Kamis, 2 Oktober 2025

Haul Gus Dur

Kapolri Jenderal Sutarman jadi Ustad di Acara Haul Gus Dur

Kapolri Jenderal Sutarman tiba-tiba menjadi sorotan para jemaah lantaran ia menjadi ustad atau mubaligh dalam acara Haul ke-4 wafatnya Gus Dur

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Budi Prasetyo
HERUDIN
Kapolri Jenderal Sutarman berbicara saat acara silaturahmi Kapolri bersama insan pers di Ruang Rapat Utama (Rupatama) Gedung Mabes Polri, Jl Trunojo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (19/11/2013). Pertemuan dengan awak media, baik media elektronik atau media cetak itu bertujuan untuk meminta dukungan pers agar bersama-sama membesarkan Polri. TRIBUNNEWS/HERUDIN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Sutarman tiba-tiba menjadi sorotan para jemaah lantaran ia menjadi ustad atau mubaligh dalam acara Haul ke-4 wafatnya Presiden ke-4 RI, Abdurrmahman Wahid atau Gus Dur, di Ciganjur, Jakarta, pada Sabtu (29/12/2013) malam.

Penampilan Sutarman yang terbilang jarang terjadi ini terjadi saat dirinya memberikan testimoni tentang sosok Gus Dur di acara haul itu.

Bak ustad umumnya, Sutarman mengenakan kemeja putih, peci hitam, dengan tasbih di tangan kanan pada malam itu.

Ia pun memulai testimoninya dengan mengucapkan salam di depan ribuan jemaah yang mengikuti haul Gus Dur itu.

Dengan fasih, Sutarman melafalkan sebuah hadist Nabi Muhammad SAW tentang akhlak.

" Wa qola Muhammad sallaallahu 'alaihi wasallam, innama bu'istu liutammima makarimal akhlaq, "      ucap Sutarman.

"Ini tidak persis ceramahnya Gus Dur yah," seloroh Sutarman dan diikuti gelak tawa para jemaah yang menyaksikannya.

Sutarman pun mengajak para hadirin dan jemaah untuk memanjatkan puji dan syukur untuk Allah SWT. "Atas semua nikmat yang diberikan-Nya, minimal nikmat sehat sehingga kita bisa melaksanakan haul ke-4 pada malam ini."

Menurut Sutarman, bahawa memanjatkan puji dan syukur kepada Allah adalah salah satu pelajaran yang ia dapatkan dari seorang Gus Dur.

Tak hanya ayat suci Alquran dan hadist Nabi Muhammad, Sutarman bak mubaligh, juga memberikan lelucon untuk menyelingi testimoninya.

"Saya waktu itu dikoreksi oleh beliau (Gus Dur), 'Pak Tarman, itu Puji dan Syukur memang enggak bisa manjat sendiri makanya mesti dipanjatkan," kata Sutarman yang kembali mengundang gelak tawa para jemaah, termasuk beberapa anggota Polri atau bawahan Sutarman yang melakukan pengamanan acara.

"Oleh karenanya saya selalu panjatkan puji dan syukur. Jadi, itu pelajaran dari beliau karena saya muridnya," tambah Sutarman.

Sutarman mengaku mengenal Gus Dur sebagai seorang ulama, ahli agama, seorang kyai, pendiri partai politik, hingga akhirnya menjadi presiden. "Dan akhirnya saya menjadi ajudannya, bersama Pak Wahyu," akunya.

Pelajaran lain yang didapat Sutarman dari seorang Gus Dur adalah, kiblat atau panutan utama dalam berbicara, memimpin keluarga, memimpin negara, adalah Nabi Muhammad SAW. "Kejujuran, keberanian, dan seluruh yang ditampilkan beliau adalah mencontoh Nabi Muhammad SAW," ucapnya.

Sutarman pun kembali membacakan sebuah ayat Alquran yang artinya, "Sesungguhnya di dalam diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik."

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved