Jika Berhasil Singkirkan Ical, Golkar akan Alihan Dukungan Jokowi-JK
jika berhasil menyingkirkan kubu Aburizal Bakrie atau Ical, maka sudah pasti Partai Golkar mengalihkan dukungannya dari pasangan Prabowo - Hatta
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Ketua Kordinator Eksponen Ormas Tri Karya Golkar, Zainal Bintang, mengatakan jika pihaknya berhasil menyingkirkan kubu Aburizal Bakrie atau Ical, maka sudah pasti Partai Golkar mengalihkan dukungannya dari pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.
Kepada wartawan di kediaman pendiri Partai Golkar, Mayjend (purn) TNI AD, Suhardiman, di Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (13/8/2014), Zainal menyebut pihaknya memang sejak awal mendukung pasangan Joko Widodo (Jokowi) - Jusuf Kalla (JK).
Kata dia JK adalah mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar yang diusung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
"Iya, kita mendukung pasangan Jokowi - JK," katanya.
Bahkan kata dia Suhardiman juga sempat berkampanye di Surabaya, Jawa Timur, untuk menggalang dukungan bagi pasangan yang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) ditetapkan sebagai pemenang pilpres 2014.
Salah satu penentu tersingkirnya Ical dan kawan-kawannya, adalah jika Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan Jokowi - JK adalah pemenang pilpres 2014.
Dengan demikian para pendukung Ical sudah pasti ikut mengalihkan dukungannya, karena Partai Golkar tidak mungkin mengambil sikap oposisi.
Oleh karena itu ia mendesak agar Musyawarah Nasional (Munas) IX dapat segera digelar, dan Ical yang Oktober tahun ini genap lima tahun memimpin Partai Golkar dapat segera dilengserkan dan digantikan oleh seseorang yang pro terhadap Jokowi - JK.
Kata dia sudah seharusnya Munas IX digelar pada 5-8 Oktober mendatang, karena pada 5-8 Oktober 2009 lalu Munas VIII digelar di Pekabbaru, yang menetapkan Ical sebagai pemimpin. Di Anggaran Fasar (AD) pasal 30 Ayat 2 butir (a), jelas disebutkan Munas digelar lima tahun sekali.
Sedangkan Ical hanya berpegang pada rekomendasi Munas VIII yang menyebutkan Munas IX digelar pada 2015. Padahal penetapan tahun 2015 itu salah satunya agar Munas tidak berbenturan dengan pilpres 2014. Saat Partai Golkar tidak mengajukan calon presiden (capres), maka rekomendasi tersebut menjadi tidak relevan. (NURMULIA REKSO PURNOMO).