Konvensi Demokrat
Pengamat Nilai Konvensi Serba Tidak Jelas
Konvensi dimanapun itu para pesertanya adalah anggota partai dan yang memilih pun anggota partai.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Maswadi Rauf mengatakan konvensi Partai Demorat sudah sengaja dilahirkan dengan cacat. Ketidakjelasan sistem konvensi, proses konvensi, anggota panitia konvensi dan kriteria para peserta konvensi serta sikap Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono membuat hasil akhir konvensi pun menjadi serba tidak jelas akan diapakan.
“Konvensi PD ini semuanya serba tidak jelas. Ketidakjelasan ini saya pikir seperti disengaja dan makanya membuat konvensi ini sendiri seperti bayi yang sengaja dicacatkan sebelum dilahirkan. Konvensi dimanapun itu para pesertanya adalah anggota partai dan yang memilih pun anggota partai. Melibatkan orang luar partai untuk dipilih sebagai capres dan juga pelibatan orang luar untuk memilih yaitu masyarakat umum dan juga anggota panitia konvensi dari luar partai, ini hal yang ngawur,” ujar Maswadi ketika dihubungi wartawan, Kamis (26/9/2013).
Menurutnya, jika nanti yang memenangkan konvensi adalah orang luar partai, maka sesungguhnya tidak bisa dikatakan calon tersebut adalah capres dari Partai Demokrat.
”Bagaimana mungkin kalau pemenangnya orang dari luar partai memenangkan konvensi dikatakan sebagai capres dari Partai Demokrat. Dimana logikanya bisa dikatakan capres tersebut adalah pilihan partai yang mewakili partai kalau kader-kadernya tidak dilibatkan?Jelas ini salah konsep dari awal dan sepertinya disengaja,” katanya.
Dengan sikapnya yang seperti ini Partai Demokrat menurutnya justru menunjukkan berbagai kelemahannya, mulai dari tidak berjalannya kaderisaasi partai yang menjadi tugas konstitutional partai, tidak adanya kader Partai Demokrat yang terbaik untuk diajukan sebagai capres, termasuk menunjukkan adanya rasa tidak percaya SBY pada kader-kadernya untuk menentukan pilihan terbaiknya.
”SBY kan punya pengalaman tidak dipatuhi oleh kader-kadernya pada kongres II PD di Bandung yang memenangkan Anas sebagai ketum. Pemilihan aklamasi SBY untuk menjadi ketua umum sebenarnya sudah pula menunjukkan rasa tidak percaya ini bahwa dirinya bisa saja kalah dalam KLB. Ini mungkin mengapa kader-kader PD tidak dilibatkan untuk memilih. Kalau PD demokratis harusnya justru kondisi ini diartikan sebagai konsekuensi demokrasi bahwa yang terpilih itu adalah orang yang diinginkan oleh mayoritas dan bukan pilihan atau keinginan pribadi,” katanya.
Belum lagi para peserta konvensi yang katanya melibatkan survei ini pesertanya juga memiliki kelebihan yang tidak mungkin bisa berjalan fair. Posisi Pramono Edhie yang jelas ipar SBY tentunya memberikan keuntungan padanya karena sudah pasti SBY akan berpihak padanya dan keberpihakan SBY sebagai yang memperkerjakan lembaga survei tentunya bisa berpengaruh pada hasil survei.(js)