Wawancara Khusus Denny Indrayana
Pertentangan dan Pertantangan
DALAM beberapa hari terakhir, banyak pihak ramai membicarakan mengenai pelaporan ke polisi yang dilakukan
DALAM beberapa hari terakhir, banyak pihak ramai membicarakan mengenai pelaporan ke polisi yang dilakukan oleh Advokad kondang OC Kaligis terhadap Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana.
Pelaporan yang dilakukan itu terkait adanya pernyataan Denny yang dirasa menyinggung profesi advokad dan tertuang dalam 25 twit di akun twitter pribadinya.
Terkait twit itu, banyak orang yang pro alias mendukung, namun tak sedikit juga yang dibuat 'merah telinga'. Khususnya pihak yang berprofesi sebagai advokad.
Untuk mengetahui persis bagaimana hingga twit-twit di akun twitter tersebut muncul dan menjadi kontroversi, berikut petikan wawancara khusus wartawan Banjarmasin Post (BPost) Rendy Nicko dengan Wamenkum HAM, Denny Indrayana saat ditemui di kediamannya di Gang Purnama RT 3, Banjarbaru, Sabtu (25/8/2012). Ketika itu, dirinya sedang melakukan persiapan ketika akan berangkat ke Jakarta untuk kembali menjalani rutinitasnya menjadi Wamenhuk HAM.
BPost : Apa yang mendasari Anda hingga sampai menulis twit yang salah satunya berbunyi "Advokat koruptor adalah koruptor. Yaitu Advokat yang asal bela membabi buta. Yang tanpa malu menerima uang bayaran dari hasil korupsi"?
Denny : Tidak ada yang khusus. Tapi memang, setiap langkah, kebijakan dan pikiran saya salah satu semangat utamanya adalah 'Semangat Anti Korupsi'. Itu dari dulu dan sampai kapanpun.
Ketika saya masih menjadi pengamat sampai saat ini menjabat sebagai Wamenkum HAM, semangat anti korupsi itu terus dilakukan. Hal itu saya sampaikan ke semua kesempatan, baik sedang menjadi pembicara, televisi, media manapun bahkan sampai ke jejarin sosial seperti twitter.
Jadi kalau saya bicara tentang ikhtiar anti korupsi, baik dulu, sekarang ke depan akan terus diperjuangkan dan dicapai. Itu ikhtiar saya untuk bersama-sama melihat Indonesia bersih dari korupsi.
BPOST : Apakah pernyataan di twitter tersebut mengarah ke seseorang advokad yang saat ini sedang menangani atau membela suatu kasus korupsi?
Denny : Saya tidak berpikir orang perorangan saat berbicara itu. Saya berpikir secara general saja. Makanya saya tidak menyebutkan nama sama sekali.Tapi pengalaman saya menyebutkan tidak jarang kebijakan-kebijakan anti korupsi pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta upaya untuk mengurangi korupsi itu kemudian tidak berjalan maksimal karena berbagai hal.
Salah satunya karena adanya upaya yang dilakukan oleh para oknum advokad yang 'maju tak gentar membela yang bayar'. Jadi itu saja yang kemudian menyebabkan saya menulis dan menuangkan hal itu di twitter. Biasanya saya menulis itu kalau lagi senggang. Kalau sedang lagi banyak banyak twit itu sedang libur antara Sabtu dan Minggu. Bisa juga saat kerja dan ketika sedang di jalan lantaran terjebak macet.
Jadi sambil mengisi waktu di tengah kemacetan, saya coba untuk nge-twit dan menerima masukan dari masyarakat terkait bagaimana pelayanan di Kemenhuk HAM, Lapas, imigrasi, penerimaan CPNS seperti apa dan banyak hal lainnya. Dan kemarin sedang lebaran aa waktu menungkan pikiran ke twitter ya saya lakukan. Saat itu disertai juga ada beberapa pertanyaan follower mengenai remisi saya jelaskan, kemudian termasuk juga mengenai oknum advokad itu.
BPOST : Jadi pernyataan itu keluar atas pertanyaan follower?
Denny : Kalau pertanyaan kan tidak hanya dari follower. Ini kan bukan fenomena baru yang kemudian muncul tiba-tiba (sembari terkekeh). Istilah advokad 'maju tak gentar membela yang bayar' itu sudah menjadi pengetahuan umum.
BPOST : Selama ini pernyataan Anda di setiap kesempatan selalu menjadi kontroversi oleh berbagai kalangan. Dan kemarin, Mantan Ketua Mahkamah Agung, Jimly Asshiddiqie sempat memberi masukan bahwa "Cara komunikasinya saya yang salah. Dia masih muda dan semangatnya menggebu-gebu. Spiritnya Denny bagus". Bagaimana tanggapan Anda?
Denny : Saya paham maksud Pak Jimly. Paham. Kenapa saya begitu? Ya, karena saya tak ingin berubah saja. Saya apa adanya saja. Dari dulu sampai sekarang saya ya begini ini. Ada juga pernyataan Pak Jimly kepada saya bahwa seorang pejabat tidak usah berbicara seperti itu. Nah, kalau saya berubah pasti ada yang kritik saya lagi. Khususnya teman-teman LSM.
Ouw, sekarang sudah jadi pejabat ngomongnya tak lagi kritis (sembari tersenyum). Tapi kalau tak seperti sekarang, ada juga yang kritik. Lho, pejabat kok ngomongnya kayak LSM dan pengamat. Ya, saya apa adanya saja. Selama yang disuarakan itu adalah hak dan kebenaran. Siapa pun bisa menyuarakan. Bagi saya kebenaran tidak dibatasi disuarakan oleh siapapun. Jadi ukurannya kebenaran. Pejabat boleh, aktivitas juga oke. Pokoknya siapa saja boleh.
Pasti ada yang berbicara ini dan itu, tapi selama yang disuarakan kebenaran Insya Allah itu menjadi kewajiban. Karena apapun pasti ada pro kontranya. Saya hanya menyuarakan yang menurut saya hak dan benar.
BPost : Terkait pelaporan OC Kaligis ke polisi, apa langkah yang akan Anda lakukan ke depan?
Denny : Bismillah. Jadi, umur saya relatif muda dan belum menginjak 40 tahun. Alhamdulillah dalam usia relatif muda saya diberi amanah yang sulit dan berat ini. Dari dulu saya jadi pengamat dan sampai saat ini menjadi Wamenkum HAM, tentu berbagai macam yang telah dihadapi.
Saat di staf khusus dan Satgas, dapat tantangan, terpaan, dapat fitmah dari orang-orang yang merasa kurang nyaman. Ada mafia hukum, ada kasus Gayus terkait mafia pajak dan berbagai macam lainnya. Masuk Wamenkumham, masuk kebijakan remisi bagi napi korupsi. Napi yang terkena imbas. kebijakan itu menentang, mafia korupsi menentang. Bahkan sampai saya menjadi ketua pemberantasan narkoba di rutan dan lapas.
Jadi saya sudah paham dan resiko hal ini. Menghadapi semua mafia, ya ada resiko-resikonya lah. Apa yang benar pun pasti ada tentangan dan tantangannya. Pertentangan dan Pertantangan. Menghadapi tentangan dengan tantangan.
Jadi kalau apa yang saya sampaikan itu berbuah pelaporan polisi dan gugatan, ya saya ikhlas menerimanya. Dan Bismillah menjalaninya. Saya mohon dukungan dan doanya agar tetap sehat dan kuat.
Ini bagian dari resiko pekerjaan. Hal ini tidak akan mengurangi langkah saya untuk terus melakukan lagi perjuangan selanjutnya. Tak akan mundur dan surut. Karena yang saya impikan adalah Indonesia yang bersih dari korupsi.
BPost : Amanah yang diemban saat ini tentu menjadi pro dan kontra. Melihat reaksi saat ini, apakah Anda tidak khawatir akan berpengaruh pada keluarga?
Denny : Keluarga saya sudah paham. Istri dan ibu saya kalau tanya bagaimana menganai ini, ya dijawab bahwa itu hal biasa. Kadang kalau ibu sedang khawatir, sempat terucap kepada saya bahwa "sudahlah tak usah ramai lah, diam-diam saja kerjanya. Adem ayem saja sampai selesai.
Kalau saya ya, itu bagian dari ikhtiar. Kalau ada yang tidak tersinggung itu ya berarti bahwa kita tidak berikhtiar. Salah satu ukuran bahwa kita sedang berikhtiar adalah saat ada yang merasa yang kurang nyaman.
Dan terkait twit ini, sebenarnya saya tak bisa seluruh advokad tapi saya hanya bicara oknum advokad. Tapi yang ada pernyataan saya digeneralisir. Dibuat seolah-olah seluruh advokad dan menyerang profesi advokad.
Padahal saya jelas katakan, advokad yang korupsi itu dengan dua batasan. Satu, membela membabi buta 'maju tak gentar membela yang bayar'. Yang salah jadi benar dan benar jadi salah serta dibolak-balik. Dan kedua adalah tanpa malu menerima fee, bayaran dan honoran dari korupsi. Dua hal itu tidak diangkat. Pokoknya advokad yang membela koruptor itu dianggap koruptor. Padahal tidak.
Jadi yang menggeneralisir itu bukan saya. Tapi pihak-pihak yang kontra dan sengaja menggeneralisir supaya ada anggapan bahwa ini menyerang profesi advokad. Padahal tidak. Jelas saya tidak menyerang profesi advokad (*)