Malaysia Diduga Jual Organ TKI
Jasad Tiga TKI NTB Diotopsi Kamis
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menyatakan pihaknya telah mendapatkan izin

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menyatakan pihaknya telah mendapatkan izin otopsi lewat pernyataan tertulis keluarga tiga TKI meninggal korban penembakan polisi Malaysia.
Izin itu didapat BNP2TKI dari unit teknis BP3TKI Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (24/4/2012). Otopsi ketiga jenazah korban akan dilakukan Kamis dan Jumat pekan ini. Demikian ungkap Kepala BNP2TKI Moh Jumhur Hidayat di Jakarta, Rabu (25/4/2012).
Menurut Jumhur, teknis rumah sakit yang menangani otopsi ketiganya, ditentukan Polda NTB bekerjasama BP3TKI Mataram. Perwakilan teknis juga telah menyampaikan surat persetujuan otopsi ulang ke Polda NTB Rabu ini. Seluruh biaya otopsi ditanggung sepenuhnya BNP2TKI.
Adalah Kepala BP3TKI Mataram Syahrum menerima persetujuan otopsi yang ditandatangani H Mastum selaku ayah TKI Herman (34) beralamat Dusun Pancor Kopong, Desa Pringgasela Selatan, Pringgasela, Lombok Timur, NTB serta oleh Inaq Rupeni, ibu kandung TKI Abdul Kadir Jaelani (25) dengan alamat yang sama.
"Sementara untuk TKI Mad Nur (28) asal Dusun Gubuk Timur, Desa Pengadangan, Pringgasela, Lombok Timur, NTB ditandatangani oleh Inaq Abil yang juga ibu korban," ujar Jumhur.
Ketiga TKI itu meninggal mengenaskan akibat penembakan sadis yang dilakukan polisi saat melaksanakan razia di kawasan Port Dickson (area pelabuhan), Negeri Sembilan, Malaysia pada 25 Maret 2012 dini hari. Tembakan berkali-kali itu menembus bagian depan kepala maupun di tubuh sekitar dada.
Dengan kematian tiga TKI itu, Rumah Sakit Port Dickson, Negeri Sembilan melakukan otopsi, 26 Maret lalu. Tiga jenazah itu pun dipulangkan pada 6 April 2012 untuk kemudian dikuburkan di kampung halamannya sehari sesudahnya.
Mengenai dugaan jasad TKI sebagai korban perdagangan tubuh orang, Jumhur menjelaskan hasil otopsi ulang akan membuktikan ada tidaknya kemungkinan tersebut. Ketiganya berangkat ke Malaysia pertengahan 2010 dan bekerja di sektor konstruksi serta perkebunan sawit di negara bagian Negeri Sembilan.