Ini Kata JK Soal Kepemimpinan di Indonesia
Jusuf Kalla (JK) hari ini menerima anugerah Doktor Hanoris Causa dari Universitas Indonesia (UI). Menyandang predikat doktor kehormatan
TRIBUNNEWS.COM, DEPOK - Jusuf Kalla (JK) hari ini menerima anugerah Doktor Hanoris Causa dari Universitas Indonesia (UI). Menyandang predikat doktor kehormatan, diakui JK memberi arti tersendiri baginya dan keluarganya.
JK dianugerahi Doktor HC dalam bidang kepemimpinan atas kontribusi JK dalam dunia kepemimpian di Indonesia. JK dinilai adalah sosok yang memberi inspirasi dan menerapkan kriteria pemimpin transformasional yang memiliki visi ke depan, berintegritas, berdedikasi tinggi dan sejumlah atribut bernada pujian lainnya.
JK sendiri, dalam sambutannya kepemimpinan adalah konsep yang dinamis. Kepemimpinan terkait dengan rentang waktu dan jarak ruang. Ada masa pemimpin memperoleh legitimasinya karena faktor keturunan, status sosial, dan lain sebagainya.
Namun, kata JK, terlepas dari semua itu, kepemimpinan tetap memiliki prasyarat-prasyarat umum yang berlaku secara universal.
"Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang untuk mencapai visi sang pemimpin. Metode dan pendekatan boleh saja berbeda. Tapi tujuannya tetap sama yakni memimpin dan mempengaruhi untuk mencapai tujuan," ujar JK di Balairung UI, Depok, Jawa Barat, Sabtu (9/2/2013).
JK berpendapat bahwa memimpin tidak identik dengan mendengar terus dan memuaskan semua orang untuk semua waktu. Mendengar memang penting. Namun output pendengaran harus ada keputusan dan putusan tidak selamanya mengenakkan dan memuaskan semua orang.
"Yang penting tujuan sebuah keputusan adalah untuk kepentingan dan kebaikan orang banyak," ujarnya.
Tidak ada sebuah keputusan tanpa resiko, dan resiko itula yang harus dibayar mahal oleh pemimpin. Resiko yang mahal itulah yang selalu melahirkan sejarah dan legenda.
"Kepemimpinan adalah soal pengorbanan, karena pemimpin yang tidak berkorban tidak mendapat kesetiaan pengikut," tegas bekas wakil presiden RI itu.
Bagaimana dengan kepemimpinan Indonesia saat ini? JK nampaknya sepakat jika republik ini sedang krisis kepemimpinan. Konflik yang berlarut-larut adalah cermin bagaimana pemimpin di Indonesia tidak memiliki ketegasan.
"Banyak yang mengatakan bahwa Indonesia itu sulit diatur. Dari pengalaman saya tidak ada yang sulit diatur selama betul penjelasannya, dan bisa dimengerti oleh masyarakatnya. Sekarang ini dibutuhkan ketegasan dan kecepatan bagaimana menjelaskannya ke masyarakat," tukasnya.
Konflik terakhir, kata JK adalah konflik komunal karena lamban dan tidak tegas menangani masalah. Mulai dari presiden, gubernur, bupati, dan aparat kepolisian. Namun tentu saja masalah Indonesia tidak hanya konflik semata. Politik, Ekonomi, budaya, dan lainnya butuh ketegasan dan kecepatan.