Selasa, 7 Oktober 2025

Calon Legislatif

Caleg Artis Dituntut Menguasai Politik Teknis

Keterlibatan artis sebagai caleg pada Pemilu 2014, memasuki gelombang ketiga setelah Pemilu 2004 dan 2009.

Penulis: Y Gustaman
zoom-inlihat foto Caleg Artis Dituntut Menguasai Politik Teknis
NET
ILUSTRASI

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat politik Ray Rangkuti menilai, keterlibatan artis sebagai calon anggota legislatif (caleg) pada Pemilu 2014, memasuki gelombang ketiga setelah Pemilu 2004 dan 2009.

Mereka dituntut memberi kontribusi pada politik baru. Menurut Ray, jika pada Pemilu 2004 dan 2009 kehadiran artis jadi anggota dewan hanya sedikit yang benar-benar menunjukkan kompetensinya, maka di gelombang ketiga, artis yang jadi anggota dewan harus melebihi itu.

"Tantangan ke depan, bukan hanya mengubah mindset masa lalu, tapi pada tingkat tertentu, memahami hari demi hari politik kita semakin profesional. Mereka harus memahami politik teknis," ujar Ray kepada wartawan di Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Ia menambahkan, keberanian artis masuk partai lalu maju sebagai caleg, tidak hanya berhenti pada politik formal. Maka, ketika menjadi anggota dewan, tidak ada lagi alasan di tahun pertama dan keduanya muncul ungkapan sedang belajar.

Sebab, anggota dewan mewakili konstituen yang menaruh harapan kepadanya. Karenanya, ketika sudah di Senayan, anggota dewan tak lagi bisa beralasan sedang belajar. Maka, politik teknis harus dikuasai anggota dewan seperti legislasi, budgeting, dan pengawasan.

"Nah, perubahan mindset perlu diawali. Tantangan kawan-kawan artis adalah, ada eggak kultur baru yang dihadirkan untuk mengubah kultur lama ini?" Tantang Ray.

Perlu dipahami, tutur Ray, realitas politik Indonesia makin mutakhir dan profesional. Salah satu contoh nyata, popularitas calon anggota dewan, tidak berbanding lurus dengan keterpilihan atau faktor elektabilitasnya. Ia memisalkan sosok Rhoma Irama.

Contoh lainnya, seorang boleh saja masuk politik, tapi tidak serta merta menjadi politisi. Sama saja ketika Ray mencontohkan dirinya ikut bermain sinetron atau film tertentu, tidak serta merta disebut aktor. Karena, pengakuan itu butuh waktu panjang.

"Belum lagi politik sebagai seni mengelola kepentingan publik. Artinya, hari demi hari menuntut kemampuan teknis. Contohnya, rapat-rapat di partai. Tehnik politik sangat urgen agar artis tidak terjebak sebagai anggota DPR pasif selama lima tahun," paparnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved