaskan. “Jika ayam Korea Utara yang tadinya berkokok pukul 03,30 waktu Jepang, setelah tanggal 15 Agustus akan kembali normal pukul 03.00 Waktu Korea Utara. Ini dengan pemahaman bahwa ayam secara alamaiah memang berkokok untuk pertama kali setiap harinya pukul 03.00, di manapun ia berada,” ujar Mr Ri dengan semangat dan tersenyum.
Akhirnya, ayam menjadi topik pembicaraan yang bersahabat tanpa peduli apakah menggunakan waktu Korea Utara ataukah Waktu Jepang.
Namun yang jelas, karena ayam itulah, meja nomor 7 (tujuh) dipenuhi gelak tawa dan senyuman dari para delegasi yang duduk di situ.