MPKKI: FCTC Ancaman Kedaulatan Indonesia
Masyarakat Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia (MPKKI) menilai sikap Indonesia yang tidak menandatangani

TRIBUNNEWS.COM - Masyarakat Pemangku Kepentingan Kretek Indonesia (MPKKI) menilai sikap Indonesia yang tidak menandatangani Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau (FCTC) sudah benar. Sejak Presiden Habibie, Gus Dur, Megawati hingga Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia tidak pernah meratifikasi FCTC.
"Pasalnya, FCTC hanya mengatur tata niaga tembakau yang akan merugikan petani tembakau dan mengancam kedaulatan Indonesia,” ujar Deputi Direktur MPKKI, Zamhuri di Jakarta (13/08/2013), seperti tertulis dalam rilis yang diterima redaksi Tribunnews.com.
Menurut Zamhuri, terdapat sekitar 18 juta orang mulai dari hulu hingga hilir yang hidup dari industri rokok kretek di Indonesia. Itu bukan angka yang sedikit jika dikaitkan dengan sisi perekonomian.
"Karena itu, kami sangat tidak setuju kalau pemerintah ikut menandatangani ratifikasi atau mengaksesi FCTC," tegasnya.
"Konsistensi sikap itu harus terus dijaga, karena sampai sekarang juga tidak ada konsekuensi apa-apa jika tidak meratifikasi FCTC," tambahnya.
Sementara itu, Sekjen Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) Hasan Aoni Aziz US menyatakan bahwa FCTC dan aturan-aturan anti rokok lainnya mempersepsi bahwa perokok adalah orang yang mesti diatur, bahkan mesti disingkirkan dalam ruangan merokok yang sempit.
Aturan tersebut, tambah Hasan juga menjadikan seorang perokok seperti orang pesakitan yang mesti diterapi oleh klinik dan terapi penyembuhan merokok.
"Bahwa FCTC sebetulnya mengandung kepentingan bisnis farmasi, terutama obat anti rokok. Dengan membuat klaim bahwa rokok merusak kesehatan, mereka menjual produk penyembuhan dari rokok. Dan tak lupa, untuk mendukung kampanye tersebut, perusahaan bisnis farmasi telah menggelontorkan dana milyaran rupiah di berbagai Negara," terangnya.
Lebih lanjut dijelaskan Hasan, di satu sisi, ada kampanye anti rokok. Di sisi lain, ada bisnis jualan obat berhenti merokok.
"Itu keterkaitan yang tak bisa dipisahkan karena FCTC lahir diinisiasi oleh perusahaan farmasi global," tukasnya.