Pemilu 2014
Kalkulasi Politik Bila Hary Tanoe Mundur dari NasDem
Santer beredar kabar kolaborasi Surya Paloh dan Hary Tanoe bakal "bercerai" di kala Partai nomor urut satu Peserta Pemilu ini masih mungil usia.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Santer beredar kabar kolaborasi Surya Paloh dan Hary Tanoe bakal "bercerai" di kala Partai nomor urut satu Peserta Pemilu ini masih mungil usia.
Benturan antara Surya Paloh sebagai pendiri dengan Hary terjadi. Yakni saat Surya Paloh akan didaulat menjadi Ketua Umum NasDem.
Kabar mundurnya, pengusaha sukses "MNC Grup" ini dari Partai berjargo "Restorasi" pun menyeruak ke publik. Lalu pertanyaannya kini bagaimana kalkulasi atau untung atau rugi politik menuju Pemilu 2014, bila Hary mundur dari Partai NasDem?
Bersama Muhammad Qodari, Direktur Eksekutif Indo Barometer (IB), Tribunnews.com mencoba melihat hal itu dalam peta politik NasDem pada Pemilu 2014.
Menurut Qodari, memang Surya Paloh adalah "bidan" dari kelahiran Nasdem. Namun NasDem tak bisa besar seperti sekarang tanpa Hary. Karena Hary memang ikut membesarkan NasDem sejauh ini.
"Terutama lewat ekspose di jaringan TV miliknya (MNC Grup, yakni RCTI, MNC grup, Global TV dan lainnya-red)," ungkap Qodari kepada Tribunnews.com, di Jakarta, Senin (21/1/2013).
Masih menurut Direktur IB, Kalau Hary mundur, maka dampaknya ekspose Nasdem bisa menurun.
"Potensi suara Nasdem juga bisa ikut turun. Itu risiko Nasdem jika Hary Tanoe mundur," analisanya.
Lebih lanjut menurutnya, memang akan terjadi benturan jika Hary Tanoe tidak menghendaki Surya Paloh jadi Ketum Nasdem.